"Kenapa kamu harus buru-buru pulang? Padahal masih pagi." protes Keira yang masih menyembunyikan tubuh polosnya di balik selimut saat melihat Alex yang sedang memakai kembali kemejanya.
"Aku harus ke kantor, Sayang. Aku kan sudah menemanimu semalaman. Aku pasti akan ke sini lagi nanti. Sabar ya, setelah pekerjaanku beres, kita bahas lagi rencana pernikahan kita." ucap alex santai sambil mengancingkan kemeja di bagian pergelangan tangannya.
"Seharusnya kita sudah menikah kalau saja kamu tidak menghilang. Aku jadi ragu, jangan-jangan kamu hanya mempermainkanku, Lex." tuduh Keira. Alex segera mendatangi kekasihnya yang masih berada di atas ranjang. Alex duduk di pinggiran ranjang.
"Sayang, aku serius sama kamu. Kamu sabar, ya. Aku akan segera menikahimu. Kamu hanya perlu menunggu waktu yang tepat." Keira hanya tersenyum tipis mendengar kata-kata manis Alex. Kalau saja dia bisa, Keira lebih memilih melupakan Alex dan memulai hidup baru dengan orang lain.
"Aku harap begitu, Alex. Aku ingin kamu meyakinkanku, kalau kamu menganggapku bukan hanya sekedar pemuas kebutuhan biologismu." Keira ketus. terakhir mereka bertemu, mereka bertengkar karena membahas masalah ini. Keira lelah, bertengkar dengan topik yang sama dengan Alex.
"Kei, bukan hanya kamu yang ingin menikah, tapi aku juga. Aku ingin kamu menjadi milikku yang sah. Tapi semuanya butuh waktu dan aku harap kamu bisa mengerti." Alex menatap Keira lembut, dia tidak akan bisa melepas wanita itu begitu saja. Tapi untuk sekarang, Alex belum bisa memberikan kepastian.
"Baiklah, aku coba mempercayaimu, Alex. Aku lelah kita selalu membahas hal yang sama." Keira bangkit dari tidurnya, memakai kimononya asal. Dia harus mengantar Alex keluar.
"Kamu tidak mempertimbangkan keinginanku? Kamu bisa kerja di tempat lain, tidak harus di Hilux." Alex masih keberatan Keira bekerja di Bar Helux.
"Aku sudah tanda tangan kontrak dengan pihak Hilux. Kalau memutuskannya sekarang, aku harus membayar denda dan aku tidak sanggup mengeluarkan uang sebanyak itu. Aku hanya bekerja kok di sana, tidak ada maksud yang lain." Keira menyakinkan Alex sekali lagi. Keputusannya menandatangani kesepakatan dengan pihak Hilux karena dia frustasi. Setelah Alex menghilang, Keira ingin menghabiskan waktunya dengan bekerja di bidang yang di sukainya.
"Aku juga mencoba percaya denganmu. Aku tidak akan membiarkanmu tetap kerja di sana kalau kamu bertindak macam-macam." Ancam Alex, Keira hanya tersenyum. Dia tidak gentar, meskipun Alex mengancamnya.
"Ketakutanmu terlalu berlebihan. Selama kamu tidak mempermainkan aku, aku juga tidak akan mempermainkan kamu. Sebaliknya, kalau kamu melakukan itu, aku akan membalasmu dengan lebih menyakitkan." ucap Keira sedikit berbisik, tepat di telinga Alex. Raut wajah lelaki itu berubah, meskipun tidak di sadari oleh Keira.
"Kita lihat saja nanti. Sudah siang, aku pulang dulu. Kamu jangan lupa sarapan. Nanti aku akan menghubungimu." Alex meninggalkan Keira yang mengantarnya sampai ke depan pintu. Alex memang beda dari yang dulu. Kebersamaan mereka selama tiga tahun cukup membuat Keira mengetahui segala hal tentang Alex.
"Alex, meskipun kamu sudah banyak berubah, aku akan tetap bertahan . Kamu harus tahu, aku sangat menggilaimu, Alex." gumam Keira seraya menutup pintu. Baru saja beberapa langkah masuk ke dalam rumahnya, Keira terusik dengan suara ponselnya yang berdering nyaring. Seperti biasa, yang berani meneleponnya sepagi ini hanya sahabatnya, Farah.
"Ada apa, Far?" tanya Keira tanpa basa-basi.
"Semalem kan aku udah gantiin kamu, pagi ini kamu gantiin aku, ya. Semalam tamunya banyak banget. Badanku pegel semua harus bolak balik ngantar minum hampir ke seluruh ruangan." keluh Farah di ujung sana. Memang tidak cukup adil untuk sahabatnya itu kalau sampai pagi ini dia tidak menggantikannya.
