Bintang namanya, ia hanya perempuan biasa. tidak ada hal darinya yang harus ia istimewakan.
ia seorang pendengar yang baik, dan merupakan perempuan sederhana.
Disaat orang-orang senang mendengarkan musik di handphone. Bintang lebih suka mendengarkannya di Radio, baginya sesuatu yang lama tidak harus di tinggalkan selama ia masih menyukainya.
rambutnya hitam pekat dan hampir tidak pernah di gerai kecuali saat keramas dan di sisir oleh Ayahnya sebelum berangkat sekolah.
Bintang tidak mengharapkan sesuatu yang luar biasa dari semesta. ia hanya ingin hidupnya damai, Lulus SMA dengan nilai yang bagus, masuk Universitas Negri yang ia inginkan, lalu mendapatkan pekerjaan yang layak.
Definisi bahagia baginya sederhana. cukup dengan membaca buku di balkon kamarnya dengan di temani secangkir teh hangat di pagi hari.
Namun hari Sabtu itu, saat suasana hatinya baik. Seseorang tiba-tiba merusaknya.
Dia Arya, Ia benci teman sekelasnya itu. Ia benci orang lain yang terlalu berusah keras dan memaksa masuk dalam hidupnya.
"Bintang, hari ini kamu gak ke perpus?" Tanya pria itu dengan wajah penasaran, matanya tak henti menatap wajah Bintang yang kelihatan jelas tidak suka.
"Bukan urusanmu" jawab Bintang cepat, lelaki itu terus mengikuti dan mensejajarkan langkah kaki Bintang, pria itu tahu Bintang sedang menghindarinya.
"Bintang, mau ke kantin? Mau saya temenin makan?"
Bintang menghentikan langkahnya, mencopot earphone yang sedari tadi menyumpal telinga kanannya untuk mengabaikan Arya.
Gadis itu menatap tepat di mata Arya dengan tajam, wajahnya masih tetap sama, datar.
Arya menarik nafas, ia sudah tahu jika Bintang akan mengeluarkan ultimatum saat ini.
"Pergi!"
Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Bintang, setelah itu ia melanjutkan langkahnya.
Aura dingin dan mencekam masih terasa di sekitar Arya, ia menemukan sesuatu yang asing dan beda dari Bintang yang semakin membuatnya penasaran.
"BINTANG!" Teriak Arya sembari menyeringai.
Bintang menoleh, tampak disana Arya masih berdiri dengan wajahnya yang begitu menyebalkan di mata perempuan itu.
"Apa lagi?!" Ucap Bintang kesal.
"Saya lupa belum mengatakan sesuatu."
Bintang mengernyitkan dahinya, menunggu lelaki itu melanjutkan kalimatnya.
"Kamu terlihat cantik jika sedang kesal"
Begitu bodohnya Bintang, harusnya ia tidak perlu berhenti dan menoleh, tadi. Seharusnya ia abai dan terus melangkah tanpa harus mempedulikan pria itu memanggil namanya.
Bintang tidak berkata apa pun, kata-kata yang di keluarkan lelaki itu begitu asing di telinganya.
"Aku tidak peduli"
Setelah Bintang menghilang di ujung koridor, Arya menggaruk dahinyanya yang tak gatal. Ia bingung dengan dirinya sendiri.
Tanpa sepengetahuan Bintang, lelaki itu mengembangkan senyumnya.
-