Chereads / Wait for me to come back! / Chapter 46 - Kegaduhan

Chapter 46 - Kegaduhan

Sempat terjadi perdebatan antara ketiga keluarga antara siapa yang akan melangsungkan pernikahan. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena demi kelancaran semuanya pada akhirnya dilangsungkan pernikahan dengan dua pasang mempelai bersamaan. Ya, pernikahan Melody-Adyatama dan Siska-Kalvin. Acara berlangsung meriah walaupun tidak tampak saudara kembar dari Adyatama bernama Anulika karena masih berada di Negeri Paman Sam. Begitu juga dengan keluarga dari Siska.

Kalvin melirik mempelainya yang memakai kebaya berwarna biru muda, cantik dan sangat anggun. Sungguh berbeda dengan wanita yang ia temui 3 bulan yang lalu di koridor rumah sakit. Walau tak bisa dipungkiri ada sorot kesedihan terpancar di sana karena ketidakhadiran keluarga sang mempelai wanita kecuali Virgo, sang buah hati dan Emma yang kini akan segera menjadi sah, anak kedua mereka.

"Jangan bersedih, Sayang," bisik Kalvin seraya mengulurkan tisu yang ia ambil dari balik punggung Siska.

"Aku bahagia sungguh," balas Siska setelah menelan saliva-nya kasar dan memberanikan diri menoleh pada pria baik hati yang kini sudah mengandung status sebagai suaminya sejak lima jam yang lalu.

"Tapi sorot matamu tidak begitu, aku … kita akan mencari cara menemui orang tuamu, nanti. Tidak sekarang. Aku ingin kamu tenang dulu."

Kalvin sengaja menikah tanpa meminta restu dari orang tua atau keluarga Siska yang sebenarnya sudah diketahui keberadaanya. Ia tidak mau jika mereka akan mempersulit Siska dan terlebih tidak merestui jika Siska menikah dengan Kalvin.

Seketika ruangan resepsi yang semula meriah sedikit gaduh saat terdengar nyaring, suara umpatan—tak enak didengar dari arah pintu masuk ballroom. Muncul Evander dari balik pintu dengan memapah Elmira yang merupakan ibu dari Siska ke dalam ruang resepsi itu bersama dengan seorang pria tua yang seumuran dengannya.

"Pernikahan ini tidak SAH!" ucapnya lantang dengan sorot mata tajam tertuju pada Kalvin dan Siska di atas panggung pelaminan.

Beberapa sekuriti berpakaian serba hitam dengan jas formal menghalau langkah mereka.

"Oh … gini sekarang perlakuanmu pada kami setelah jadi orang kaya ya, Siska!"

Siska di atas panggung menggapai tangan kiri Kalvin dan meremasnya kuat, guna membagi gundah gulana.

"Jangan khawatir," bisik Kalvin lembut menenangkan. "Kamu tahu siapa mereka?"

"Mereka keluarga kandungku," balasnya dengan napas tersengal-sengal.

Siska memutar badan dan memeluk tubuh Kalvin sangat erat. "Dadaku sangat sesak."

Kalvin membalas pelukan sang istri dan membantunya untuk duduk. Para tamu undangan yang menyalami mereka telah kembali turun dan berkumpul di depan pelaminan sebagai benteng keberadaan pengantin dan para perusuh yang datang lengkap berjumlah sepuluh orang.

Melody mendekati keduanya dan mengulurkan air minum begitu juga dengan Adyatama yang mengulurkan minyak kayu putih.

"Handoro Djatmiko?! Kenapa kamu kemari?" tanya Kevlan menghadang rombongan itu.

"Kamu, teganya menikahkan anakmu dengan anakku tanpa meminta izin padaku. Pria tanpa sopan santun sepertimu tidak lagi layak menjadi mitra bisnis keluarga Djatmiko," tegur Handoro dengan jari telunjuk mengacung nyaris mengenai ujung hidung mancung Kevlan Perkasa.

"Siska Andini maksudmu? Atau Siska Andini Djatmiko. Gadis cantik yang sudah tidak diakui keluarganya dan terlunta-lunta di luaran sana tanpa diberikan kesempatan untuk membela diri. Gadis itu yang kamu maksud?" ujar Kevlan tanpa benar-benar bertanya pada Handoro seraya menoleh sekilas pada arah pelaminan.

"Bahkan Siska sampai pingsan dengan kedatangan kalian," tambah Luna dengan tidak sabaran yang kemudian berbalik pergi tanpa menunggu jawaban dari keluarga Siska itu, meninggalkan Kevlan menghadapi mereka sendirian dan dengan langkah tergesa menuju pelaminan. Luna sungguh khawatir dengan keadaan Siska, yang sangat ia yakini amat terguncang kini.

"Kamu …." ujar Handoro kehabisan kata-kata.

