Chereads / NoLife Kanojo/NoLife Girlfriend / Chapter 1 - Kaset cinta (pembukaan bagian 1)

NoLife Kanojo/NoLife Girlfriend

Adan_Rafli
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 14.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kaset cinta (pembukaan bagian 1)

Namaku Yamada Kazuki. Kalian boleh memanggilku Kazuki-nama depanku-atau panggil Yamada juga bagus. yah..., kalian bebas memanggilku apa. Aku adalah seorang murid SMA biasa yang hidup diwilayah Kanto. Kota Shinjuku-Prefektur Tokyo, Jepang.

Pacarku-, ah... maksudnya perempuan yang kusuka. Dia adalah seorang yang jarang bergaul, dan lebih menyukai Anime dan Game. Ahh..., dia adalah Otaku dan Gamers garis keras. Aku menyukainya!

Sedangkan aku? ya..., aku juga adalah seorang otaku yang menyukai Anime dan Manga.

Kadang juga aku suka membaca Light Novel sih...

Berbeda denganku, dia adalah orang yang jarang bergaul dan bicara pada orang lain. Disekolah dia hanya berbicara denganku dan beberapa teman dekatnya-hanya menurutku lho.

Aku sendiri adalah orang yang bergaul seperlunya, tetapi bedanya aku masih bisa berbicara dengan baik kepada teman-temanku.

---

1 bulan sebelumnya. Hari Senin.

Hari ini di perpustakaan kondisinya cukup tenang. Aku baru saja dari kantin yang penuh sesak dan keramaian. Aku merasakan kedamaian ketika berada di perpustakaan. Aku menarik nafas, menghirup udara Pendingin Ruangan yang cukup sejuk.

Pertama-tama aku mulai dari deretan Buku Fiksi. Aku melirik sekitarku, terlihat hanya sedikit orang yang berkunjung ke perpustakaan.

"Pantas saja disini tenang."

Namun terlepas dari itu, perpustakaan memanglah tempat yang tenang. Orang-orang yang datang ketempat ini hanyalah orang yang menyukai buku, mencari referensi, dan mencari ketenangan.

Aku mengambil salah-satu buku diantara deretan buku lainnya. Judul bukunya Gusha no End Roll, karya Yonezawa Honobu. Sebelumnya aku sudah membaca seri pertamanya yang berjudul Hyouka. Jadi bisa dibilang ini kelanjutannya, atau bisa dibilang volume keduanya.

Kemudian aku menuju meja informasi untuk melaporkan buku yang akan kupinjam. Aku lalu menyerahkan buku yang kupinjam serta kartu anggota perpustaanku kepada Siswa yang merupakan Anggota Perpustaan yang sedang bertugas.

"Ini saja, ada lagi yang bisa kami bantu?"

"Ouh tidak, terimakasih."

Buku dan kartuku kemudian dikembalikan setelah didata. Aku diberikan waktu 7 hari untuk membacanya.

Aku lalu melirik sekitar lagi, melihat sesuatu sebelum pergi dari perpustakaan. Mataku lalu tertuju pada rak buku yang ada diujung. Aku lalu bertanya sambil kepada Anggota perpustakaan barusan.

"Hei, apa yang disebelah situ adalah deretan buku Manga (Komik)?"

"Iya, disitu adalah deretan buku Manga yang baru saja didatangkan sekolah dua hari lalu."

Anggota perpustakaan itu kemudian berbisik sambil mendekat kearahku.

"Bahkan aku melihat ada Manga Ecchi (cari sendiri di google) yang terselip diantara Manga lainnya."

"B-benarkah?"

"Ya~"

Aku terkejut dengan perkataannya barusan. Aku lalu berjalan pergi menuju ke deretan rak buku berisi Manga itu. Sepertinya menarik.

Aku tidak melihatnya dengan alasan ingin melihat Manga Ecchi, aku hanya penasaran pada Manga yang barusaja didatangkan ke perpustakaan sekolahku.

