Chereads / NEMESIS (Goddess of Rhamnous) / Chapter 2 - Mistake

Chapter 2 - Mistake

"Aletheia, Queen memanggilmu."

Seorang gadis dengan gaun biru sederhana memanggil Aletheia yang tengah sibuk merapikan buku di rak kayu tua yang sangat kokoh.

"Oh! Aku akan segera kesana, Hermione." Aletheia memberikan senyum simpul pada sang sahabat.

Aletheia dengan senang hati membantu penjaga perpustakaan kerajaan untuk merapikan buku ataupun dokumen-dokumen penting yang tersimpan baik dan rapi disana. Ia juga tidak pernah bosan membaca buku-buku tebal yang baru tiba dari kerajaan lain. Membaca berbagai macam legenda kuno tentang makhluk-makhluk mistis yang tak pernah ia percayai-ia berpikir jika semua makhluk di bumi selain manusia hanyalah cerita fiksi.

Setelah menyimpan kembali buku bersampul cokelat langkah cepat Aletheia mengangkat sedikit gaunnya agar bisa berlari dengan mudah. Perpustakaan utama kerajaan hanya berjarak satu bangunan dari Kastil Utara-tempat ratu melakukan semua tugas negaranya bersama raja.

"Jangan sampai Queen menungguku terlalu lama." Aletheia berlari.

Gadis yang sedang memakai gaun putih tulang itu harus melewati taman yang membatasi Kastil Utara dengan Kastil Selatan. Sebuah taman bunga dengan air mancur tingkat tiga yang menjadi salah satu tempat kesukaan para tamu kerajaan-tempatnya sangat indah dan terawat dengan baik.

Aletheia berlari dengan sekuat tenaga tanpa memperhatikan jalan yang lalui.

BRUK

"Argh ... shh ..."

Ia terjatuh dan membuat telapak tangannya terluka. Gaunnya juga menjadi kotor.

"Kenapa tiba-tiba ada batu ditengah jalan seperti ini?" gumam Aletheia dengan sedikit wajah cemberut.

Selama beberapa saat ia menatap batu yang membuatnya hampir mencium tanah.

"Itu bukan salahnya. Kau terburu-buru, my lady." Seorang laki-laki menawarkan tangannya untuk membantu Aletheia berdiri.

Gadis itu jadi sedikit malu karena kecerobohannya yang selalu terjadi disaat-saat genting. Ia pun menerima uluran tangan laki-laki asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Terimakasih. Anggap saja kau tidak pernah melihat kecerobohanku itu. Aku harus segera menemui Queen. Maaf tuan, saya permisi."

Tanpa adanya obrolan lain, Aletheia meninggalkan laki-laki berambut pirang itu dengan cepat.

"Tapi— jangan berlari nona."

Pria itu sedikit meninggikan suaranya agar gadis yang baru saja meninggalkannya bisa lebih berhati-hati, walau sepertinya itu tidak dihiraukan oleh Aletheia.

'Siapa gadis cantik itu? Sepertinya pelayan Queen. Atau ... seorang putri?'

Ketika ia akan meninggalkan tempatnya berdiri saat ini, ia mencium bau aneh di sekitar tubuhnya yang sangat menarik indera penciumannya. Ia kemudian mengedarkan pandangannya dan mencari tahu dimana aroma manis ini berasal-ia bahkan sedikit mengendus dengan hidung runcing miliknya.

'Tidak mungkin...'

Ia membulatkan matanya ketika melihat noda darah di bawah sana, tepat di tempat Aletheia terjatuh sebelumnya. Laki-laki itu melirik ke arah Aletheia pergi dengan kecepatan kilatnya, "apa ini darah gadis itu? Aku tidak pernah mencium aroma darah manusia semanis ini? Aku ingin minum..."

Seorang wanita datang menghampiri satu-satunya laki-laki yang berdiri di tengah taman dengan wajah penuh keraguan.

"Ada apa Kak Axel? Kau terlihat bingung."

"Bukan apa-apa, Gwen. Sebaiknya kita segera menemui King dan pulang," jawabnya untuk mengalihkan perhatian sang lawan bicara.

