Chereads / Adventure World / Chapter 2 - Lv. 2 - Hadiah

Chapter 2 - Lv. 2 - Hadiah

"Maaf saya hanya punya teh saja."

"Kau tidak perlu repot-repot Arka," ucap lembut sang wanita.

"Maaf telah merepotkan," sahut sang pria.

Pasangan pria dan wanita itu mulai meminum teh yang disuguhkan oleh Arka.

"Dilihat dari cara mereka meminum teh seperti itu saja sudah terlihat kalau mereka bukan kalangan biasa," batin Arka.

"Baiklah kalau begitu, perkenalkan namaku Raka Athala, dan yang di sebelahku ini istriku."

"Laras Athala, senang bertemu denganmu Arka."

"Saya juga, tunggu ... Athala? Apa anda berdua ini orang tua Cecil?"

"Ya, kami orang tua Cecil. Tujuan kami di sini adalah ingin mengucapkan terima kasih kepada dirimu," ucap Raka yang bersama istrinya mulai menundukkan kepala.

"T-tolong angkat kepala anda, itu bukanlah apa-apa kok." Arka menjadi sedikit gugup dengan situasinya.

"Kau anak yang baik ternyata, dan kami juga punya sesuatu untukmu." Laras pun menyerahkan suatu bingkisan ke Arka.

Arka yang menerimanya sangat terkejut dengan isinya, yaitu beberapa amplop berisi uang dan sebuah makanan.

"Anu ... bukannya ini berlebihan? Biaya pengobatan saya saja itu sudah lebih dari cukup, tetapi anda malah memberi saya hal lain sebanyak ini."

"Tidak apa-apa, bahkan sebenarnya itu semua belum cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih kami," ucap Raka.

"Kalau begitu saya juga ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya."

Setelah itu mereka pun mulai mengobrol beberapa hal, dan kali ini Arka benar-benar yakin, kalau dua orang yang dihadapannya ini bukanlah orang biasa.

Jika dillihat-lihat sekali lagi, dari segi penampilan dan sikap mereka berdua berada di level yang berbeda. Mereka pasti seorang konglomerat, itulah yang dipikiran Arka.

"Oh ya, ngomong-ngomomg dimana orang tuamu Arka?" tanya Laras.

"Beliau sudah tiada, saya tinggal sendirian di sini," ucap Arka dengan nada yang sedikit menyuram.

"Oh ya ampun ... kamu pasti kesepian kan. Baiklah akan aku berikan pelukan yang hangat untukmu." Setelah itu Laras benar-benar mendekat ke Arka dan memeluknya.

"Huh? Ayolah tante! Aku sudah berumur dua puluh tahun, ini memalukan!" Arka menjerit dalam hati.

"Om Raka ...," pinta Arka dengan wajah memelas.

"Laras, apa kamu tidak lihat kalau Arka terganggu?"

"Ehh ... ayolah tidak apa-apa, lagipula dia terlihat cukup manis."

"Benar-benar agresif seperti Cecil," batin Arka.

"Maaf Arka, kami tidak bisa lama-lama ada urusan yang harus diurus, sekali lagi terima kasih untuk bantuanmu."

"Sampai jumpa Arka, dan jangan lupa jaga kesehatanmu."

"Ah, saya juga mengucapkan terima kasih untuk semua hal yang anda berdua berikan, dan hati-hati di jalan."

....

Saat Raka dan Laras sudah berada di luar, mereka membicarakan satu hal yang membuat mereka tertarik saat di dalam rumah Arka.

"Sayang, apa kamu melihat foto tadi?"

"Hem, aku melihatnya ini benar-benar mengejutkan"

"Ya, tidak kusangka kalau selama ini kita sangat dekat dengan mereka."

"Bocah kecil itu juga benar-benar sudah dewasa."

....

Sore harinya.

"Oi Arka apa kau sudah benar-benar sehat?"

"Tentu saja, aku sudah yakin kalau tubuhku sudah sehat." Arka memamerkan tubuhnya dengan berpose kuat.

"Baiklah, kalau begitu bersiaplah. Karena akan ada banyak pelanggan yang harus dilayani hari ini."

"Siap Bos."

Total sudah satu bulan Arka beristirahat semenjak mendapatkan tembakan di perutnya. Selama itu ia cukup beruntung karena masih memiliki tabungan dan uang dari orang tua Cecil untuk bertahan hidup tanpa bekerja, dan setelah itu hidupnya sudah mulai kembali normal.

"Akhirnya!! Sebuah perusahaan terkenal dari Jepang ARC Corporation pembuat teknologi 'Virtual Dive Gear' atau bisa disingkat 'Viviear' telah merilis gamenya.

"Setelah mengalami berkali-kali masa percobaan, game Adventure World akan rilis pada esok hari, pemirsa pasti tahu selama ini perusahaan tersebut hanya memproduksi teknologi 'Virtual Dive Gear' hanya untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan."

"Eh? Yang benar saja?" Arka yang mendengar hal tersebut dari televisi sangat terkejut, pasalnya ia adalah seorang yang sangat menyukai game.

Tetapi ia yakin, pasti game dengan teknologi canggih seperti itu peralatan yang diperlukan sangat mahal.

