Chereads / VelVin / Chapter 6 - 6. VelVin

Chapter 6 - 6. VelVin

Pagi ini, setelah bel masuk berbunyi. Tiba-tiba suara kepala sekolah terdengar melalui sentral.

"Dimohon Velina Trisha Matteo kelas 11 IPS 2 untuk keruang kepala sekolah sekarang, terimakasih" ucap bu Erlita dengan tegas.

"Wah elu dipanggil tuh Vel, ada apa tuh" ucap Aileen yabg berada disebelahnya.

"Kenapa ya gue dipanggil?" Tanya Velin yang juga bingung.

"Mungkin urusan pindah sekolah lu kalik Vel, udah sana ke ruang kepala sekolah" ucap Vera.

"Iya udah gih sana, dari pada ntar lu kena omel" ucap Mitha ikut menambahi.

"Oke deh gue kesana dulu" ucap Velin pasrah.

"Good luck babe" ucap Aileen menyemangati yang dibalas anggukan serta senyum yang menghiasi wajahnya dan jempol tangan Velin seraya keluar dari kelas menuju ruang kepala sekolah.

Dalam perjalanan menuju ruang kepala sekolah yang berada di lantai satu, sedangkan kelasnya berada di lantai 2. Velin terus memikirkan ada apa kepala sekolah memanggilnya, apa Velin membuat kesalahan? Seingat Velin, dia tidak membuat kesalahan apa-apa selama bersekolah disini. Tanpa terasa dia sudah sampai didepan ruangan kepala sekolah.

Dengan keberanian, Velin mengetuk pintu kemudia membukanya, dan tatapan matanya bertemu bu Erlita a.k.a kepala sekolah SMA Eudia.

"Silahkan masuk Velina" ucap bu Erlita ramah.

"Iya bu" ucap Velin seraya berjalan masuk dan menutup pintunya kembali.

"Silahlan duduk" ucap bu Erlita dan mendapat anggukan Velin.

"Jadi ibu memanggil kamu kesini ingin bertanya, apa kamu sewaktu bersekolah disekolah mu yang lama mengikuti lomba pengetahuan sosial?"

"Iya bu, saya pernah mengikuti sampai jenjang provinsi, tapi saya kalah" ucap Velin sedikit lesu.

"Ah tidak apa, masih banyak kesempatan. Jadi sekolah kita akan mengikuti lomba pengetahuan sosial yang terdiri dari geografi, ekonomi akutansi, sejarah, sosiologi, dan matematika. Dan itu semua tergabung menjadi satu paket, jadi saya ingin mencalonkan kamu untuk mengikuti olimpiade tingkat SMA se-Jogjakarta. Jadi apa kamu bersedia Velin?" Tanya bu Erlita berharap cemas.

"Tapi bu saya tidak ahli dibidang matematika"

"Tidak masalah karna sekolah kita mewakilkan dua orang, yah partner kamu dia sangat pandai dibidang matematika tapi lemah di ilmu pengetahuan sosial, jadi saya harap kalian bisa berkerjasama dengan baik. Jadi kamu bersedia?" Tanya bu Erlita untuk kedua kalinya.

"Saya takut gagal lagi bu" ucap Velin sedu.

"Tidak masalah jika kalah, menang kalah hal biasa dalam pertandingan bukan, jadi jika kamu tekun dan berusaha sungguh-sungguh pasti kamu akan berhasil"ucap bu Erlita meyakinkan.

"Baik bu saya akan mencobanya, dan akan berusaha semaksimal saya" ucap Velin disertai senyuman.

"Baiklah, terimakasih Velin. Untuk selanjutnya akan saya kabari. Kamu bisa kembali ke kelas kamu dan melanjutkan pelajaran"

"Baik bu terimakasih" ucap Velin seraya berdiri dan keluar dari ruangan itu.

Sesampainya di kelas yang sedang pelajaran matematika yang diampung bu Lydia, kelas sepi.

"Permisi bu, maaf saya barusan dari ruang kepala sekolah" ucap Velin sesopan mungkin kepada guru yang terkenal galak kepada muridnya.

