Ailen membuka pintu rooftop dengan kencang, ia berlari ke pojok dan menangis di sana.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang datang menghampiri dan bertanya, "eh, lo kenapa? Tadi kayanya baik-baik aja, deh."
Ailen mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Sang Empunya, ternyata dia adalah Meda.
Di dalam hati Ailen merasa kesal karena ada yang ganggu tangisnya, Ailen menggelengkan kepalanya.
Cowok itu menatap Ailen aneh, tapi kenapa dia sangat menyukainya?
Ailen segera mengusap air matanya dan berdiri memegang pagar atap itu. "Huh?" Hembusan nafas itu membuat si cowok mendekati Ailen.
"Lo punya masalah?"
Ailen menatap wajah Meda yang sangat serius baginya, Ailen tiba-tiba tertawa kecil melihat wajah Meda.
"Gue juga ga tau," jawab Ailen. Meda mengangguk mengiyakan. Ailen dan Meda sama-sama melihat ke bawah yang pastinya lapangan untuk anak anak main.
"Kalo mau cerita, gapapa. Gue siap mendengar cerita lo kapan aja," tawar Meda. Ailen mengambil napas dalam dan menghembuskan perlahan.
Senyum Ailen mengembang dan tertawa kecil, "lo sendiri? Muka lo juga keliatan kusut banget."
"Tapi ganteng, kan?"
Ucapan Meda membuat Ailen terkekeh. "Mau turun? Gue mau beli minuman." Meda mengangguk mengikuti Ailen pergi ke kantin.
"Tadi bukannya lo ke kantin?" Ailen mengangguk.
"Ya, tapi tiba-tiba ga napsu aja."
"Terus ke rooftop sambil nangis? Cengeng." Sambung Meda. Ailen langsung memukuli tangan Meda yang dengan gampangnya menilai orang.
Meda tersenyum saat Ailen memukuli tubuhnya, merasakan Ailen tersenyum sudah cukup bahagia.
"Maaf, deh. Jangan di pukulin terus gue nya nanti ga ganteng lagi."
Hal itu membuat Ailen kesal dan memukuli Meda lebih kencang dan lama dari yang tadi.
Meda memesan minuman kepada bibi kantin, Ailen menyelesaikan pukulannya dan memesan minuman juga.
*****
"Kita di pertemukan di sini karena punya masalah, aneh."
Meda menatap Ailen lama melihat wajah Ailen begitu dekat dan mencubit hidung Ailen. "Aaah, Meda!! Lepasss!! Ga bisa napas, nih!!"
Meda melepaskan jarinya dan tertawa ngakak melihat hidung Ailen yang merah seperti badut.
"kalo lu ngedesah kaya tadi jadi cantik, deh, Len!!"
Ailen memukul bahu Meda. Walaupun Ailen polos tapi Ailen mengerti dan tidak suka dengan ucapan mesum seperti itu.
"Ish!! Meda mesum!!" Ailen langsung meninggalkan rooftop dan pergi ke kelas.
Meda duduk di rooftop sambil tersenyum, "Ailen, lo cantik kalo marah."
****
"Len!!" panggil Rema.
Ailen segera menuju ke arah kedua sahabatnya dan duduk mengikuti alur obrolan mereka.
"Tadi gue liat lo bareng Meda, deh," putus Eca. Ailen tersenyum singkat menanggapi ucapan itu.
"Lo serius Ca??" tanya Rema heboh. Eca mengangguk.
"Tadi gue liat dia beli minuman sama Meda terus naik ke rooftop. Kalian ngapain aja di sana?"
"Ha?? Ga ngapa ngapain, lah, cuma ngobrol aja."
"Meda orangnya gimana?" tanya Rema. Ailen menghembuskan napasnya pelan.
"Kalian, sini gue kasih tau."
Rema dan Eca segera dengan cepat Mendekatkan kupingnya ke muka Ailen. "Kalian kalo di suruh pilih permen, mau permen bekas apa baru?" tanya Ailen.
"Baru."
"Yaudah, kalo kalian denger gimana sifat Meda dari gue, artinya kalian makan permen bekas. Paham?"
Rema dan Eca langsung menjauhkan telinganya dari wajah Ailen. "Ck. Mulai lagi dia," celetuk Rema.
Ailen pergi meninggalkan Rema dan Eca ke bangkunya dan mengerjakan tugas baru yang di berikan guru.
