Author POV
pagi ini Kiel di kejutkan dengan Lusia yang tidak berada di kamarnya,salah satu tugas Kiel sebagai pelayan adalah membangun Lusia di pagi hari, namun kini gadis yang hendak di bagunkan itu tidak berada di kamarnya
'kemana gadis itu?' batin Kiel
Kiel segera pergi menemui ayah Lusia untuk menanyakan keberdaan Lusia
saat sedang mencari Kiel bepapasan dengan ayah Lusia
"ah Kiel apa kamu sudah membangunkan Lusia?"
"kebetulan sekali aku cari om untuk bilang itu,Luisa gak ada di kamarnya"
"Lusia tidak ada di kamarnya?" ayah Lusia tampak terkejut dengan yang di katakan Kiel tanda dia juga tidak tau dimana putrinya itu mengingat Lusia sangat susah bangun pagi, tidak mungkin Lusia sudah bangun pagi buta begini.
"apa kamu sudah mencarinya?"
"belum,aku baru ingin mecarinya"
"baiklah kalau gitu kita cari di sekitar Rumah dulu"
Kiel dan ayah Lusia berpencar mencari Kiel mencari di sekitar halaman rumah sedangkan ayah Lusia mencari di dalam rumah
Kiel mencari di luar rumah saat sampai di teras rumah Kiel mengedarkan pandangan nya ke seluruh halaman dan Kiel bernafas lega setelah menemukan Lusia yang sedang menyiram bunga yang ada di halaman tapi Kiel cukup terkejut dengan yang di lakukan Lusia 'gadis itu bangun pagi untuk menyiram bunga?' batin Kiel dan Lusia yang merasa mendengar sesuatu menoleh ke arah sumber suara dan Lusia melihat Kiel dan sang ayah yang baru muncul di pintu dan yang lebih mengejutkan lagi dan sampai ingin membuat Lusia tertawa tapi Lusia tahan karena tidak mau di anggap sakit oleh kedua orang yang ada di depanya ini
sudut bibir Lusia terangkat sebelah "apa kalian pikir aku di culik sampai membuat kalian kusut begini" ujar Lusia sambil sambil mematikan kran air dan melepas celemak kebun dan sarung tangannya
"apa?" serentak Kiel dan ayah Lusia yang masih mengumpulkan kesadaran
"sebaiknya kita segera ke ruang makan aku sudah bikin sarapan" Lusia berlalu meninggalkan sang ayah dan Kiel di teras
setelah Lusia pergi ke ruang makan ayah Lusia memasang wajah lega melihat putrinya masih baik-baik saja 'tapi bagaimana Lusia bisa tau kalau kami berpikir dia di culik?' batin ayah Lusia
"tuan mari kita ke ruang makan" Kiel menyadarkan ayah lusia dari lamunannya
"baiklah,jadi kamu memulai peran mu sekarang"kekeh ayah Lusia
"ya begitulah tuan"
Kiel dan ayah Lusia masuk dan menuju ruang makan tapi lagi lagi Lusia menghilang tidak berada di ruang makan tapi setidaknya sekarang Lusia menepelkan catatan di kulkas yang mengatakan dia di kamar dan menyuruh Kiel dan ayahnya sarapan karena dia sudah siap sarapan
"tuan silakan sarapan saya akan mengantar nona ke sekolah"
"baiklah kamu hati hati"
"baik tuan"
Kiel pergi ke ruang tamu hendak menuju parkir untuk menyalakan mobil
"sudah selesai sarapan?"
Kiel di kejutkan oleh Lusia yang sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan tabletnya
"tentu nona" bohong Kiel
"mobil sudah siap kita tinggal berangkat,kamu yang akan mengantarku kan?"
"benar nona"
"kalau begitu ambil ini" Lusia melemparkan kunci mobil nya dan ia menuju ke ruang makan untuk berpamitan dengan ayahnya
"ayah" panggil Lusia saat sampai di ruang makan
"oh Lusia sudah mau berangkat?"