"Kamu anak baru kan? Ngapain kamu sampai dipanggil kepala sekolah? Murid baru aja udah buat onar pasti kamu" ucap bu Lydia sengit.

"Maaf bu, saya dipanggil karna diberi tahu untuk mengikuti olimpiade pengetahuan sosial" ucap Velin kikuk.

Seluruh murid kelas yang pasang mata dan mencoba menahan untuk tidak tertawa.

"Oh gitu, bugus deh murid baru gak bikin onar. Semoga bisa membanggakan sekolah, ya sudah duduk" ucap bu Lydia dengan sikap acuh.

"Baik bu" ucap Velin patuh dan langsung duduk dibangkunya yang mendapat tatapan dari ketiga temannya, Velin hanya menganggukan kepalanya yang artinya nanti aja menjelaskannya. Pelajaran pun dilanjutkan dengan keadaan kelas yang sangat hening dengan bu Lydia yang menulis dipapan tulis sembari menjelaskan.

***

Saat ini Velin, Aileen, Vera dan Mitha sedang duduk dibangku geng SLK. Yah, Mitha mengajak teman-temannya untuk duduk disini.

"Mit, gak papa nih duduk disini? Ngeri gue" ucap Vera ketakutan.

"Santai aja kalik, Fero juga yang nyuruh buat kita duduk disini" ucap Mitha dengan santai.

"Ya udah lu aja disini, gue mau cari duduk tempat lain aja" ucap Aileen.

"Gak usah disini aja, temeni gue mau pacaran nih" ucap Mitha disertai kekehan diakhir kalimatnya.

"Anjir, Mitha bucin juga sekarang" ucap Aileen.

"Gak papa lah Mitha bucin yang penting ada tempat untuk ngebucin, lah elu ngebucin sama siapa? ahahahaha" ucap kenzo

"Enak aja lu, diem lu bacot aja" ucap Aileen dengan nada tinggi yang membuat beberapa orang dikantin menoleh dan melihat kejadian itu.

"Diem lu" ucap Fero menengahi seraya duduk disebelah Mitha.

"Belum pesen makanan nih?"tanya Vino yang sendari tadi hanya memperhatikan saja.

"Belum" jawab Mitha seadanya.

"Ken Rez pesen sana" ucap Vino seenaknya.

"Lah kok gue sama kenzo sih, lu aja sana kambing" ucap Reza

"Udah deh lu bacot aja, sana pesen" ucap Vino

"Mau makan apa nih?" Tanya kenzo dengan malas.

"Nasi goreng" ucap Mitha.

"Udah samain semua aja ya, biar gak lama?" Tanya Vino yang mendapat anggukan semua kecuali Velin, Aileen dan Vera yang masih kikuk.

"Oke" jawab Kenzo kemudia beranjak bersama Reza ke kedai yang menjual nasi goreng.

"Vin, lu gak bilang tadi pesen minum juga?" Tanya Fero datar.

"Oh iya anjir lupa gue, pada mau minum apa nih? Biar gue aja yang pesenin" Tanya Vino

"Es teh aja" ucap Fero yang mendapat anggukan.

"Oke" ujar Vino seraya beranjak untuk memesan minuman.

"Oh iya Vel, lu tadi kenapa dipanggil kepala sekolah?" Tanya Mitha yang mendapat anggukan Vera dan Aileen.

"Gue diminta untuk mewakili sekolah dalam olimpiade" ujar Velin seadanya.

"Wah keren juga lu baru masuk udah diminta ikut olimpiade" ujar Vera

"Lu udah ada pengalaman ikut begituan sebelumnya?" Tanya Aileen.

"Iya, disekolah gue sebelumnya gue ikut olimpiade juga tapi gue gagal di tingkat provinsi. Padahal gue tadi udah bilang sama kepala sekolah, gue takut gagal lagi tapi kepala sekolah tetep minta gue buat ngewakili sekolah" ujar Velin.

"Gak papa kalik Vel, dicoba lagi dan belajar sungguh-sungguh. Good luck" ucap Mitha yang mendapat anggukan yang lain.