"Oke, aku dateng, kok. Pulang aja nggak apa-apa. Kamu lapor dulu sama Om Irwan, kalau pagi ini aku gantiin kamu." kata Keira sambil mencari baju kerjanya yang sudah ia siapkan di lemari.
"Oke. Makasih ya, Kei. Kamu memang sahabat aku yang ter-uwwu. Kamu tau nggak, semalem, aku di ajak kenalan sama berondong, eh bukan berondong sih, yang pasti usianya di bawah kita lah, ganteng banget kalau menurut aku, namanya Ziko, cuman kamu ngerti lah, seleraku bukan daun muda. Nanti bakalan aku kenalin dia ke kamu, katanya dia sudah jadi member eksklusif Hilux." Farah menceritakan pengalamannya semalam yang menurut Keira kurang penting. Dirinya juga sedang tidak tertarik membicarakan lelaki lain, apalagi lelaki itu berondong seperti yang di katakan oleh Farah.
"Buat kamu sajalah. Aku tidak tertarik untuk main-main sama berondong. Aku siap-siap dulu. Takutnya nanti Om Irwan ngamuk kalau aku datang telat." ujar Keira sambil mengelap sepatunya.
"Oke deh, see you."
Keira menaruh ponselnya sembarangan. Ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia harus datang tepat waktu atau komisinya hari ini di potong.
Keira belum lama bekerja di Hilux sebagai pelayan dan menemani pengunjung minum, hanya menemani minum, bukan tidur. Dia baru menjalani kontrak kerjanya selama hampir tiga bulan sedangkan keseluruhan waktu kontraknya adalah tiga tahun.
Sebelum kerja di Hilux, Keira sempat bekerja di sebuah hotel, tapi dia tidak menikmati pekerjaannya. Hingga akhirnya ia bertemu Farah yang mengenalkannya pada Hilux. Sebenarnya, habisnya masa percobaan Keira sudah lama selesai, dia juga sudah lulus tes untuk menjadi karyawan Hilux, hanya saja saat itu Alex melarangnya untuk tanda tangam kontrak. Barulah setelah kepergian Alex, Keira berpikir ulang untuk melakukan kontrak kerja dengan Hilux.
Keira bukan kekurangan uang, dia bekerja untuk kesenangan dan mengusir kesepian yang menggerogoti jiwanya. Di lubuk hatinya yang terdalam, dia ingin memiliki keluarga, sama seperti gadis-gadis lainnya.
Semua itu adalah awal, awal di mana Keira menganut kebebasan. Dia tidak pernah ambil pusing dengan komentar pedas yang menghampirinya. Baginya, hidupnya adalah miliknya sepenuhnya. Tidak ada orang lain yang berhak membatasinya. Keira merasa berhak untuk menentukan jalannya sepenuhnya.
Perjalanan yang tidak memakan waktu lama, membuat Keira sampai ke tempat kerjanya dalam sepuluh menit. Dia segera memarkirkan mobilnya. Saat ia turun dari mobil, beberapa pasang mata lelaki memandangnya dengan penuh minat.
Gaya berpakaian Keira yang selalu mengikuti tren dan sedikit terbuka, membuat aura kecantikannya terpancar. Membuat mereka yang melihatnya terpana. Keira juga sudah terbiasa mendapatkan tatapan-tatapan itu, bahkan mulai menikmatinya.
"Keira, si Diva Hilux, sayang sekali kamu tadi malam tidak datang. Seorang pengusaha muda datang dan mendaftar sebagai member eksklusif kita. Aku sudah memikirkan, kalau dia pasti akan semakin tertarik kalau kamu yang menyambutnya semalam." Om Irwan yang menyadari kedatangannya ternyata juga menceritakan seorang pengusaha muda. Keira yakin, dua lelaki yang di bicarakan oleh atasannya dan sahabatnya adalah orang yang sama.
"Aku penasaran dengannya Om, seperti apa dia, sampai semua orang membicarakannya.Farah bilang wajahnya ganteng, benarkah?" tanya Keira antusias.
"Tepat. Cowok itu memang sangat tampan. Kamu pasti akan terpesona saat kamu melihatnya pertama kali." Ujar Om Irwan melebihkan.
"Aku harap ini bukan bualan Om. Kalau begitu, aku masuk dulu ya, Om. Pasti banyak banget yang harus di bereskan di dalam."Keira meminta izin.
"Baiklah, silakan.