Xu Feifei berjalan memasuki lorong untuk mencari Jaksa Niu di Istana Yue Lao, banyak sekali para Dewa yang berkumpul, "kupikir hanya ada Tuan Yue Lao saja, ternyata banyak sekali terlebih akan dilaksanakan Festival bulan di bumi dan dilangit semuanya harus menerima seluruh berkat dari para manusia."
Xu Feifei begitu takjub ketika melihat para Dewa berkumpul, termasuk berkumpulnya para Dewata Langit di khayangan yang mengatur cuaca dan segala kejadian alam di atmosfer . Diantaranya adalah Yu Huang Da Di (Kaisar Giok) sendiri, Tai Huang, Tian Huang, Tian Guan, Wu Lao, Roh-Roh Matahari (Hou Yi), rembulan (Chang'e), bintang, angin, awan, guntur, kilat, dan hujan. Di antara para bintang, yang terkenal adalah rasi bintang Wen Chang yang dipuja para pejabat dan pelajar, menentukan pembagian jabatan, kenaikan pangkat dan kelulusan ujian. Dia adalah Lu Xing (Bintang Jabatan), salah satu dari Fu Lu Shou.
Hou Yi suami Chang E' salah satu pemanah handal yang dianugerahi panah dan busur sakti yang ia gunakan untuk memanah 9 dari 10 matahari yang menyengsarakan rakyat sehingga musim gugur festival terjadi karena Hou Yi yang sombong dan Chang E' yang mengorbankan diri untuk Hou Yi.
Tiga Bintang Fu Lu Shou). Secara terpisah, mereka adalah Fu Xing, Lu Xing, dan Shou Xing para Dewa yang memberikan berkat kepada seluruh Nirvana untuk Keberuntungan (Fu), Kekayaan (Lu), dan Umur Panjang (Shou).
Kelinci Yui bergumam dengan bawel didalam kantong saku, "apakah kau melihat Jaksa Niu? Jika ada langsung saja kau bawa dia pulang. Dan oh' iya jangan lupa kau meminta cap takdir kepada Tuan Yue Lao, itu pertanda bahwa jodohmu untuk adikmu itu akan dinikahkan di Istana Yue Lao hari ini."
Mata Xu Feifei melihat langit-langit seraya berpikir, "hmm.. kau benar Yui, tunggu dulu sepertinya ada sidang langit buktinya semua para Dewa berkumpul. Tetapi, Para Raja Akhirat tidak ada dan Para Raja dunia bawah (Diyu) juga tidak ada."
Diujung penglihatan Xu Feifei melihat Jaksa Niu yang sedang tertawa bersama para Dewa, Kaisar Giok terlihat bahagia hari ini. Tetapi sayang keberadaan Dewa Yue Lao tidak ada diruangan ini.
"Yui, kenapa Tuan Yue Lao tidak ada. Sedangkan catatan takdirku dan milik adikku harus segera di tandai," Xu Feifei terlihat gelisah dan khawatir. Dari jauh, ternyata Jaksa Niu melihat keberadaan Xu Feifei yang terlihat mengintip ke arah perkumpulan Dewata.
Xu Feifei mengerut dahi, dirinya bingung harus bagaimana sedangkan dirinya kembali di hampiri oleh beberapa pengawal Istana Yue Lao. Para pengawal kembali ingin membawa Xu Feifei untuk keluar dari para perkumpulan dewa, "hentikan dia adalah orangku, kalian pergilah biarkan dia bersamaku," Jaksa Niu berbicara dari jarak jauh. Bagaikan buah persik yang jatuh dengan dihujani angin yang berhembus dengan banyaknya dedaunan. Wajah tampan Jaksa Niu terlihat begitu mendominasi, kedua pipi merah Xu Feifei kembali merekah.
"Tu..Tuan Niu maafkan hamba, hamba kemari ingin memberikan catatan takdir milik hamba dan adik hamba," Xu Feifei bereaksi dengan terbata-bata. Dirinya begitu malu sesaat ketika wajah tampan Jaksa Niu berada dekat dengannya.
"Kenapa dengan wajahmu? Kau bagaikan bola-bola tangyuan. Pfftt… ayo ikut denganku! Kau ini. Mengantar ini saja harus malu-malu," Jaksa Niu kembali berbicara dengan penuh canda. Jaksa Niu terlihat sangat muda dan tampan. Usianya sudah ribuan tahun tetapi wajahnya selalu tampan.
Xu Feifei mencubit tangan Jaksa Niu dengan kesal, "kau selalu bercanda. Ini sangat tidak lucu! Karena kesalahan kita, hampir saja Yang Mulia Yan Luo Wang menghukum kita. Tetapi, semua tidak jadi."
"Syukurlah, pffft.. haha."
Kembali Jaksa Niu memberikan canda sedikit terhadap Xu Feifei yang terlihat imut. Memang Xu Feifei datang yang paling cantik diseluruh khayangan.
Jaksa Niu dan Xu Feifei memasuki kuil dengan banyaknya berkas-berkas staff Istana. Tempat dimana seluruh catatan pernikahan para manusia bumi di proses dan akan dinikahkan dilangit.
"Hamba memberi salam kepada Dewa Yue Lao," sapaan kepada Dewa Yue Lao oleh Jaksa Niu dan diikuti penghormatan oleh dayang Xu Feifei di belakang tubuh Jaksa Niu.
Dewa Yue Lao memberhentikan langkah jari jemarinya dalam memegang kuas merah, "ah.. sudah lama aku tidak melihatmu dayang Xu Fei, bagaimana? Apakah tugasmu sudah selesai bersama Raja Yan Luo Wang?" Tanya Dewa Yue Lao kepada dayang Xu Feifei.