"iya yah aku pamit Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam"
Lusia menyalami sang ayah,sang ayah sadar jika ada yang berdeda dari putrinya pagi ini "Lusia kamu memakai kacamata lagi?" mengingat dulu purtinya ini selalu memakai lensa kontak
"iya yah,mata Sia pedih kalau pakai lensa kontak" alasan Lusia
"bagus lah kalau begitu,oh satu lagi nanti ayah akan jemput kamu sekalian urus kepindahan kamu"
"ok yah, makasih ayah" Lusia mencuim pipi sang ayah
"sama sama ya sudah berangkat sana Kiel pasti menunggu mu"
"iya yah"
"hati hati di jalan"
"ok yah"
Lusia meninggalkan ruang makan dan segera menuju bagasi
dan di bagasi sudah ada Kiel yang menyambutnya dan membuka kan pintu mobil untuknya Lusia langsung masuk dan Kiel langsung masuk ke mobil setelah menutup pintu Lusia dan juga dirinya Kiel pun melajukan mobil dengan kecepatan sedang
SKIP
keduanya sampai di sekolah Lusia dan Kiel turun dari mobil dan segera membuka pintu mobil yang berada di sisi Lusia
Lusia turun setelah membuka pintu untuknya
"nanti kamu akan datang sama ayah kan menjemputku? tanya Lusia
"benar nona"
"baiklah kamu boleh pergi sekarang aku akan masuk sendiri"
"baik nona, saya permisi"pamit Kiel dan di balas anggukan oleh Lusia
Lusia masuk ke gedung sekolah yang masih sepi, ya Lusia datang sangat pagi, mengingat dirinya yang dulu selalu sengaja datang terlambat agar bisa bolos betapa liar dirinya yang dulu, ya sekarang bukan saatnya dia memikirkan itu Lusia melanjutkan langkah nya yang sempat terhenti karena memikirkan dirinya sendiri dan juga mendengarkan suara pikiran Kiel yang masih belum pergi 'bukan kah Lusia selalu pakai lensa konta,lalu sekarang dia memakai kaca mata?' itulah yang di pikirkan Kiel, Lusia menghela nafas "kenapa tidak menanyakannya saja" gumam Lusia
Lusia masuk ke kelasnya yang sepi namun saat sudah duduk di kursinya dan memuka tabletnya untuk melihat hasil penjualan cafe yang di kirim oleh kak Dara kemarin, teman sekelas Lusia datang dan tampak terkejut dengan ke hadiran Lusia yang sudah sampai di sekolah sangat cepat tapi tampak nya gadis itu ketakutan dan segera hendak keluar kelas, Lusia yang tau apa yang di pikirkan gadis itu mencegahnya pergi
"Lala lo gak usah beliin gue makanan" datar Lusia dan kembali menatap layar tabletnya. ya gadis itu bernama Lala dia adalah gadis yang pernah di bully oleh Lusia, lebih tepatnya bukan dirinya yang membully gadis itu tapi kedua temannya yang memanfaatkanya, walau dia sangat manja tapi dia bukanlah orang yang sangat kejam sampai membully seseorang hanya karena dia tidak menyukainya tapi tetap saja Lusia merasa dirinya jahat karena tiap kali Lala di perlakukan kasar oleh kedua teman nya itu dia hanya melihat dan tidak menolong Lala
"tapi..." ujar Lala gemeteran
Lusia kembali melihat Lala dia tersenyum "untuk kedepanya lo gak perlu beliin gue makanan lagi" ujar Lusia walau dia merasa sangat bersalah pada gadis di depanya ini, Lusia tidak sengaja melihat sebuah memar di lengan Lala, lalu dengan cepat dia melihat mata Lala, mata Lusia membulat saat mengetahui apa yang terjadi dengan Lala selama dia tidak sekolah kemarin melalui pikiran Lala karena dia Lusia yakin Lala tidak akan memberi taunya Lusia mengepalkan tangannya
Lala yang yang merasa Lusia melihat lukanya segera menutupnya dan segera duduk di bangkunya
Lusia terpaku di tempat duduknya, Lusia tidak menyangka dia sudah sangat jahat selama ini karena membiarkan kedua temannya itu berbuat kasar melebihi batas sekarang Lusia tidak akan membiarkan itu terjadi lagi, jika dia dulu hanya bisa melihat tanpa melakukan apa pun setidaknya sekarang dia punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan nya sebelum terlambat
setelah itu siswa kelas Lusia datang satu persatu dan kelas semakin ramai dan semua yang baru datang pasti terkejut dengan Lusia yang pagi pagi sudah ada di kelas yang lebih membuat seisi kelas terkejut Lusia mengenakan kaca mata yang membuatnya semakin jadi pusat perhatian ya walau tanpa kaca mata pun Lusia akan tetap jadi perhatian ya walau begitu Lusia yang sekarang tidak memperdulikan itu, Lusia tetap fokus dengan tabletnya
