"Aku tidak memerlukan bantuan kamu!" pekik Win dengan suara seraknya.
Win sudah kehabisan tenaga untuk marah pada Wat.
Wat diam. Ia merasa bersalah melihat Win yang terlihat sangat kacau.
"Win … maafkan aku. A—aku sudah keterlaluan kepadamu," ujar Wat, menyesalinya.
"Pulang dan jaga Lin. Jangan temui aku lagi!"
"Kamu bicara apa? Aku tidak akan meninggalkanmu, Win," balas Wat.
"Kita akhiri saja! Karena pada akhirnya, kamu juga akan memilih dan tetap bersama Lin, bukan?!"
"Win—"
"Kita sudahi saja! Aku juga memiliki perasaan yang bisa hancur, jika kamu perlakukan seperti ini terus Wat!"
"Win—"
"Aku lelah … aku tidak bisa kalau harus seperti ini terus, Wat … kamu hanya meminta maaf dan terus meminta maaf. Aku yang harus merasakan sa—"
Cup!
Wat mengecup bibir Win dengan paksa. Ia bahkan menggigit bibir bagian bawah Win dan menghisapnya.
"W—wat!!!" erang Win, berusaha menolak dan terus memberontak.