"Maafkan hamba karena hamba datang terlambat Tuan Yue Lao, dan hamba memberikan catatan takdir milik hamba dan adik hamba Xu An Ran di bumi," Xu Feifei bangun dari bungkuk penghormatan dan langsung memberikan dua buku catatan takdir miliknya ke meja Dewa Yue Lao dan kembali duduk di sisi Jaksa Niu untuk kembali hormat kepada Dewa Yue Lao.
"Haha.. baiklah-baiklah. Akan aku cap detik ini juga, kau pergilah kembali ke Istana Langit ke tujuh salam kepada Raja Yan Luo Wang dariku," Dewa Yue Lao tertawa dengan tampan disana. Dua buku catatan Xu An Ran dan Xu Feifei sudah di cap merah dengan tulisan kuas merah tertanda Dewa Yue Lao.
"Terimakasih Tuan, hamba berterimakasih kepada Dewa Yue Lao. Terimakasih atas berkat anda."
Xu Feifei kembali membungkuk dengan memberi penghormatan. Jaksa Niu beranjak dan memberikan cap miliknya untuk ditandai di buku catatan milik Xu An Ran dan Xu Feifei.
"Terimakasih Tuan," Jaksa Niu mengambil dua catatan buku yang sudah di cap merah oleh Dewa Yue Lao.
"Pergilah, dan sekarang kau bisa bebas di khayangan ini dayang Xu Fei. Karena, hutangmu sudah lunas untuk pengorbanan kepada adikmu," Dewa Yue Lao kembali tersenyum.
Tanpa pikir panjang Xu Feifei beranjak dan memberikan hormat kepada Dewa Yue Lao dengan tubuh yang kembali membungkuk dan kepala tertunduk.
Jaksa Niu berjalan ke arah pintu keluar, "ayo ikut aku untuk kembali pulang ke Istana Ketujuh."
Xu Feifei berjalan dengan memberikan kue mantau ke kantong saku dimana kelinci Yui berada. Suara mulut yang kelaparan Yui ciptakan terdengar oleh Jaksa Niu selama berjalan.
Kepala Jaksa Niu mendekat ke arah kantung saku Xu Feifei, "Yui, jika kau kembali ke Istana ke tujuh kau tidak akan makan karena kau sudah makan banyak selama di Istana Yue Lao, Haha."
"Hei, jangan berbicara seperti itu kepada Yui ku?" Teriak Xu Feifei sembaring berjalan mengikuti Jaksa Niu yang tertawa.
Jaksa Niu dan Xu Feifei berjalan melewati sepanjang lorong Istana Yue Lao, "hari ini festival bulan. Itu pertanda bahwa adikku akan terbangun di saat Festival bulan? Apakah itu benar Tuan?" Xu Feifei bertanya kepada Jaksa Niu.
Jaksa Niu hanya mengangguk, "itu benar lagipula ia akan menjadi boneka kaki tangan Raja, banyak sekali misteri yang berada di Kerajaan Xi Utara. Itu bisa memberitahu kepada laporan para Dewata Langit."
"Apakah kau akan kembali pulang ke Istana Ketujuh? Sepertinya aku akan pulang ke Istana Ketujuh. Lagipula, tugasnya sudah beres. Yang Mulia pasti mencariku. Jika kau sudah selesai kau harus mengikutiku pulang Tuan."
Xu Feifei mengajak Jaksa Niu untuk kembali ke Istana Ketujuh. Pemandangan Istana Yue Lao begitu teduh dengan banyaknya kolam bunga teratai yang bermekaran. Banyak sekali ikan-ikan koi yang menguap-nguap di perairan kolam.
Begitu indah dengan banyaknya pernikahan untuk para manusia yang menjadi jodoh di bumi. Xu Feifei melamun dengan rambutnya yang terkena desiran angin, 'semoga adikku bahagia dikehidupan keduanya ini. Adik, aku selalu menyayangimu dari sini untukmu. Maafkan aku yang tidak bereinkarnasi dan memilih menjadi Xian Tong disini.'
Jaksa Niu berhenti berjalan dengan menghentikan langkah, dirinya melihat dayang Xu Feifei melamun dengan manis menatap pemandangan kolam Istana Yue Lao, "ayo cepat jalan aku akan memberikanmu hadiah ketika sampai di Istana Ketujuh, awan langit akan datang. Ayo cepatlah."
Jaksa Niu menarik Xu Feifei untuk menaiki awan langit kendaraan dirinya dan Jaksa Niu untuk kembali menemui Raja Yan Luo Wang. Salah satu awan langit turun untuk membawa Jaksa Niu dan Xu Feifei pulang.
"Naiklah, kau ini sangat merepotkan jadi wanita," Jaksa Niu kembali menggoda Xu Feifei ketika bersedih. Hanya sebuah cubitan kecil yang kembali terlontar dari jemari jentik untuk lengan Jaksa Niu.
Awan langit membawa Xu Feifei dan Jaksa Niu terbang diatas awan. Banyak sekali awan yang seperti kapas berbentuk lingkaran ombak yang sangat jernih diatas langit. Jaksa Niu melompat-lompat terbang melewati awan satunya ke satunya lagi. Bagaikan anak kecil jika Xu Feifei melihat.
Senyum serta tertawa kecil terpancar dari wajah Xu Feifei kepada Jaksa Niu, "hentikan! Kau bagai Xian Tong. Yui saja tidak berani melompat seperti itu."
Tetapi Jaksa Niu tetap saja tidak menghiraukan pembicaraan Xu Feifei, "hahaha.. aku akan cepat sampai ke Istana Ketujuh," teriaknya sembaring tertawa.