"Makasih" ucap Velin dengan senyum yang mengembang.

Dan gak lama makanan dan minuman udah dateng, mereka pun makan dengan tenang.

***

Hari sudah berganti malam, saat ini Velin dan Valen sedang duduk diruang keluarga. Menonton tayangan tv yang menurut Velin sangat tidak menarik, Velin menoleh kesamping yang mendapati abangnya sedang fokus memperhatikan tv. Velin teringat sesuatu, dia ingin menceritakannya kepada bang Valen.

"Bang" panggil Velin yang hanya mendapat balasana gumaman.

"Abang ih, Velin mau cerita ini. Serius napa bang" ucap Velin dengan kesal.

"Apa Vel? Mau cerita apa? Cerita tinggal cerita elah ribet amat" ucap Valen yang akhirnya memfokuskan dirinya kepada Velin.

"Jadi tadi gue dipanggil kepala sekolah, diminta untuk mewakili sekolah dalam olimpiade pengetahuan sosial dan matematika terus gue bilang kalau gue gak terlalu bisa di matematika terus ibuknya bilang kalau gue ada partnernya dia pinter matematika tapi gak pinter di pengetahuan sosial. Terus gue juga bilang sama gurunya kalau gue pernah gagal yang olimpiade pengetahuan sosial pas di tingkat provinsi dan ibuknya bilang gak apa-apa ya udah deh gue terima tawaran itu. Menurut lu itu keputusan yang tepat enggak bang?" Tanya Velin serius.

"Kalau menurut gue, lu gak perlu mikirin menang dan kalahnya itu udah biasa dipertandingan, lu gak usah inget-inget dulu lu pernah gagal yang malah bikin lu down mending dijadiin pelajaran buat kedepannya, perbaiki kesalahan lu, belajar yang tekun. Keputusan yang lu ambil itu udah tepat kok Vel asal lu juga imbangin dengan belajar yang tekun" nasihat Valen yang mendapat senyuman Velin.

"Makasih bang, makin sayang deh" ucap Velin seraya memeluk bang Valen.

"Sama-sama Vel udah tugas gue buat selalu ngedukung lu. BTW, kok kita alay banget ya pakek acara peluk-peluk segala, udah lepas" ucap Valen seraya melepaskan pelukannya.

"Anjir lu bang, gak bisa apa ngertiin suasana. Biar kita kelihatan sibling goals gitu elah malah lu rusak anjir" ucap Velin seraya menggeplak kepala abangnya dan meninggalkannya diruang keluarga sendirian yang sedang meringis memegang kepalanya. Poor to bang Valen.

"Dasar adik kurang belaian, cari pacar sana jomblo kok dari lahir" ujar Valen sengit.

"Ngaca!" Ucap Velin seraya terus berjalan kedepan menuju kamarnya.

***

Pagi ini, Velin sedang dalam perjalanan bersama Valen menuju sekolah Velin.

"Vel, nanti abang gak bisa jemput. Kelas abang siang jadi selesainya mungkin sorean, jadi kamu pulang sendiri ya pakai ojek online" ujar bang Valen

"Oke" ujar Velin seadanya.

Setibanya di sekolah, Velin segera berjalan menuju kelasnya dan murid-murid mulai banyak berdatangan ke sekolah. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi dan lagi nama Velin dipanggil untuk ke ruang kepala sekolah lagi.

"Gue duluan ya guys" pamit Velin kepada Mitha, Aileen, dan Vera yang dibalas anggukan dan senyum lebar.

Sesampainya Velin diruang kepala sekolah, Velin mengetuk pintu dan masuk kedalam dan dipersilahkan duduk.

"Velin, saya akan menjelaskan metode olimpiade-nya. Jadi mari ikut saya di ruang multimedia" ujar bu Erlita seraya berdiri.

Velin berjalan mengekori bu Erlita menuju ruang Multimedia. Setelah masuk, Velin mendapati seorang cowok yang sedang menghadap ke depan. Bu Erlita meminta Velin untuk duduk disebelah cowok itu yang ternyata.

-VelVin-