Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mellifluous (on going)

Risa_Fitriani
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5k
Views
Synopsis
[psychology • slow burn] Mellifluous / mə'liflooəs/ Sebuah suara yang manis dan lembut yang menyenangkan saat didengar.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - 01 - 11 C

Setiap sekolah pasti memiliki salah satu kelas yang paling bermasalah. Seperti di sekolah ini misalnya SMA X di Ibukota.

Kelas IPS 11-C, dimana isi kelasnya kebanyakan anak-anak yang bermasalah. Bahkan wali kelasnya sendiripun kewalahan bukan main mengurusinya. Apalagi mengingat wali kelas tersebut seorang perempuan yang bahkan setiap harinya mengeluh atas sikap anak-anak didiknya.

Dan masalah itu ditambah lagi saat berita tentang anak baru yang katanya di sekolah awalnya dulu memiliki banyak catatan kriminal dengan gurunya. Hingga sekolah sendiri angkat tangan menunjukkan ketidakmampuannya mengatasi siswa tersebut. Lalu pihak orang tua dan sekolah sepakat untuk memindahkan Jihan si berandalan kecil ke sekolah yang lain. Berharap dengan Jihan pindah sekolah tingkat kenakalannya akan hilang atau setidaknya sedikit berkurang.

"Ayo Jihan, perkenalkan diri dulu"

"Saya Jihan, murid pindahan"

Hening.

Semua pandangan mengarah pada Jihan, anak-anak yang lain mungkin masih mengira Jihan akan mengatakan sesuatu yang lain. Tapi selang 1 menit masih tidak bersuara.

"Udah?" Tanya Bu Intan selaku wali kelas.

Yang ditanya sekedar mengangguk. Lalu seisi kelas mulai berdesas-desus.

"Kamu bisa duduk di sampinya, Farel"

Yang disebut namanya langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi.

"Jangan berisik, kalian semua tunggu guru yang ngajar selanjutnya"

"Iya, Bu" Jawabnya serentak.

Sekedar informasi saja Bu Intan tidak ada jadwal mengajar dikelas yang dipimpinnya. Hanya sekedar mengantar Jihan.

Namanya Jihan Farzan Wintara. Namanya memang terdengar seperti perempuan tapi Jihan pemuda tulen, kok.

"Gue denger lo anak pindahan, katanya lo badung ya sampe-sampe sekolah sebelumnya gak sanggup ngatasin"

Jihan diam, malas menggubris katanya. Tapi Farel masih dengan tampang ingin tahunya malah memiringkah sedikit posisinya jadi menghadap ke Jihan.

"Bagus deh kalo lo anak badung, gangster di kelas ini jadi ada saingannya"

Bruk !

Tak lama setelah Farel berucap demikian, suara debuman tas yang dilempar ke atas meja paling pojok mengalihkan atensi semua orang, tapi detik berikutnya kembali pada kegiatan masing-masing. Sudah biasa katanya.

Tanpa kata-kata apapun, Jihan berdiri lalu dengan tampang lempengnya dia keluar kelas. Serasa milik sendiri, keluar seenak jidat di jam pelajaran pula.

Dengan langkah sok cool nya, tangan dimasukkan kedalam saku celana padahal sudah jelas-jelas seragam yang dipakai nya masih seragam sekolahnya yang dulu.

Mungkin memang orangnya narsis, ingin dilihat seluruh siswa/siswi bahwa dia murid baru disekolah ini.

"Jalan-jalan di jam belajar" Gumamnya pelan, tapi masih bisa terdengar oleh pihak yang dibicarakan.

Langkah Jihan terhenti. Lalu memutar balik karena yang baru saja gadis ini ucapkan sedikit mengganggunya.

"Apa?" sewotnya, lalu memandangi penampilan Jihan dari atas sampai bawah.

"Emang kalo gue jalan-jalan dijam pelajaran ngerugiin lo? "

"Coba pikir sendiri" Datarnya.

Adelia Adora A.

Jihan melihat ke arah name tag gadis di depannya.

Sadar kemana mata Jihan menatap, refleks gadis bernama Adelia ini memukul keras kepala Jihan dengan buku yang dipegangnya.

"Otak mesum!" Cibirnya.

"Sakit, lo nya aja kali yang niat banget dimesumin. Orang gue cuma liat name tag doang" Jihan mengusap-usap kepalanya yang jadi korban pukulan.

"Ya mana gue tau! Minggir" Tanpa rasa bersalah Adel meneruskan langkahnya ketempat tujuan. Kantor.

"Dora!" Panggil Jihan.

Dengan dahi mengerut setengah bingung, Adel mendesak sebuah jawaban.

"Dora? Gue?" Herannya.

"Adora kan? Gue murid baru" Jihan memamerkan senyumnya

"Gak nanya, gak mau tau juga!" Adel mendelik tak suka apa-apaan panggilannya itu?.

"Gue mau ke kantor, tapi gue gak tau dimana"

Dengan tampang dinginnya Adel memperhatikan penampilan Jihan, sedikit berdecak. "Ikutin gue, gue juga mau ke kantor"

"Gue gak keberatan kok kalo lo mau pegang tangan gue, biar kesannya agak romantis gitu"

Adel mendelik galak "Awas! gue mau balik ke kelas!"

"Eh eh, canda kali baper amat si neng--, oh ya kenalin gue Jihan anak baru" Jihan mengulurkan tangannya dan mau tidak mau Adel pun menerimanya.

"Emak lu pengen anak cewek ya? Gue Adel"

Sedikit kekehan, lucu, katanya setelah tahu namanya Jihan. Kenapa cowok Jihan? Kenapa nggak Jehan coba?.

"Tau nih mama gue, oh ya lo kelas berapa? Gue kelas IPS 11-C"

"Gue IPA 11-A"

"Katanya kelas 11-C itu banyak yang bermasalahnya ya?" Sambil berjalan menuju kantor, Jihan mencoba sedikit mengakrabkan diri.

"Mana gue tau, gue bukan penghuni kelas IPS 11-C"

"Tapi kan lo udah lama sekolah disini"

"Banyak tanya lo!. Ke kantor sendiri sana, dari sini lo lurus, terus belok kiri, lurus sedikit, belok kanan, belok kanan lagi, lurus lagi--"

"Lo niat gak sih ngasih tau?" Sebal Jihan.

"Tau ah cari aja sendiri"

Tapi meski begitu, dengan perasaan dongkol Adel tetap menuntun Jihan menuju kantor.

[]

Continue ...