Serius!

Sungguh!

Aku lalu berdiri didepan rak buku Manga tersebut. Benar kata orang tadi, banyak sekali Manga yang ada. Bisa dibilang cukup lengkap.

Aku mencoba memastikan, kemudian melirik sekitar.

Terlihat seorang siswi yang tingginya sama sepertiku sedang membaca salahsatu Manga yang ada.

Dia cantik, rambut nya berwarna biru muda dengan model twintail. Dia juga memiliki bola mata berwarna ungu. Sepertinya dia anak kelas satu, sama sepertiku. Aku harus mendekatinya dan bertanya.

Aku lalu menghampirinya yang sedang menunduk dan memfokuskan matanya pada Manga yang dia baca.

"Anu-, permisi... Manga apa yang sedang kau baca?"

"???"

Dia hanya menatap kearahku sesaat dan kembali membaca Manga. Aku terabaikan :')

"Anu-, aku bertanya buku apa yang kau baca?"

"..."

Dia bahkan tidak menolehku :')

"Anu-, apa kau mendengar perkataanku?"

"Apa kau tidak bisa melihat judul dari covernya."

Jawabannya datar tanpa menoleh kearahku.

Bahkan cover depannya saja tidak terlihat karena terhalang olehnya. Dia bilang untuk melihatnya? Aneh sekali.

"Anu-, bahkan covernya terhalang olehmu."

Dia lalu berhenti membaca dan menutup halaman bukunya. Kemudian dia mengarahkan Manga itu kedepan wajahku dengan kedua tangannya. Berlebihan sekali.

"Apa sekarang terlihat dengan jelas."

"i-iya, terlihat dengan jelas." jawabku sambil memalingkan wajah melihat kelakukannya. Apa-apaan itu, dia bertanya dengan ekspresi datar yang mengesalkan.

"Hy-you-ka..., Hyouka?"

"Ya."

Dia menurunkan tangannya kebawah dari wajahku.

"Memangnya kenapa."

Lagi-lagi dia bertanya dengan ekspresi datar yang aneh.

"Itu sama seperti Novel yang kupinjam."

Aku menunjukan buku yang baru saja kupinjam.

"Gusha no End Roll...?? Buku apa ini, kau berbohong."

" ...Ini adalah volume kedua dari cerita Hyouka, hanya saja judul bukunya berbeda."

"Aku baru tahu ada novel Hyouka. Aku hanya membaca manga dan menonton Animenya saja."

"Hmm... Itu benar, cerita Hyouka berasal dari Novel. Hmm... Anime ya? -Eh?? Apa ada Anime tentang Hyouka?!"

"Ada. Apa kamu tidak tahu."

"Aku tidak mengetahuinya, aku pikir itu hanyalah sebuah Novel biasa. Aku sungguh terkejut."

Ya, karenanya aku jadi tahu kalau ternyata cerita Hyouka bukan hanya di novel saja. Ceritanya bahkan dibuatkan ilustrasi manga, dan bahkan ada serial animenya.

Aku ingin mengetahui lebih banyak hal darinya. Lalu aku memandangi wajah datarnya itu. Dia tiba-tiba saja tersenyum. Oh tuhan, manis sekali.

"Apa kamu suka menonton Anime?"

Aku terkejut dia bertanya padaku. Kupikir dia akan tetap dingin seperti tadi.

"A-aku? Aku hanya menonton Anime Naruto saja, he-he-he."

"Apa kau ingin aku tunjukan Anime Hyouka dan yang lainnya?"

Uwahh... Dia bahkan menjadi lebih terbuka. Sungguh perubahan yang drastis.

"Kalau kau mau, akan kutunjukan setelah ini. Ikutlah denganku"

"Aku mau!"

Dia lalu meletakan kembali manga yang ia baca.

"Kau tidak jadi meminjam?"

"Akan merepotkan jika meminjamnya. Lebih baik aku menonton Animenya saja."