"Dan sebagai game VRMMORPG pertama di dunia, pasti semua pemirsa... tidak, bahkan seluruh orang di dunia yang merupakan pecinta game akan sangat tertarik dengan game ini.

"Menggunakan alat terbaru mereka yang khusus diciptakan untuk bermain game, bernama 'Virtual Dive Game' atau 'Viviam'. Dan sekarang alat tersebut sudah bisa dipesan di website resmi gamenya, tunggu apa lagi? Lalu satu hal lagi yang akan membuat permisa terkejut.

"Yaitu game ini bisa menghasilkam uang loh. untuk rinciannya masih belum ada kabar, tetapi yang pasti pemain bisa menghasilkan uang sungguhan dengan game ini."

Arka mencoba melihat website game tersebut dan benar saja ia terkejut karena alat tersebut memiliki harga yang cukup fantastis.

"Lima puluh juta?!! Yah ... tidak mengherankan untuk game setingkat VRMMORPG yang bahkan bisa digunakan untuk menghasilkan uang."

Arka sudah pasrah untuk game tersebut, yang harus ia lakukan sekarang hanyalah fokus bekerja mengumpulkan uang untuk mencukupi kehidupannya.

....

Malam harinya Arka sudah berada di depan rumahnya, ia terkejut karena menemukan suatu bingkisan yang cukup besar, dan sepertinya bukan miliknya

"Hmm ... padahal aku tidak memesan apapun, baiklah aku bawa saja."

Saat Arka sudah masuk ia memutuskan untuk makan dan mandi terlebih dahulu, dan akhirnya ia mencoba untuk membuka bingkisan tersrbut.

"T-tunggu, apa ini nyata?" ucap Arka yang tak percaya.

Suatu hal yang bahkan diluar ekspetasinya, sebuah alat berbentuk layaknya helm dengan bagian depan yang tidak terlalu menutupi wajahnya, dan sebuah tulisan menonjol di salah satu bagian yaitu Virtual Dive Game dan Arka juga menemukan secarik kertas di sampingnya.

(Hei Arka, aku masih merasa kalau hadiah yang aku dan istriku berikan waktu itu masih belum cukup, karena itu aku memutuskan untuk memberimu ini. Semoga kau bisa membuat hidupmu lebih baik dengan alat ini. Oh ya, apabila kau penasaran kenapa aku memberimu alat ini dan itu pun dengan mudahnya. Hal itu karena aku yakin kau akan menyukai game, lalu hal yang perlu kau ketahui bahwa perusahaan milikku itu salah satu cabang ARC Corporation ahahahaha ....)

-Raka Athala

"Astaga ... bukannya om Raka sudah berlebihan. Dan apa maksudnya tawa diakhir itu? Hah... biarlah, lagipula ini sudah terlanjur, dari pada mubazir aku akan mencoba memainkannya."

Setelah itu Arka memutuskan untuk tidur, dia sangat tidak sabar untuk esok hari, jujur dalam hatinya ia merasa sangat senang mendapatkan alat game itu.

....

Lalu disebuah ruangan seorang gadis yang terduduk diam dengan secangkir teh di depannya, menunggu kabar kepulangan sang orang tua dari suatu tempat.

Suara mobil terdengar di luar, gadis itu pun bergegas menuju pintu menyambut kedatangan mereka berdua.

"Selamat datang, Papa, Mama."

"Kami pulang Cecil. Apa kamu menunggu kami semalaman di sini? Padahal kamu bisa langsung tidur," ucap sang Ibu sambil memeluknya.

"Hoo ... pasti Cecil di sini tidak sekedar untuk menunggu kita, kan? Apa kamu penasaran tentang dia?" ucap ayah Cecil alias Raka yang mulai menggodanya.

"T-tentu saja Cecil di sini untuk menunggu kalian berdua, karena jarang sekali Papa dan Mama bisa pulang. Mm ... ngomong-ngomong bagaimana kabar dia? Maksudku Arka," tanya Cecil dengan malu-malu kepada ibunya.

"Dia baik-baik saja, apa lagi dia sudah mulai bekerja lagi," jawab Laras.

"Syukurlah," gumam Cecil.

"Hah ... lelahnya ... aku ingin makan sesuatu," ucap Raka dengan volume lantang.

"Untuk itu aku telah memasakkan sesuatu khusus untuk Papa dan Mama loh ...."

"Ohh benarkah, terima kasih Cecil."

"Jadi Cecil, apa kamu tertarik dengan Arka? Yah ... dia cukup tampan sih, kalo kamu mau, Mama akan memberi restu," bisik Laras ke Cecil.

Mendengar itu wajah Cecil memerah, benar-benar merah seperti tomat. Dia sangat malu, tapi jujur di dalam hatinya dia sangat senang dan tidak bisa tenang.

"Ahhh ... Mama sudah lah jangan menggodaku, sekarang lebih baik Mama menyusul Papa untuk makan, ini sudah terlalu malam." Cecil segara mendorong Laras untuk masuk ke dalam.

"Baiklah gadis cantikku."

Cecil masih belum bisa menenangkan dirinya bahkan setelah Mamanya pergi.

"Ayolah ... tenanglah aku," batin Cecil.