Chereads / IN DISTANCE 10.000 KM / Chapter 8 - Tujuh

Chapter 8 - Tujuh

"Iya, serius, tapi gue masih bingung." Jawab Gina sedikit tidak bersemangat.

"Lho? Bingung kenapa?" Tanya Hafshah sambil membenarkan posisi duduknya.

"Gue kan masih 19 tahun, masa gue nikah dalam waktu dekat?"

Hafshah menghela nafas, sedikit menertawakan Gina.

"Haduh.. Lo ngga mau nikah muda gitu? Kenapa?"

"Gue belum siap aja, terus nanti takutnya orang-orang pada ghibahin gue karna gue nikah muda."

"Gin, dengerin, pendapat orang lain belum tentu benar dimata tuhan, jadi lo ngga usah takut, ngga usah mikirin orang lain, kan mereka juga ngga biayain kehidupan lo,  kalo orang lain pada ribet ngurusin hidup lo, lo bilang aja sekalian buat bayarin hidup lo juga, jangan setengah-setengah kalo ngurusin hidup orang." Hafshah menasihati Gina.

"Gue bukan so tau ya, cuma ini pendapat gue aja sih.." Lanjut Hafshah.

"Iya sih, bener juga tapi ada hal lain yang bikin gue bingung juga.." Ucap Gina mengundang rasa penasaran Hafshah.

Hafshah semakin penasaran, ternyata ada hal lain yang membuat Gina bingung perihal lamaran pacarnya itu.

"Gue bingung karna dia belum mapan, Ca, bukan matre sih, lho tau kan??"

"Gue harus bilang gimana ke si Leon..."

Gina menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sedikit menangis.

Hafshah mengelus lengan Gina, menenangkan.

"Udah, Gin, jangan bingung.. "

"Kita sebagai Cewek wajar kok, kita mau yang mapan kan bukan buat diri sendiri, tapi buat anak-anak nanti, lo bilang deh ke Leon secara perlahan." Jelas Hafshah mengutarakan pendapatnya.

"Tapi gue takut dia bakal ninggalin gue dan nganggap gue matre."

"Gin.. Gue kan lebih lama kenal sama lo dibanding Leon kenal lo, gue tau lo itu mandiri dan ngga matre, asalkan si Leon mau bekerja keras dan banyak berdoa. Dijamin deh, Allah juga bakal kasih kecukupan buat kalian nanti." Nasihat Hafshah, Gina memeluk Hafshah sebagai ucapan terima kasih.

"Thanks, Ca.. Sekarang gue udah lumayan tenang.. Ngga sia-sia gue curhat sama lo.. "

Hafshah tersenyum, ikut bahagia ketika dia berhasil membuat seseorang lebih tenang karna nasihatnya tadi.

Pesanan minuman Hafshah sudah sampai, Hafshah berlari keluar rumah dan menghampiri Driver yang berada di depan pagar rumah Hafshah.

Dengan cepat, Hafshah menerima pesanannya dan membayar driver yang sudah mengantarkan pesanan.

Hafshah kembali berjalan masuk ke dalam rumah, belum saja masuk, kakak laki-laki nya sudah pulang dengan motornya.

Hafshah langsung masuk dan berjalan menuju kamarnya.

Masuk kedalam kamar dan menghampiri Gina yang sedang memainkan ponselnya.

"Udah dateng nih, ambil sendiri yaa," Ucap Hafshah memberikan satu kantong palstik yang berisi satu cup boba drink.

Hafshah meminum minuman boba miliknya dan membalas pesan yang masuk melalui aplikasi chatting di ponselnya.

"Gin, gue mau cerita, lo berkenan ngga? Kalo mau sih, kalo ngga juga gapapa,"

"Cerita apa?" Gina sepertinya antusias ketika Hafshah ingin bercerita.

"Gue pengen banget deh punya bisnis, yaa bisnis kuliner gitu.. "

"Heem, terus terus?" Gina menyimak setiap cerita Hafshah.

"Tapi gue bisnis apa ya? Minuman boba udah banyak banget, gue pengennya yang baru, yang ngga banyak orang lain jual," Jelas Hafshah sambil berpikir-pikir.

Gina ikut berpikir, "duh maaf, Ca, gue soalan mikir udah lemot banget," Jawab Gina nyengir.

"Dasar, enaknya apa ya? Oh! Gue jualan dessert aja kali ya?"

"Jangan, kan udah ada pahitmanis Ca," Tolak Gina menyeruput minuman boba nya.

"..."

-Cklek-

*suara pintu terbuka*

Hafshah dan gina menoleh ke arah seseorang yang tiba-tiba membukakan pintu, itu Kakak laki-lakinya Hafshah, Haekal.

Diantara mereka hanya ada keheningan, Haekal berdiri diam melihat seisi ruangan kamar Hafshah.

"Apa sih?" Hafshah mulai jengkel melihat kelakuan kakaknya itu yang aneh.

Haekal memasang wajah datar yang menurut Hafshah itu menyebalkan, Haekal langsung pergi dari depan pintu kamar Hafshah tanpa menutup pintu.

Hafshah meraih bantal di sofa mini nya dan melemparnya ke arah pintu, "Iiiihh!! Dasar punya kakak kalo buka pintu ngga ditutup lagi!!"

Hafshah kesal dan langsung menutup pintu kamarnya dan duduk kembali dekat Gina.

"Sabar, Ca," Gina malah menertawakan Hafshah.

"Lu mah ngga tau sih, dia doyan banget buka pintu tapi ngga mau tutup pintu lagii,"

Hafshah hanya beristighfar agar emosi jengkel pada kakak nya itu menudar, mengelus dadanya agar tenang dan buang nafas.

Obrolan dilanjutkan kembali.

*****