Dia lalu berjalan pergi dari ruangan, dan aku mengikutinya dari belakang.

---

Aku lalu sampai di depan sebuah kelas dengan papan tanda bertuliskan '1-D'. Siswi yang tadi bersamaku kemudian masuk kedalam kelas itu. Sepertinya dia memang kelas satu sama sepertiku.

Dia lalu duduk di salah satu kursi yang ada-mungkin itu meja tempat ia biasa duduk. Aku kemudian hanya bisa berdiri disamping kanannya. Siswi itu lalu mulai merogoh isi tasnya.

Dia lalu mengeluarkan sebuah CD film dari dalam tasnya. Kemudian dia menyerahkannya kepadaku.

"Apa ini?"

"CD Anime Hyouka. Aku baru membelinya 2 hari yang lalu, dan aku sudah selesai menontonnya. Kamu bisa meminjamnya."

Aku lalu menerima CD yang dia berikan dengan senang hati.

"Kamu sudah selesai menontonnya? Cepat sekali!"

"Sebenarnya saat aku membelinya, aku langsung menontonnya sampai habis hari itu juga."

"Ehh?! Luar biasa!"

Dia lalu mengeluarkan senyum yang sebelumnya kulihat di perpustakaan. Sebuah senyum asal-asalan yang begitu manis.

"Tidak perlu terburu-buru menontonnya, datanglah kemari saat kamu sudah selesai menontonnya. Aku akan ada di kelas saat jam istirahat."

"Tentu. Kalau begitu terimakasih."

Kemudian aku keluar dari kelas setelah berterimakasih. Saat aku keluar kelas aku baru sadar bahwa aku sedang dipandangi oleh orang-orang dikelasnya.

---

2 hari kemudian. Hari Rabu.

Aku menuju ke kelas siswi yang aku jumpai dua hari lalu. Hari ini aku akan menuju kelasnya untuk mengembalikan barang yang kupinjam.

Aku lalu masuk ke kelasnya, dan seperti kemarin orang-orang sekitar memandang kearahku. Siswi itu sepertinya hanya diam dan melamun saja. Aku lalu memutuskan menyapanya.

"Selamat pagi."

Siswi itu lalu menoleh kearahku. Wajahnya kembali datar saat aku pertama kali bicara dengannya.

"Oh kamu, apa sudah selesai membacanya?"

Dia tidak menjawab sapaanku, tetapi ekspresi nya berubah menjadi senang saat melihatku.

"Sudah, animenya sangat seru. Seperti novelnya."

Aku lalu meletakan CD yang aku pinjam diatas mejanya.

"Ngomong-ngomong kita belum berkenalan. Perkenalkan namaku Yamada Kazuki dari kelas 1-B. Kamu bebas memanggil namaku."

"Kalau begitu Kazuki saja, nama depanmu terlihat keren. Namaku Fujihara Miyu."

"Terimakasih, kalau begitu aku akan memanggilmu Fujihara-san."

"Boleh, itu terlihat sopan."

"Jadi, Kazuki-kun. Apa kamu mau kerumahku pulang sekolah?"

"K-kerumahmu? Apakah tidak apa-apa?"

"Tenang saja hari ini rumahku sepi."

"Justru itu terlihat mencurigakan."

"Jangan khawatir, kalau kamu mau aku akan memberikanmu CD Lainnya."

"Kalau begitu aku mau."

"Aku tunggu pulang sekolah di depan gerbang."

"Kalau begitu aku kembali ke kelas dulu. Sampai jumpa."

Setelah itu aku keluar dari kelasnya.

---

Pulang sekolah.

Aku berjalan keluar dari gedung sekolah. Fujihara-san bilang untuk bertemu di depan gerbang sekolah. Sambil berjalan keluar menuju gerbang aku menoleh ke kanan-kiri untuk mencarinya. Tapi sepertinya mustahil mencarinya ditengah keramaian para siswa yang juga sedang berjalan pulang.