lalu kedua teman Lusia, Sarah dan Putri datang ke kelasnya kedua teman nya yang dulu bersama, mereka beda kelas dengan Lusia karena kehadiran Aurel dan Putri suasana kelas jadi tegang dan sunyi terlebih buat Lala yang sekarang sudah gemeteran karena ketakutan
"Sia,tumen lo datang pagi?" ujar Putri yang sudah di depan bangku Lusia begitu juga dengan Sarah
"iya,kesambet apa lo?" tambah Sarah
"pengen aja" jawab Lusia datar dan tetap fokus pada tabletnya
"kenapa lo?" tanya Sarah menyadari ada yang berubah dari Lusia
"iya kok serius banget sama tu tablet" Putri mencoba mengambil tablet yang ada di tangan Lusia tapi segera di tepis dengan kasar oleh Lusia dan Lusia melemparkan tatapan tajam pada keduanya
Sarah dan Putri tampak terkejut dengan perlakuan Lusia
"Sia lo kenapa sih?" Sarah tampak kesal dengan perlakuan Lusia yang menurutnya sangat aneh hari ini
"gue sibuk hari ini jadi sebaiknya lo berdua keluar dari kelas gue" tajam Lusia
"apa?" Aurel benar benar kesal sekarang,lalu dia melihat ke arah Lala dan langsung menjambak rambut Lala tentu Lala merasa kesakitan
"ah..sakit" ringis Lala, Lusia yang melihat itu melemparkan tatapan yang membaut siapa saja yang melihat dan tidak terkecuali Sarah yang sedang menjambak rambut Lala tapi itu tidak membuat Sarah goyah dan menarik Lala ke depan Lusia
"apa,dia yang udah buat lo berubah"
"lepasin Lala"
seisi kelas terkejut dengan apa yang dikatakan Lusia,gadis yang dulu tidak pernah peduli dengan keadaan seorang Lala,kini mempedulikannya
"jadi bener dia yang buat lo kayak gini" tambah Putri
putri melayangkan tangannya hendak menampar Lala namun
GREEB
Lusia menahan tangan Putri "apa yang terjadi sama gue sekarang gak ada hubungannya sama Lala" Lusia masih bicara dengan nada yang sama
"gue gak percaya,gue tau pasti Lala yang hasut lo kan"
"kayaknya percuma gue ngomong "
Lusia mendekati Sarah yang masih menjambak Lala lalu Lusia menepis tangan Sarah dengan kasar sehingga jambakan rambut Lala lepas, lalu Lusia mendudukan Lala di kursinya lalu menarik Putri dan Sarah ke luar kelas dan membawa nya ke belakang sekolah saat sampai di belakang sekolah Lusia melepaskan ke keduanya
lalu Lusia membalikan badanya dan masuh dengan tatapan nya yang datar
"mulai sekarang jangan pernah ganggu gue lagi"
"apa maksud lo?" tanya Sarah
"lo gak perlu tau"
"lo gak bisa gini Sia"
"gue gak mau dengar apapun dari kalian lagi"
Lusia meninggalkan keduanya di sana 'liat aja Sia gue akan buat lo nyesel ninggalin gue sama Putri' batin Sarah
Lusia yang mendengar itu menghentikan langkahnya dan berbalik dan tersenyum sinis "gue gak bakal nyesel" lalu Lusia melanjukan lanngkahnya menuju kelas
setelah kejadian itu bel masuk berbunyi dan pelajaran di mulai dan berjalan dengan lancar tanpa masalah sampai bel istirahat bunyi
semua siswa kelas Lusia keluar menuju kantin tapi tidak dengan Lusia yang tetap di bangkunya dan kembali berkutik dengan tabletnya dan kali ini Lusia menggunakan heansed karena sangat melelahkan mendengar suara pikiran siswa sekolah yang banyak ini bahkan Lusia tau siapa orang yang di sukai teman temanya
sekolah tempat Lusia sekarang adalah sekolah swasta elit yang isinya hanya orang yang memiliki saku tebal adapun murid biasa yang sekolah di sini menjadi siswa undangan karena memiliki otak yang cerdas seperti Lala dia hanya murid dari kalangan orang biasa tapi dia memiliki otak yang cerdas sehingga bisa sekolah di sini dan di bebaskan dari segala pembayaran yang ada di sekolah tapi karena itu juga dia di bully
saat ini Lusia mencatat apa yang di dengarnya dari pikiran setiap orang di tabletnya bukan semuanya juga sih tapi orang yang di anggapnya penting dan perlu, tentu saja Lusia tau siapa saja orangnya walau sekali pun tidak kenal
"...ia"
"sia..."
