"Kenapa harus aku yang di kambing hitamkan?, padahal bukan Hanya aku yang bersalah bahkan aku hanyalah korban dalam hal ini kenapa, kenapa kenapa?????" ucap Sean.
"Ya itu sesuai dengan rencana ku, Kania tidak boleh mengetahuinya hal ini, aku bisa saja membunuh mu dalam hitungan detik!!" ucap Amira mengancam.
"Acaman anda sangat tidak berpengaruh bagi ku, ibuku telah mati meninggalkan ku, anakku telah mati.... lalu apa yang harus aku takutkan sekarang bahkan aku sangat menginginkan kematian ku saat ini!!!" ucap Sean marah dengan pandangan kosong.
"Kau sudah gila ya, aku... tidak perduli dengan mu!, Aku juga akan menyingkirkan suster bodoh itu dan mungkin akan menyiksa Kania secara perlahan!!!!!!". ucap Amira mengancam sambil tersenyum licik.
"Kau sudah gila, kenapa kau terus melukai orang-orang yang tidak bersalah???. Kenapa dendam mu itu sangat turun temurun tetap bkau peliharaan???, aku sangat merasa kasihan padamu kau bahkan tidak pernah berkesempatan tersenyum bahagia dan tersenyum manis karna memiliki keluarga yang utuh!," ucap Sean tersenyum miris menatap perempuan paruh baya yang telah menjadikannya boneka hidup selama ini.
"Kau tahu gara-gara kehilangan anaknya Ainun bahkan menjadi gila, waniata itu terlihat menganggap Kania benar-benar seperti anaknya dia pikir aku tidak mengetahui kepalsuan nya itu !!!!!." ucap Ainun dengan merasa kesal.
"Hal itu menandakan bahwa wanita ular itu masih mempunyai hati, tidak seperti anda yang telah larut terbakar dendam," ucap Sean.
Di tempat lain Kania sedah sibuk memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang, Kania sangat merasa bosan dirumah sekarang dan Muzza selalu meninggalkannya kekantor meskipun mereka tinggal satu atap tapi tentunya beda ruangan karna mereka baru bertunangan.
"Muzza izinkan aku ikut dengan mu..... aku merasa sangat bosan dirumah terus?" ucap Kania sambil menarik-narik tangan Muzza Seperti anak kecil.
"Kau yakin sayang?," tanya Muzza dengan ragu. Muzza sudah pernah mengajak Kania untuk ke kantornya dan Kania malah mengajaknya kembali pulang karna merasa bosan.
"Iya tentu" ucap Kanaya sambil medipkan matanya seperti anak kucing yang terlihat imut .
"Kalau begitu ayo kita berangkat," ucap Muzza yang telah membuat rambut Kania berantakan Karana gemas.
"Ih.... apaan sih kamu, kan jadi berantakan... huft.....kesalllll....!!" ucap Kania ngambek karna rambutnya yang telah tertata rapi jadi berantakan.
"Ups.... maaf sayang.... siapa suruh kamu bikin aku gemas," ucap Muzza tanpa rasa bersalah.
Walaupun Muzza berkata demikian lalu kemudian Muzza pergi mengambil sisir dan merapikan kembali rambut dari pujaan hatinya itu.
"Nah sekarang kamu udah cantik dan rapi" ucap Muzza setelah memasangkan jepit rambut Kania.
Wajah Kania tentu saja memerah tapi bukan Karana menahan kesal justru Kania terlalu bahagia dan malu dengan sikap manis dari Muzza.
"Terimakasih ". ucap Kania dengan malu-malu.
"Sama-sama, ayo kita berangkat," ucap Muzza sambil menggandeng tangan Kania dengan lembut .
Kania dan Muzza saling diam saja beberapa saat perjalanan menuju kekantor, Muzza fokus menyetir sedangkan Kania fokus memperhatikan pemandangan luar jendela mobil. Tapi kemudian Kania membuka percakapan.
"Sebenarnya aku ingin nyicil perkerjaan ku, tapi kenapa ide-ide ku jadi buntu ya" ucap Kania sambil tersenyum memandang kepadanya kendaraan yang mengantri di lampu merah.
"Memangnya kau ingin mengerjakan apa sayang?" tanya Muzza penasaran.
"Tentunya menulis maksudku mengetik novel." ucap Kania dengan malas.