Gadis itu hanya mengangguk pelan, "aku juga sudah melakukan tugasku. Kita harus cepat menemui Raja sebelum pertemuan keluarga malam ini dimulai."

"Iya, aku tahu. Kau sangatlah cerewet, Gwen. Kupikir jika sedang berada di wilayah kerajaan, kau akan lebih bersikap anggun."

"Jangan menceramahiku!" Tegasnya.

Axel tertawa ketika adik kesayangannya mendengus kesal karena candaannya. Laki-laki jangkung itu bersiaga, jangan sampai adiknya itu melayangkan pukulan mematikan ke wajah tampannya.

***

Aletheia akhirnya sampai di Kastil Utara dan menemui Sang Ratu dengan masih sedikit mengatur napasnya. Ia tetap memberikan hormat dengan membungkukkan badannya dihadapan Queen Dyvette.

"Queen, The Conqueror of Heaven."

Queen Dyvette yang melihat Aletheia datang dengan tergesa-gesa hanya memberikan senyuman kepada sang maid.

Ratu menghela napas panjang, "Aletheia, apa kau berlari lagi dari perpustakaan?"

Aletheia sedikit menunduk dan hanya menatap lantai ruang kerja Ratu yang sangat bersih itu.

"Bukankah sudah kubilang untuk berhati-hati? Kau pasti terjatuh di taman karena terburu-buru bukan? Lihatlah ini, gaun mu jadi kotor. Kau harus berganti pakaian." Ujarnya seraya mendekati Aletheia.

Queen Dyvette sudah hapal dengan kebiasaan Aletheia ketika ia memanggilnya tiba-tiba. Jika sedikit lama artinya Aletheia sedang ada di Kastil Selatan untuk membaca buku-buku baru.

"Maafkan saya, Queen. Saya tidak ingin anda menunggu lama. Saya baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir." Dengan tertunduk ia berbicara pelan.

"Kau masih memiliki kebiasaan buruk itu. Aku bisa menunggu, Aletheia. Kau tidak harus menghabiskan tenagamu untuk berlari seperti itu. Dan ... jika berbicara denganku kau harus melihat mataku. Mengerti?"

"Yes, Queen."

Queen Dyvette lalu meminta Aletheia pergi ke Kastil Timur untuk mengambil beberapa hadiah yang akan diberikan kepada Prince Sebastian. Sebastian Rousseau adalah Putra Mahkota Kerajaan Auriga. Ia akan segera menggantikan King Eris Rousseau yang beberapa bulan lagi akan turun dari tahtanya-setelah 70 tahun memimpin Auriga.

Ratu juga berpesan agar Aletheia berhati-hati ketika berada di Kastil Timur. Kastil Timur adalah tempat para ksatria, gudang senjata, dan tempat yang dipenuhi dengan benda-benda suci. Beberapa ruangan memiliki perangkap yang hanya diketahui oleh penjaganya masing-masing-satu orang ksatria elit akan menjaga sebuah ruangan.

Aletheia hanya pernah satu kali mengunjungi tempat terluas di istana itu-saat itupun ia sedang bersama para maid dan Ratu. Ditempat itu tidak memiliki pelayan perempuan.

"Baik, Queen. Saya akan membawakan hadiah yang cocok untuk Prince Sebastian."

Tanpa istirahat, Aletheia langsung pergi dengan langkah percaya diri ke Kastil Timur. Karena dalam hitungan jam matahari akan terbenam, jadi ia memutuskan untuk membawa sebuah lentera kaca tua miliknya dan memakai jubah kebesarannya-sebagai tanda jika ia adalah maid pribadi Ratu.

Sang Mentari telah turun dari tahtanya dan digantikan oleh Sang Ratu Malam.

Ratusan anak tangga telah mendapat pijakan dari Aletheia, ia hanya mendengus kesal karena masih ada ratusan anak tangga lagi untuk sampai ke ruang penyimpanan.

Ketika Aletheia hampir sampai di tangga terakhir, ia samar-samar mendengar suara seorang laki-laki yang meminta tolong.