"Lusia"
"eh"
karena terlalu fokus dengan tabletnya Lusia tidak menyadri kalau Lala memanggilnya
"ah, aku ganggu kamu ya..." gugup Lala
"ah gak kok, maaf gue gak dengar tadi"
"iya gak papa kok,ini" Lala memberikan sebuah roti pada Lusia
"La,gue kan udah bilang lo gak usah ngelakuin ini lagi"
"aku ngelakuin ini karena aku ingin, bukan karena aku harus jadi pesuruh mu Sia" Lala tersenyum
Lusia sontak kaget dengan yang di katakan oleh Lala, dia tidak mendengar suara pikiran Lala akan mengatakan itu sepertinya itu perkataan spontan, mendengar itu rasa bersalah Lusia menjadi semakin besar pada Lala
"maaf" ujar Lusia tercekat Lusia
"hm?" bingung Lala
"maaf,selama ini gue gak peduliin dan nolong lo"
Lala tersenyum "jadi itu masalahnya"
Lala tersenyum lagi "Sia aku gak pernah ngerasa kamu salah sama aku, yang bully aku kan Sarah sama Putri bukan kamu"
"tapi tetap aja gue gak bisa nolong lo padahal gue selalu ada di sana saat lo di bully dan gue gak ngelakuin apa apa" bulir bening jatuh di pipi Lusia
"aku tau kamu bukan orang yang jahat,kamu tau saat aku di bully aku selalu berharap kamu akan menolong ku,dan tadi pagi harapan itu terwujud kamu menolong ku, jadi kamu tidak perlu menyalahkan diri mu lagi,dan akmu tidak perlu minta maaf karena kamu gak salah Sia"
"terus kenpa lo tadi pagi takut sama gue?"
"aku memang takut sama kamu karena dulu aku berpikir kamu akan membully ku juga,tapi setelah kamu menolong ku pagi ini aku tidak takut lagi dan kalau aku takut mungkin sekarang aku gak bisa ngomong sama kamu"
Lusia tidak menyangka orang yang pernah dia tidak peduli kan mempunyai hati yang sebaik ini dan tidak pernah menyimpan dendam padanya bahkan Lusia tidak menyangka kalau Lala pernah berharap padanya, dan saat itu pula tangis Lusia pecah setidaknya dia masih belum terlambat untuk memperbaiki satu persatu kesalahnnya itu adalah hal yang bisa di syukurinya sekarang
Lala memeluk Lusia yang bergetar karena menangis
setelah beberapa saat Lusia akhirnya berhenti menangis dan kini Lusia sudah memperbaiki hubungan nya dengan Lala sebagian dari siswa yang berada di kelas berdecak kagum melihat pemandangan mengharukan itu
"Lala yang bikin luka itu Sarah sama Putri kan?"
"kamu udah tau ya" Lala tersenyum kecut
"nanti pulang sekolah kamu ikut gue ya?" ajak Lusia
"kemana?" tanya Lala
"gue mau ajak lo ke rumah sakit"
"Sia lo gak perlu ngelakuin itu ini cuma luka kecil kok"
"luka kecil yang gue liat di tangan lo tapi luka besar di punggu lo yang gak bisa gue liat"
mata Lala membulat 'bagaimana dia tau!?'