Authors POV.
Jayakarta, 1611.
Siang hari ini cukup terik, panas mentari sanggup membuat kulit terasa terbakar. Tidak ada segumpal awan yang tampak di langit. Di suatu daerah bernama jayakarta, yang terletak dekat pantai terdapat sebuah dermaga kapal. Tak jauh dari dermaga terdapat perkantoran, gudang, dan pemukiman warga belanda yang datang untuk melakukan perdagangan. Daerah ini telah menjadi pusat perdagangan bangsa belanda. Daerah ini terdapat bangunan utamanya bernama Nassau Huis.
Kegiatan perdagangan pada hari ini cukup sepi, tidak seperti hari-hari biasannya dikarenakan tidak ada kapal yang bersandar di dermaga atau sedang berlayar. Di dermaga ini banyak orang belanda yang beraktifitas dan ada juga orang pribumi yang melakukan aktifitas di dermaga tersebut. Walau tidak seramai seperti hari-hari biasanya, tetap saja masih ada orang-orang yang berkerja disana.
Akan tetapi hari yang sepi ini mendadak ramai karena warga sekitar dikejutkan dengan sesosok gadis yang beparas cantik, memiliki rambut hitam sepunggung, jikalau gadis itu membuka matanya akan tampak sepasang iris coklat yang teduh. Gadis tersebut terapung di air dan tampak tidak sadarkan diri di bawa arus air entah dari mana. Disekitar situ terdapat nelayan yang sedang mencari ikan dan mereka terkejut bahwa ada seorang gadis terapung di dekat jaring ikan mereka. Perlahan-lahan di angkat lah gadis itu ke pinggir dermaga oleh nelayan yang kebetulan sedang mencari ikan di area sekitar dermaga. Wajah gadis itu putih pucat bagai porselen. Banyak warga yang berkumpul hanya untuk melihat apa yang terjadi dan mereka mulai bercakap-cakap satu dengan yang lain. Akhirnya dengan sigap dan inisiatif tinggi gadis ini di bawa ke sebuah rumah yang bisa di anggap klinik sederhana oleh nelayan tadi. Gadis bersurai hitam tersebut langsung di tangani oleh tabib yang berada di klinik sederhana itu. Untung dewi fortuna masih berpihak pada gadis tersebut jika tidak dia akan dibawa dan ajak main catur sama dewa Thanatos.
Ruangan klinik tersebut di dominasi warna putih dan coklat seperti tirai jendela berwarna putih, selimut berwarna putih, kain alas kasur yang berwarna putih dan banyak lagi yang berwarna putih di ruangan itu. Banyak toples kaca yang entah apa saja isinya tertata rapi di lemari kayu berwarna coklat tua yang terletak di sudut ruangan. Dan ada beberapa kotak kayu berwarna coklat yang tertata di atas meja. Ruangan ini cukup bersih dan rapi untuk ukuran sebuah klinik. Terdapat meja kayu berwarna coklat yang bersisian dengan jendela yang terletak di sudut ruangan. Sedangkan ranjang yang di tiduri gadis tak di kenal tersebut terletak di tengah ruangan tak jauh dari meja kayu tadi.
" Tabib.. apakah kita harus melapor ke meneer tentang gadis ini? " tanya seorang nelayan yang sebelumnya membawa gadis yang tak dikenali.
" Hmm.. sepertinya kita harus melapor.. gadis ini sepertinya bukan berasal dari daerah sekitar sini.. kita tidak tau apakah dia memiliki niat baik atau tidak. " balas tabib yang tampak sudah tua.
" Kalau begitu biarkan saya pergi melaporkan ke meneer willem. " kata nelayan itu sambil berjalan menuju pintu keluar ruangan yang di dominasi warna putih dan coklat itu.
Sang tabib pun berjalan menuju meja kayu berwarna coklat dan mulai menarik kursi yang berwarna senada dengan meja secara perlahan lalu mulai menduduki kursi kayu yang tampak kokoh itu. Tabib itu pun mulai mengeluarkan gumpalan kapas dan mulai membuat gumpalan kapas yang lebih kecil lalu di masukan ke dalam toples kaca. Tabib tua itu melihat ke arah jendela, mengamati awan putih yang mulai muncul menghiasi langit biru. Di wajahnya yang sudah tua tampak guratan kesedihan yang tidak diketahui apa penyebabnya, tabib itu pun menghembuskan nafas pajang dan melanjutkan kegiatan membuat bola-bola kapas.
.
.
.
Di Nassau Huis.
Ada seorang nelayan yang dengan wajah gelisah berdiri di pintu gerbang gedung utama pada daerah tersebut atau yang biasa di sebut nassau huis. Dengan segenap perasaan yang gelisah akhirnya nelayan itu pun memberanikan diri untuk menemui Gubernur Jendral Willem Van Warwijk. Dia adalah pemimpin perdangan yang ada di jayakarta ini. Dia adalah seorang pria kebangsaan Belanda dan juga dia telah mendapat gelar Jendral dalam umur yang tergolong masih muda. Dia memulai pelayaran pada umur 15 tahun. Dan memimpin ekspedisi pada umur 19 tahun. Jendral Willem ini memiliki tatapan yang tajam dan matanya berwarna hijau bagai permata emerald. Rambut pirang pucatnya yang tampak lembut itu selalu di sisir rapi ke belakang.
" Apakah Meneer Willem berada di dalam ruangannya? " tanya nelayan itu kepada salah satu pekerja disana.
" Iyaa.. apa ada masalah? " tanya pekerja itu.
" Ada seseorang yang hanyut di dermaga, jadi saya mau melaporkan kepada Meneer. " balas nelayan.
" Masuklah.. " kata pekerja.
Dengan terburu-buru nelayan itu langsung masuk ke dalam gedung. Disaat nelayan itu baru mau memasuki gedung Nassau Huis, nelayan itu langsung berhadapan dengan meneer yang ia cari. Nelayan itu sangat terkejut hingga rasanya separuh nyawanya sudah melayang. Meneer Willem yang ia cari berdiri tepat di depannya dengan ekspresi yang kurang menyenangkan.
" Ah.. umm.. maaf meneer.. umm. " dengan gelagapan nelayan itu menatap meneer willem.
" Ada apa? " balas Willem dengan tatapan tajam.
Disaat nelayan itu melihat tatapan tajam meneer willem, dia mulai ketakutan dan mulai berkeringat dingin sambil meratapi nasibnya yang malang.
" Ituu.. maaf Meneer saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada gadis hanyut di dermaga.. dan kami belum pernah bertemu dengannya. " jawab nelayan itu sambil menundukan kepalanya dengan takut.
" Lalu apa urusannya denganku? " jawab Willem acuh.
" Mohon ampun Meneer.. kami tidak tau apa gadis itu memiliki niat baik atau tidak.. " kata nelayan itu sambil gemetaran.
" Dimana gadis itu? Jika dia berbuat sesuatu yang mencurigakan, masukan saja ke penjara. Pergilah.. selesaikan pekerjaanmu. " balas Willem.
" Gadis itu berada di klinik dekat dermaga Meneer. " jawab nelayan itu.
Setelah mendengar perkataan nelayan itu Meneer Willem berjalan meninggalkan nelayan itu di depan pintu Nassau Huis. Nelayan itu semakin bingung dengan apa yang harus ia perbuat. Dan akhirnya nelayan itu kembali ke klinik yang terletak dekat dermaga untuk menceritakan pertemuannya dengan Meneer ke tabib.
- To be Continued -