Chereads / ESTRELLA / Chapter 2 - TWO

Chapter 2 - TWO

Siang ini matahari terik sekali, panasnya seperti siap membakar sesuatu apapun yang ada di bumi. Sepasang mata coklat terang nan indah menatap sekitar dengan resah. Wanita itu Bintang, sepuluh menit yang lalu ia sudah menelpon kakak laki-lakinya jika ia harus menjemputnya lebih awal karena Bintang ingin pergi ke Gramed dulu untuk mencari Novel dari penulis kesukaannya yang baru kemarin rilis.

"ck.." Bintang berdecak, perempuan itu sudah tidak sabaran dan beberapa kali juga ia melirik jam tangannya.

Kakaknya memang kebiasaan, ia selalu seperti ini tiap hari. Ia tidak suka sifat kakaknya yang lamban, dan sangat bertolak belakang dengan Bintang yang tidak bisa membuang waktuu sedikitpun.

Sebuah Mobil Honda civic putih tiba-tiba datang dari arah barat dan berhenti di depan Bintang. dengan cepat Bintang langsung membuka pintu mobil kemudian masuk kedalamnya.

"Kakak tuh kebiasaan, kerjaannya telat mulu."

"yaampun sayang, maaf. Tadi kakak ada urusan bentar." Jelas Adam sembari melajukan mobilnya.

Bintang diam, ia tidak mau berdebat lagi dengan kakaknya. Yang paling penting hari ini ia jadi ke Gramed. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat begitu banyaknya jejeran buku-buku yang selalu menjadi favoritnya.

Adam adalah kakak satu-satunya yang ia punya, Mereka hanya 2 bersaudara. Adam merupakan kakak yang sangat perhatian. dan suka melindungi Bintang dari usia mereka masih kecil. Bintang jadi bernostalgia, ingatan masa lalu yang indah selalu senang bermunculan di kepalanya. Bintang selalu ingat jika mereka sering bertengkar, dan Bintang juga sering menangis karena di usili oleh kakaknya. Tapi pernah satu kali, Bintang sedang di ganggu oleh tetangganya dan seketika Adam melindungi Bintang dengan seluruh raganya.

"kalian gak boleh ganggu Bintang, yang boleh usilin dan bikin dia nangis Cuma aku doang." Kalimat itu memang agak sedikit menyebalkan, namun jujur Bintang sangat terharu karena Bintang tahu dari kalimat itu jika kakaknya sangat sayang pada Bintang.

"Kak.."

"hmm…"

"Kak Adam."

"Apa sih Bi?"

Adam menengok sekilas kesamping, melihat adiknya itu yang biasanya sangat pendiam dan sekarang tiba-tiba memanggil namanya dengan manja seperti itu rasanya sedikit aneh.

"laper."

Adam seketika tertawa, entah kenapa hal sederhana seperti itu malah terdengar lucu di telinganya. Dan ada kebahagiaan yang mmebuncah di hatinya.

Sudah lama ia tidak melihat sifat Bintang yang seperti ini. Karena terkahir kali ia bisa bicara sesantai ini dengan adiknya adalah sebelum peristiwa itu terjadi. Satu peristiwa yang membuat Bintang menjadi orang asing. satu peristiwa yang membuat adiknya itu membentengi dirinya yang siapapun tidak boleh menyentuh dan tidak boleh masuk kedalamnya. Bahkan Adam sekalipun.

"yaudah. Mau makan dulu?" Tanya Adam yang di jawab dengan gelengan kepala oleh Bintang.

"loh katanya adek laper?"

Sebenarnya bintang tidak sungguh-sungguh lapar, ia hanya ingin membuka pembicaraan dengan kakaknya. Ia tiba-tiba rindu dengan Adam, padahal mereka bertemu setiap hari, bahkan jarak mereka sedekat ini. Ada sesuatu dari mereka yang semesta renggut, ia dekat dengan Adam, namun hakikatnya jarak mereka sangat berjauhan.

Mobil telah berhenti, mereka berdua sudah sampai di depan sebuah gedung dua tingkat yang sangat luas. Tanpa menunggu lama Bintang langsung turun dari mobil dan meninggalkan Adam yang akan memarkirkan mobil terlebih dahulu.

Karena sudah tak sabar, Bintang melangkahkan kakinya lebar-lebar. Ia mengedarkan pandangan matanya pada rak-rak buku yang berjejer dengan rapi.

Mana ya? Gumam Bintang dalam hati.

Biasanya buku yang baru terbit akan berada di barisan rak depan, tetapi perempuan itu tidak menemukan satu bukupun yang ia cari.

BIntang mulai mencari lagi, ia kini melangkah ke rak-rak yang tak jauh dari tempat ia berdiri. matanya dengan teliti menyusuri tiap rak buku. BINGO, ia menemukannya, sebuah buku dengan cover hitam dan sangat tebal kini sudah berada di depan matanya, hanya tinggal satu buah, jika ia telat beberapa menit saja mungkin buku yang ada di hadapannya ini sudah menjadi milik orang lain. Rasanya sangat senang, setelah berbulan-bulan berlalu ia akhirnya mendapatkan buah dari kesabarannya.

