Dunia ini sepi. Menyiksa. Tak berwarna. Menyakitkan, dan terus merusak diriku yang bahagia. Satu persatu warna dalam hidup itu pudar, yang awalnya berwarna cerah menenangkan hati, kini berubah menjadi hitam putih. Taada satupun orang yang mau menolong barang rongsokan sepertiku. Barang yang tidak menarik, membosankan, dan tak mempunyai nilai tinggi. Itu dulu, sebelum aku bertemu dengannya, matahariku. Ia yang selalu mengukir senyum manis itu dikala aku sedang tidak bahagia. Ia yang menggengam erat lenganku, bahwa rintangan hidup itu ringan jika dilakukan bersama. Kilatan matanya, lesung pipinya, rambut hitam pekatnya, semua yang ada didirinya membuatku perlahan berubah. Ia yang mengubahku. Ia yang menyinariku dengan sinar hangatnya. Yang membuatku perlahan tersadar bahwa masih ada yang peduli denganku disaat dunia mengacuhkanku.
-Dari bulan kepada matahari