****
"Nih, buat lo!!"
Meda langsung pergi setelah memberikan susu kepada Ailen. Ailen mencoba mengambil susu itu dan melihat apa ada yang aneh apa tidak.
Ailen menemukan surat dan mencoba membukanya.
"Len, maaf. Gue minta maaf jika tadi salah kata sama lo, mungkin gue ga akan lagi datang di kehidupan lo.
Gue ga akan ganggu lo lagi, dan menyamakan sikap gue seperti kepada cewek lainnya.
Selamat tinggal Ailen.
-Antony Andromeda"
Ailen menutup suratnya dan memasukan susu botol itu ke dalam tasnya.
"Len!! Hello .... Ailen?!"
Ailen melihat di pintu ada kedua sahabatnya, "kenapa?"
Rema dengan kesal langsung menarik tangan Ailen dan pergi ke lapangan. Mereka berlarian menggandeng tangan Ailen.
"TARAAA!!"
"Lo, tuh, ya ... " Geram Ailen.
"Kenapa?"
"Bisa ga, sih, jangan buat gue kaget?" Rema tertawa lepas melihat wajah polos Ailen.
"Maaf, Nyonya Meda."
"Ppfffttt ... Hahahaha kocak banget," tawa Eca.
Ailen duduk memandangi lapangan basket itu, nyaman dan tentram rasanya.
Ailen masih tidak mengerti mengenai surat itu, tiba-tiba Meda datang melewati Ailen begitu saja.
"Ha ... " Ailen tidak jadi menyapa karena Meda benar-benar tidak tersenyum apalagi melihat kearahnya.
"Dia benar-benar berubah, huh?" Ucap Ailen pelan.
"HA? SIAPA YANG BERUBAH, LEN?" teriakan Rema membuat semua orang yang ada di sana menatapnya.
"Ah, bukan siapa-siapa."
Ailen langsung meninggalkan lapangan itu karena menanggung malu dari suara Rema tadi.
'Meda benar-benar menepati janji seperti yang di surat itu,' batin Ailen.
Ailen pergi ke rooftop, untuk menenangkan diri sambil mengeluh, "huh? Gue salah apa, sih, sebenernya? Semua pada menjauh."
Sebenernya Meda masih di rooftop melihat Ailen seperti itu, dengan cepat ia meninggalkan Ailen sendiri.
"MEDA!! TUNGGU GUE!!" teriak Ailen yang tidak dihiraukan oleh Meda. "Meda!! Hiks ... "
Ailen segera mengelap air matanya dan turun memasuki kelas. Ailen duduk di kursinya dengan menelungkupkan wajahnya di celah tangan.
"Ailen kenapa?" bisik Eca kepada Rema. Rema mengedikkan bahu tidak tahu.
*****
Waktu pulang sekolah sudah tiba, Ailen segera pulang tanpa main bersama teman-temannya terlebih dahulu. Ailen langsung memakirkan sepedanya di parkiran rumah mereka, lalu dia pergi ke toko mie milik ayahnya.
"Dia siapa, yah?" Tanya Ailen kepada ayahnya yang lagi mengobrol dengan salah satu bapak-bapak.
"Dia tetangga baru kita, namanya Pak Alex. Dia punya satu anak laki-laki seumuran sama kamu, sebentar lagi juga pulang, kok." jawab ayah Ailen. ailen hanya mengangguk pelan mengikuti saran ayahnya.
"Eh, itu anak saya." ujar Pak Alex menunjuk ke salah satu anak laki-laki.
Ailen dan Meda sama-sama terkejut karena di pertemukan di sini. "LO?!" ucap Ailen dan Meda sambil saling menunjuk satu sama lain. Ayah dan Pak Alex hanya tertawa karena kita sudah sama sama kumpul di sini.
"Ya, tolong bantu kami, pak. Kita tetangga sekarang," Pak Alex berucap sambil tertawa.
"Anak bapak juga bisa jaga anak saya, kan. Hahaha, dia cowok harus bisa menjaga cewe, dong?"
Ucapan bapak membuatku kesal, pasalnya Meda sudah tak mau berteman dengan dirinya lagi. Itu yang Ailen pahami maksud Meda di sekolah tadi, dia aka bersikap dingin dan cuek kepada Ailen di sekolah.
Ailen langsung pamit pulang, dan merebahkan badannya di kasur ketika ia telah sampai di rumah.