"Benarkan? Ayo silahkan duduk dulu dan kita bicarakan. Silahkan," kata Kevlan seraya merentangkan salah satu tangannya menunjuk pada sederet meja panjang yang diperuntukkan bagi anggota keluarga mempelai.

Handoro tertegun sejenak saat dapat mengenali siapa saja yang berada di sana. Keluarga Alsaki, dan keluarga besar Perkasa tentu saja. Langkahnya sempat terhenti sebelum mendapatkan tepukan di bahunya dari Evander.

"Kita sudah melangkah sejauh ini, Pa. Ayo jalan," bisiknya mengingatkan.

"Bagaimana keadaan Siska? Jika tidak bisa lanjut sebaiknya bawa ke kamar saja," usul Luna.

"Dokter juga akan segera tiba," timpal Almira.

Dengan sigap, Kalvin langsung menggendong pengantinnya dan membawa pergi dari pintu samping.

Melihat hal itu Elmira yang semula terlihat lemas dan menggelayut pada Evander langsung menegakkan tubuh dengan wajah pucat dan panik menunjuk ke arah pintu samping tempat Siska baru saja dibawa keluar.

"Siska dibawa pergi," ujarnya setengah menjerit.

"Mama tenang kita selesaikan dulu pembicaraan dengan Pak Kevlan," balas Evander seraya membimbing Elmira ke kursi terdekat.

"Lihat anak itu," tunjuk Elmira pada Virgo yang sedang menyantap es krim di meja sebelahnya.

Evander yang dicengkram dengan kuat oleh Elmira mengikuti telunjuk sang ibu. "Ya, ada apa, Ma."

"Lihat wajah anak itu. Mirip bajingan yang sudah membuat adikmu hamil."

Tubuh Evander menegang dan kemudian ia mengedarkan pandangan ke penjuru ballroom yang sudah mulai kondusif karena masih ada sepasang mempelai di atas pelaminan.

"Kamu mencari siapa?" tanya Elmira dengan sorot bingung melihat wajah putra sulungnya yang mengeras.

"Bajingan itu. Tidak mungkin anak ini bisa ada di sini kalau bukan karena bapaknya."

"Maksud kamu apa?"

"Bajingan yang memperkosa Siska pasti ada di sini, Ma."

"Tidak. Bukan itu maksud Mama. Maksud Mama adalah bagaimana bisa anak itu di sini? Bukannya dulu Siska sudah menggugurkan kandungannya?"

*

"Aku nggak mau ketemu mereka, nggak siap," ujar Siska lemah di dalam gendongan Kalvin.

"Iya Sayang jangan khawatir, yang terpenting kamu sehat. Jangan cemas, ada aku suamimu. Mereka tidak akan bisa memisahkan kita. Tugas mereka sudah selesai dalam mengurusimu. Aku paling berhak sekarang, kamu adalah tanggungjawabku." Kalvin lalu membaringkan Siska di ranjang.

"Sayang jangan pergi," pinta Siska seraya mengulurkan sebelah tangan.

"Aku akan membawa anak-anak ke sini. Kamu tenang saja, ada yang menjaga di depan pintu. Kasihan Virgo dan Emma pasti kebingungan tidak melihatmu di pelaminan."

"Baiklah, tapi jangan lama-lama."

Kalvin mengangguk dan segera keluar. Benar saja di depan kamar pengantin sudah ada 4 orang yang berjaga.

"Jika ada orang asing yang datang. Segera hubungi saya," perintah Kalvin kepada mereka.

Lalu pandangan Kalvin beralih pada satu sekuriti wanita. "Kamu temani Ibu di dalam."

"Baik Pak," jawabnya patuh.

Kalvin menghentikan langkah tak jauh dari meja di mana Eltara dan Evander berada saat mendengar kalimat terakhir wanita itu.

"Apa maksud Ibu?" tanyanya.

Elmira yang terkejut secara reflek berbalik mencari asal suara Kalvin begitu juga Evander yang menoleh.

"Itu … a-nu dulu Siska sudah menggugurkan kandungannya."

"Ibu salah, Virgo adalah anak kandung Siska dan saya bisa membuktikannya."

"Tidak kamu bohong! Aku dulu mengusir dia karena menggugurkan janin tak berdosa, bukan karena dia hamil dan kami merasa malu. Dia pendosa karena sudah menjadi pembunuh!"

Kalvin kini baru mengerti saat kemudian melihat salah satu wanita yang duduk bersama dengan Elmira memucat dan itu adalah wanita yang sama ia lihat beberapa bulan yang lalu di restoran tempat mereka makan. Pasti ada yang menghembuskan informasi salah kepada mertuanya ini.

"Saya rasa masalah ini harus segera diluruskan tapi tidak hari ini. Siska yang sekarang sudah menjadi istri saya, masih belum siap bertemu dengan kalian."

tbc