"Kazuki-kun."

Aku menoleh kesisi kiriku. Ternyata itu adalah suara Fujihara yang memanggilku.

"Aku kesulitan mencarimu ditengah keramaian ini."

"Aku sudah memanggilmu empat kali dari tadi."

"Benarkah? Suaramu terlalu pelan, aku kesulitan mendengarnya. Maaf."

"Kalau begitu ikut aku..."

Aku mengikutinya berjalan pulang kerumahnya. Rumahnya searah dengan rumahku. Hanya saja rumahku lebih jauh. Fujihara tinggal di sebuah rumah berlantai 2 dengan cat berwarna putih dan atap berwarna biru. Didepan rumahnya terdapat papan tanda bertuliskan 'Fujihara'-marga keluarga.

Fujihara lalu mengeluarkan kunci dari dalam tasnya, dan dia mulai membuka pintu rumah. Dari dalam terlihat gelap dan sepi. Fujihara menyalakan lampu dan mulai melepas sepatunya asal-asalan.

"Ojamashimasu (Permisi)."

Aku lalu mulai melepas sepatuku dan menaruhnya di rak sepatu yang tersedia bersama dengan sepatu Fujihara yang dia letakan begitu saja.

Gadis itu sepertinya terbiasa melakukan hal itu setiap hari.

Fujihara lalu mempersiapkanku masuk ke kamarnya yang berada di lantai 2. Dia mengunci kamarnya setelah masuk kedalam.

Aku lalu terkagum-kagum setelah melihat poster-poster yang ditempel di dinding kamar. Posternya berupa gambar karakter anime dan karakter game terkenal. Selain itu, terdapat banyak komik dan kaset yang ada di rak-rak.

"Ehh...?"

Kekagumanku lalu hilang setelah melihat komik dan CD yang tidak tersusun rapih di raknya, juga berserakan di lantai.

Bukan hanya itu, bahkan PC miliknya masih menyala. Ada juga sebuah Notebook yang masih terbuka menyala tergeletak sembarangan di lantai. Dan yang terakhir, Charger Handphone miliknya masih tersambung dengan stopkontak listrik!

Sang pemilik kamar duduk diatas kasur dengan posisi kaki yang disilangkan, kedua tangannya saling menempel diantara rok untuk menutupi bagian tubuh bawahnya, dan dia bersandar pada dinding dibelakang. Dan disampingnya tergeletak tas miliknya

"Silahkan kamu pilih saja CD dan komik yang ingin kamu pinjam."

Dia bicara dengan santainya seperti orang tidak berdosa.

"Kalau begitu aku ingin cerita yang bertema Isekai."

---

2 hari kemudian. Hari Jumat. Didalam kelas Fujihara.

"Apa kamu punya CD Anime Sword Art Online yang lainnya!?"

"Tapi Anime itu hanya ada tiga season, kalau kamu ingin tahu kelanjutan ceritanya, kamu harus membaca Light Novel nya."

Hari ini aku jadi lebih bersemangat setelah menonton anime yang diberikan Fujihara-san lagi. Tetapi dia bilang aku harus membaca Novel nya untuk mengetahui kelanjutan cerita tersebut.

"Jangan khawatir, pulang sekolah nanti datanglah lagi kerumah ku. Aku akan meminjamkanmu Light Novel Sword Art Online."

Fujihara berbicara sambil tersenyum, sepertinya dia sangat senang memiliki teman. Seharusnya dia lebih banyak tersenyum seperti itu, pasti semua orang suka dan ingin berteman dengannya.

"Yosh!!! Kalau begitu ayo kita pergi kerumah mu sepulang sekolah."

Rasanya aku semakin bersemangat ingin mengetahui kelanjutan cerita tersebut. Sepertinya ini awal kehidupan ku sebagai Otaku AniManga.

Fujihara-san tertawa kecil mendengar perkataanku barusan.