"Wah, calon istri ku ini sangat pintar dan berbakat," ucap Muzza yang merasa bangga.
"Terimakasih, aku rasa aku telah mendapatkan ide yang bagus untuk melanjutkan part novel selanjutnya", ucap Kania sambil tersenyum senang dan kemudian fokus ke handphone nya untuk mengetik novel.
"Aku akan selalu mendukung mu asalkan kau tidak berkerja terlalu berat, dan juga tidak meninggalkan ku." ucap Muzza sambil membelai pelan kepala Kania tapi tidak sampai membuat rambat kania acak-acakan seperti sebelumnya.
"Maksudmu aku hanya boleh dirumah saja?", tanya Kania yang memicingkan mata tidak suka.
"Iya tentu saja kau boleh keluar rumah tapi harus bersama ku atau dengan seseorang yang dapat aku percaya. aku terlalu menghawatirkan keselamatan mu" ucap Muzza menjelaskan.
"Hemmmmm.... ternyata kau sangat posesif," ucap Kania kemudia melanjutkan mengetik.
"Aku hanyalah berusaha menjaga sesuatu yang kuanggap penting dan berharga." ucap Muzza membela diri.
15 menit kemudian mereka sampai d i kantor, tampaknya ada berapa pegawai yang menggosipkan mereka yang terdengar suaranya sampai ke telinga Kania.
"Kalian liat tuh calon suami gue Ama adeknya Dateng lagi pasti mau jemput aku..," ucap salah satu karyawati dengan centilnya.
"Sok tau kamu, itu si bos belum tentuu bawak adeknya siapa tau calon istrinya kan." ucap karyawati lainnya.
"Ya kamu gak liat perempuan itu masih terlalu mungil mana mungkin juga bos mau nikah Ama anak bau kencur katak gitu kalau pun dia bukan adeknya bos". balas karyawati centil tadi.
"Hemmmmmm..... kalian dibayar buat kerja bukan menggosip saya dan calon istri saya ini " ucap Muzza dengan tegas bahkan tangannya telah bertengger manis di bahu Kania yang fokus pada ponsel.
Kania hanya menanggapi nya dengan acuh dan mengikuti kemanapun kaki Muzza melangkah.
"Maaf Pak " ucap kedua karyawati itu sambil menunduk takut.
Kania dan Muzza memasuki ruangan Muzza, dan Muzza tentunya menuntun Kania ke sopa terlebih dahulu agar tidak menabrak apapun,
Kania terlalu fokus dengan novel seakan memiliki dunianya sendiri tapi Muzza memaklumi hal itu. Karna fokus pada novel lebih baik dari pada Kania fokus chatan dengan laki-laki lain.
"Duduk lah disitu dengan tenang sayang aku akan menyelesaikan tugas ku." ucap Muzza yang kemudian duduk di kursinya dan mulai mengecek laporan.
"Muzza aku merasa lapar aku lupa tadi kalau belum sempat sarapan," ucap Kania sambil memegangi perutnya karna merasa sakit.
"Ya... Allah sayang aku juga lupa mengingat mu karna tadi aku makan bareng tante saja dan tante tidak bilang kalau kamu belum sarapan, atau mungkin dia lupa." ucap Muzza yang merasa bersalah.
"Ayo kita makan keluar sekarang, jam sudah menunjukkan hampir pukul jam 12 siang ini seharusnya makan siang." ucap Muzza yang ingin mengajak Kania makan diluar.
"Gak mau Akau mau makan disini aja, kamu pesan makanan lewat ojol aja ya." ucap Kania.
"Yaudah iya, kamu mau makan apa sayang?" tanya Muzza.
"Apa aja yang penting halal dan enak". jawab Kania.
Muzza dengan cepat memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua, dan 10 menit kemudian pesanannya pun datang.
Tok,tok,tok
"Silahkan masuk" ucap Muzza dengan formal.
"Maaf pak saya hanya ingin mengantarkan pesanan Anda," ucap sekertaris Muzza yang bernama Vivi.
"Silahkan letakan diatas meja dan kau bisa menutup pintu dari luar!!". ucap Muzza dengan tegas, yang melihat pandangan Vivi memanda tidak suka pada Kania yang sedang asik rebahan di atas sopa tanpa rasa sungkan.
"Baik... pak", ucap Vivi yang merasa terusir.