Ia kemudian meraihnya, namun di waktu yang bersamaan, sebuah tangan juga meraih buku itu.

Bintang menoleh, ia berdecak kesal dan menatap seorang pria memakai seragam SMA dengan tajam dan menarik buku itu sekuat tenaga seolah BIntang mengatakan jika Buku ini adalah miliknya.

"sorry gue duluan."

"gak bisa, gue yang liat duluan."

"apaan sih lo?! Ini punya gue, titik!"

Bintang kesal, ia kembali menarik buku itu namun pria itu juga tidak mau kalah, ia menariknya kembali dan menatap Bintang dengan tajam. Ah, Bintang sangat tidak suka dengan situasi ini, ia sangat membencinya karena merepotkan.

"woi, ngalah dong, laki kan lo?" seorang pria mengenakan jaket jeans dan memakai celana seragam sekolah menghampiri mereka berdua, pria itu mengambil Bukunya lalu menyerahkannya pada Bintang.

Bintang menatap Novelnya dan pria itu bergantian. Ia tidak yakin, hatinya mengatakan jika ia ambil saja novelnya namun egonya mengatakan jangan. Ia sangat bingung sekarang.

Akhirnya tangan kanan Bintang bergerak mengambil buku itu.

"buat lo aja." kata Bintang, pria itu sedikit bingung, namun ini adalah kesempatan untuknya. dengan senang hati pria itu menyambutnya kemudian pergi setelah mengucapkan terimakasih pada Bintang.

Bintang menarik nafasnya, dengan malas ia berbalik pada pria yang tadi tiba-tiba ikut campur dengan masalanya.

"ngapain lo disini?" Tanya Bintang sinis, jujur ia sangat malas melihat wajah lelaki ini, ia sangat muak. Dan mengapa Tuhan harus membiarkan mereka bertemu dua kali dalam sehari? kenapa Tuhan sangat senang membuatnya terlibat dengan sesuatu yang tak disukainya.

"Saya Arya.." ucap pria itu mengulurkan tangan kanannya.

'apaan sih nih orang'

Bintang mendelikan matanya, ia sungguh tidak suka dengan situasi ini. tuhan, tolong musnahkan makhluk satu ini. karena Bintang sangat tidak menyukainya.

ukuran tangan itu sama sekali tidak di sambut oleh Bintang, ia memilih mengabaikannya. Dan seharusnya Pria yang mengaku bernama Arya itu faham jika yang ia lakukan hanyalah sia-sia.

"Bintang." panggil pria itu pelan, namun tidak ada keraguan disana.

"kamu bintang kan?" suaranya lembut dan terasa pas di telinganya. Bintang tidak bisa munafik jika ia sedikit ada rasa senang saat namanya di ucapkan oleh Arya, namanya jadi terdengar indah.

Bintang memutar bola matanya,

"jangan sebuat nama gue, gue gak suka orang asing ngebut-nyebut nama gue."

"tapi kenapa?" Tanya pria itu dengan sabar, ia tetap berusaha meskipun Bintang jelas-jelas menolak berbicara dengannya. nada suaranya tetap sama, masih terdengar lembut dan halus di telinga Bintang.

Bintang tidak menjawab pertanyaan Arya, bukan karena benar-benar tidak mau. Tetapi karena memang ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya merasa tidak suka jika ada pria itu menyebutkan namanya. Itu saja, tidak lebih.

Bintang pergi, ia sedikit berlari karena perempuan itu ingin menghindari Arya, ia tidak suka berurusan denganya. Namun karena terlalu cepat berlari, ia tidak sengaja tidak sengaja menabrak seseorang yang membuat tubuhnya tidak seimbang dan hampir terjatuh. Ya hampir, karena sebuah tangan merarik lengannya sehingga Bintang tidak harus menahan malu karena kecerobohannya sendiri.

Mata bintang menangkap sosok Arya yang sedang berada di hadapannya sekarang, ia merasa canggung Karena pria itu menatap matanya langsung. Arya mempunyai mata yang indah,Bintang mengakuinya.

Bintang dengan cepat melepas tangannya dari genggaman Arya, Ia merasa tak nyaman. Dan tanpa Bintang sadari pria itu menyunggingkan senyumannya. Ada rasa senang dalam hatinya karena sudah ada sedikit kemajuan.

"Bi.." Adam berlari mendekati Bintang, dan matanya langsung menangkap sosok Adam yang tengah bersama Adiknya. lelaki tampan itu merangkul bahu Bintang sangat posesif. Seolah ia mengisyaratkan jika Bintang adalah sesuatu yang sangat berharga baginya. Jika ia menginginkan Bintang, maka ia harus berhadapan dengannya terlebih dahulu.

"Ayo pulang."

-

muncul beberapa pertanyaan di kepala Arya saat ini, pertanyaan yang sejak tadi menghantuinya karena begitu penasaran.

Siapa dia? Kenapa Bintang terlihat biasa saja saat di rangkul oleh pria itu? Kenapa mereka terlihat begitu dekat? Apalagi saat tadi ia melihat jika mereka masuk kedalam mobil yang sama.

Kenapa Bintang tidak sedingin itu jika dengan laki-laki tadi?