#LaskarMerdeka
Ikuti instagramku untuk permainan yang lebih menyenangkan! Di 👇🏻
@bulbul_sw
__________________________________
BRAK!!
Suara gebrakan meja terdengar sangat keras di telinga semua orang yang sedang berada di kantin yang gelap ini. Kegelapan kantin seakan bertambah dengan kedatanganya seorang laki-laki tinggi dengan penampilan yang sangat acak-acakan. Kemeja sekolahnya dikeluarkan dari celana berwarna cream yang merupakan identitas SMA Merdeka, sekolahnya.
Laki-laki itu tampak menatap tajam kepada orang yang tadi menggebrak meja. Tangannya mengepal keras, urat-urat berwarna hijau mulai menghiasi rahang panjangnya. Serta tanpa diduga ia menarik kerah kemeja orang itu dengan kedua tangannya. Dengan seketika suasana kantin menjadi sangat ricuh. Apalagi saat ucapan kasar mulai terdengar dari bibir hitam dirinya.
"Punya masalah apa lo sama temen-temen gue?" Orang itu hanya bisa menunduk, seakan pancaran mata dari laki-laki itu membuat nyalinya benar-benar menciut dengan seketika.
"Mulut lo masih berfungsi 'kan? Bicarakan apa yang mau lo ungkapkan sebelum lo menyesal karena kehilangan suara bebek lo itu!" Karena geram ia semakin mengeraskan cengkeraman di kerah kemeja orang itu.
"Nggak ada urusannya sama lo!" Mendengar hal itu teman dari sang laki-laki bersorak menganggap bahwa orang itu benar-benar berani kepada ketuanya.
Laki-laki itu menatap tajam dan menonjok perut orang itu. Tanpa pikir panjang pun orang itu menonjok pipi sang laki-laki hingga terjadilah perkelahian hebat.
Suasana kantin semakin menegang. Beberapa anak OSIS yang melihat kericuhan di kantin sempat menegur mereka berdua. Namun, bodohnya mereka hanya berani menegur bukan melerai apalagi mendekati. Jangan tanyakan murid-murid yang lainya, mereka sedang bersorak senang seakan menonton adu tinju gratisan bahkan mereka mengabadikan momen itu lewat handphonenya.
"SURYA, GALANG, DAN KALIAN SEMUA, IKUT SAYA KE RUANG BK!" Teriakan Bu Indri menggelegar di area kantin. Sepertinya hanya suara itu yang mampu melerai perkelahian dua orang bodoh tersebut. Surya dan Galang.
Surya, Galang, dan teman-teman Surya diseret secara paksa ke ruang BK. Galang dengan wajah yang marah. Teman-teman Surya yang merasa khawatir karena bilamana hari ini pointnya ditambah, mereka yakin akan di skors atau bahkan mungkin dikeluarkan. Jangan tanyakan bagaimana keadaan Surya, wajah laki-laki itu teramat sangat biasa saja.
Surya Daffa Alamsyah, siapa yang tidak mengenal laki-laki populer tersebut? Si pangeran tampan SMA Merdeka. Si ketua komunitas Laskar Merdeka (LM) yang merupakan komunitas terbesar SMA Merdeka. Dan si pejuang cinta yang tak kunjung usai mendapatkan tuan putri keinginannya. Dan jangan lupakan, si anak sulung dari pemilik SMA Merdeka.
"Bu Indri yang cantik, kita 'kan nggak salah kok di bawa juga sih?" celetuk seorang laki-laki, sebut saja namanya Dicu (Andhika Lucu namun ada juga yang menggapnya Andhika Cupu.)
Guru yang di tanya tersebut tidak menggubris, menoleh pun tidak. Ia terus berjalan dengan wibawanya menuju ruang BK.
Perjalanan menuju ruang BK rasanya begitu menyenangkan bagi Surya, karena mereka melewati kelas IPA 1, alias kelas tuan putrinya.
"Hai Bulan!" Sapa Surya saat melewati kelas IPA 1. Di sana terdapat tuan putrinya bernama Bulan. Ia sedang duduk di kursi koridor kelasnya sendirian.
Surya menampilkan senyuman yang paling sempurna untuk hari ini. Dan Bulan? Ia memutar bola matanya malas dan masuk ke dalam kelasnya. Serta Surya melanjutkan langkah kakinya dengan senyum paling bahagia di dunia ini.
Membuat Bulan kesal adalah suatu kebahagiaan bagi Surya, karena dengan hal itu lah ia bisa melihat wajah Bulan yang memiliki sedikit ekspresi meski bukan senyuman melainkan tatapan jijik. Namun, Surya sudah merasa senang akan hal itu daripada melihat wajah datar Bulan tanpa ekspresi.
Bulan Laiqa alnasywa, perempuan yang menurut Surya sangat sempurna. Menurut orang-orang wajahnya tidak begitu cantik, karena katanya cantik itu relatif. Tapi, gigi gingsul Bulan mampu menyihir semua kaum adam yang menatapnya.
Namun sangat di sayangkan, wajah manis, pintar, tapi ia sangat jutek. Bukan hanya kepada teman-temanya saja, kepada guru-guru pun Bulan hanya akan berucap sesuai kebutuhan.
Menggubris sesuatu yang menurutnya penting, dan membiarkan sesuatu yang menurutnya tidak bahkan sangat tidak penting.
Senyuman tidak pernah terukir di bibir tipisnya, tatapan mata kedamaian tidak pernah terpancar dari mata indah cokelatnya. Dan hal itu rasanya merupakan tugas bagi Surya dan kaum adam lainya untuk menaklukan hati Bulan.
_____________________