'Tolong ... tolong aku ...'

Langkahnya pun terhenti. Ia membalikkan tubuhnya lalu mematung sesaat. Aletheia bertanya pada dirinya sendiri dengan rasa penasaran yang semakin membesar.

"Siapa? Apakah aku tidak salah dengar? Ada yang meminta tolong."

Gadis itu mulai menajamkan indera pendengarannya dan mencari tahu dimana suara itu berasal. Menuruni beberapa anak tangga setelah perjuangannya yang berat. Ia melupakan tugasnya untuk mencari buah tangan yang akan diberikan untuk Prince Sebastian.

'Siapapun tolong aku...'

Suara itu kembali terdengar, tapi kali ini lebih jelas. Ketika Aletheia menyadari jika suara itu berasal dari balik tembok berbatu disampingnya, ia pun meraba-raba tembok itu dengan sangat teliti.

"Pintu rahasia?" Gumamnya.

Tanpa ragu, gadis itu mendorong tembok dihadapannya dengan sekuat tenaga. Tak disangka, usahanya tak sia-sia. Pintu itu terbuka. Tanpa pikir panjang, gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri lorong gelap yang bahkan ia tak tahu seberapa panjang lorong itu sampai ke ujung lainnya.

Ketika hampir sampai di ujung lorong tersebut, suara yang ia dengar sebelumnya pun semakin jelas. Tapi, pernyataannya kini sangat berbeda dengan yang ia dengar sebelumnya.

'AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA. CASSIOPEIA HARUS HANCUR! AKU AKAN MEMBUNUH SEMUA KETURUNAN AETHER!'

Ketika ia mendengar hal itu, langkahnya terhenti hingga membuat tubuhnya sedikit gemetar.

'Me-mengapa perkataannya berubah?'

Namun sudah terlambat, netranya bahkan tak bisa berkedip ketika bertatapan langsung dengan sepasang mata berwarna merah darah yang terlihat dibalik kegelapan.

"Ti-tidak mungkin ..."

PRANGGG

Ia bahkan menjatuhkan lentera kaca miliknya. Aletheia meneteskan air matanya dan spontan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kakinya sama sekali tak mampu untuk berdiri dengan tegap.

AUUU~

Suara serigala saling bersahut-sahutan di dalam kegelapan yang sunyi. Mereka seperti sedang memberikan sinyal satu sama lain. Hingga sebuah suara membuat mereka langsung terdiam.

"SILENCE!"

Seorang laki-laki dengan langkah besar datang dan menatap Aletheia yang sedikit menggelengkan kepala ketika mata mereka saling bertemu. Ia berusaha memberi tahu laki-laki itu untuk berpura-pura tidak melihatnya dan membiarkannya pergi-ia pasti akan dihukum jika King tahu ia masuk tanpa izin ditempat itu.

Wajah laki-laki itu terlihat sangat naik pitam. Aletheia yang menyadari hal itu cepat-cepat berdiri dan berusaha meninggalkan tempatnya berpijak saat ini. Sayangnya laki-laki itu sudah lebih dulu mencengkeram tangan kanan Aletheia dengan kuat.

"Kau..." Tatapan elang ia tunjukkan untuk Aletheia.

"Tu-tunggu aku tidak bermaksud untuk masuk kesini. Ta-tadi ada-"

"Tutup mulutmu gadis bodoh! Hanya aku dan King yang bisa masuk ke sini. Bagaimana kau bisa tahu tempat ini? Aku tidak pernah melihatmu di Kastil Timur, pasti kau adalah penyusup!"

Aletheia menggeleng dengan kuat, "tidak, tidak. Kau salah paham. Aku adalah pelayan pribadi Queen. Aku tidak bermaksud menyusup ke tempat ini. Tolong lepaskan tanganku, sa-sakit ..."

Aletheia meringis kesakitan karena sang lawan bicara mengunci tangannya dengan sangat kuat. Ia benar-benar diperlakukan seperti seorang penjahat besar.

'Mengapa jadi seperti ini?'