Chereads / FLIRTATIONSHIP / Chapter 8 - BAB VIII Konspirasi Semesta

Chapter 8 - BAB VIII Konspirasi Semesta

Udara dingin menyambutku begitu aku membuka pintu kamar. Usai sahalat subuh aku memutuskan untuk keluar di luar menelpon orang tuaku, tidak mau mengganggu mbak Anitra yang lagi tidur. Masih memakai pakaian yang kupakai tidur semalam, hanya menambahkan jaket serta membawa ponsel aku menuruni tangga menuju lobi hotel.

Belum banyak orang yang kutemui ketika sampai di bawah hanya beberapa pegawai hotel dan cleaning service sedang membersihkan. Setelah 20 menit lebih mengobrol dengan bapak dan mama, aku mengakhiri sambungan telpon kami.

Karena hari masih cukup pagi alih-alih kembali ke kamar, aku memilih menuju pintu utama, mendorongnya dan keluar … duduk di kursi besi panjang sambil memperhatikan jalanan di depan ku yang masih lengang, hanya terdapat sedikit kendaraan yang sesekali lewat.

Aku menyipitkan mata ketika lampu sebuah motor vixion R warna merah menyorotku. Motor itu mendekat lalu berhenti di parkiran hotel di dekat bangku yang sedang aku duduki. Awalnya kupikir pegawai hotel yang akan shift siang, tetapi begitu si pengendara motor membuka helm full face yang dikenakannya. "what the….." aku reflek megumpat, semesta suka sekali bercanda rupanya.

Dia terkejut ketika melihatku, tapi sepersekian detik kemudian ekspresinya berubah. Masih duduk diatas motornya dia nyengir "Hai Senja…. masih pagi- pagi udah diluar, nungguin siapa?"

Aku malas sekali mau meladeni si rese satu ini sebenarnya, tapi demi sopan santun aku menjawab "nggak ada…. cuman habis nelpon orang rumah tadi".

"oh" Endra menyugar rambutnya yang menurutku sudah agak panjang untuk ukuran seorang guru. Tanpa sadar aku sudah bertanya "darimana?".. dia menoleh kaget, tidak menyangka akan mendapati pertanyaan itu dariku.

Sialan…. aku merutuki diriku sendiri, ketika dia menyeringai sambil turun dari motornya melangkah mendekatiku "saya merasa seperti seorang suami yang baru pulang ke rumah, trus ditanyai sama istri" Endra berdiri menjulang dihadapanku sambil menaik turunkan alisnya.

Ya Allah Ya raab… pede sekali ini orang, aku menatap horror padanya " hahaha becanda …. By the way ekspresimu udah kayak orang yang keselek biji salak, tau nggak?" Endra tertawa sambil memegangi perutnya

Aku menyipitkan mata melihatnya yang masih tertawa, lalu memutuskan bangkit dari kursi "loh mau kemana?" katannya begitu melihatku kembali kedalam "nggak penasaran lagi saya darimana?" Endra mengikutiku masuk kedalam

"tidak" aku menjawab singkat lalu melangkah kearah tangga

"Oke deh, sampai ketemu di kelas" katanya berteriak dari bawah tangga, aku tidak membalas malah mempercepat langkahku kembali ke kamar.

"Darimana, Dis?" mbak Anitra bertanya begitu aku menutup pintu kamar, rupanya dia sudah selesai mandi.

"dari lobi mbak, tadi nelpon orang rumah" aku mengambil handuk melangkah ke kamar mandi.

"ya udah, mbak tungguin kamu supaya kita sarapan sama-sama, nggak enak kalau makan sendiri"

"oke mbak" kataku bergegas masuk ke kamar mandi

Ketika aku keluar kamar mandi, Mbak Anitra, sementara telponan sama suaminya, aku bergegas mengganti baju.

"Dis, tau dimana kira- kira yang jual pompa ASI nggak?" Tanya mbak Anitra, rupanya dia sudah selesai telponan.

"waduh… saya nggak tau tuh mbak, tapi kalau mbak mau, nanti saya temani ke mall deh" kataku, bingung juga, gimana nggak, bentukannya aja aku nggak tau kayak gimna itu pompa ASI.

"ya udah deh, nanti Isoma aja kesana, mudah-mudahan cukup waktunya".

"sip, beres mbak" aku mengacungkan jempolku tanda setuju