'' Kalau jeremy, bagaimana?apakah ada orang yang pernah bilang suka padamu?''
Jeremy tersenyum canggung, menanggapi pertanyaan Bu Ledy, saat pelajaran biologi.
Semua orang kelas tersenyum ke arah Jeremy , adapula yang terkikik dengan pernyataan dari Bu ledy . Diantara mereka pula ada yang sibuk sendiri dengan teman sebangkunya.
'' ah.. ibu ini bisa saja, bagaimana mungkin ada yang suka orang Seperti saya. Kalau memang ada , saya rasa orang itu, orang paling aneh sedunia ini''
Jawab Jeremy diiringi tawa kaku.
'' haha tak ada yang tau..ya kan ?''
'' ya bu'' jawab anak kelas tak serius
Setelahnya, tawa datang di kelas itu. Namun tak ada senyum yang terukir dari gadis yang duduk di sebelah meja Jeremy. Dia Azalea, tanpa mengatakan apapun, Azalea menundukkan kepala menyembunyikan perasaannya yang berkecamuk. Jeremy tak menyadari telah salah berucap.
Dua jam pelajaran biologi yang sangat melelahkan itu akhirnya berakhir saat bel sekolah dibunyikan.
Jeremy merasa sesuatu di bawah dadanya di atas perutnya sedikit terasa lelah. Dia mengatur dan terus mengaturnya namun tetap tak ada pembenaran baginya.
'' oh , hatiku tidak bisa menghilangkan rasa tersinggung ini'' pikir Jeremy sambil memasukan bukunya dalam tas.
''Kau pasti tak suka Bu Ledy bertanya begitu'' Azalea memulai percakapan
Jeremy menoleh, belum sempat menjawab Azalea berbicara kembali.
" Kau, benar-benar pengecut ya'' senyum memang melengkung di wajah Azalea, tapi mata miliknya sama sekali tidak.
Ada mulut tapi tak berdaya untuk bicara, ucapan azale bermakna begitu untuk Jeremy yang membuatnya semakin membeku.
..................
Aku mendengar seseorang bersenandung. Aku tau suara ini.
aku membuka mataku.
Aku memahami situasi,
Oh.UKS..
Suara senandung itu masih di sana. Tepat di samping tempatku terbaring. Kuraih tirai pemisah , aku tau suara ini.
Sriiit....tirai nya terbuka.
kutarik lagi tirai ke bentuk semula.
'' kenapa lu tarik lagi tirainya''
'' ..... '' aku malas menjawab
Kemudian dia melanjutkan ... 4 menit.. 5 menit.. seakan memaksaku untuk bertanya demi membuat alunan nada itu terhenti.
"Za.. Zae.. Apa kau sakit? Kenapa di UKS?''
Apa yang kutanyakan, jelas dia sakit. Ya sakit jiwa. Sungguh pertanyaan konyol.
'' ha? Lu barusan bilang apa? haha..'' senandung gadis ini berhenti menjadi tawa lepas
Seperi dugaanku, itu pertanyaan konyol, bahkan itu lucu bagi Azalea.
''.... ''
Sriiit .. tirai itu di buka oleh Azalea.
Aku ingin bertanya kenapa dia melakukan itu tapi sesuatu menyangkut di tenggorokanku, sehingga tak ada yang bisa tersampaikan. Sepertinya aku takut.
Senyuman yang selalu mengangguku terlukis lagi di bibir Azalea .
Dirinya naik di kasurku. Aku secara otomatis bangkit dan pergi dari kasur tempatku berbaring beberapa saat lalu.
'' Aku pergi ya''
Kepalaku masih pusing tapi itu lebih baik dari pada berduaan dengan perempuan ini. Tubuhku, semua terasa nyeri.
'' hei, '' panggil Azalea
'' ya?'' aku menoleh ragu
'' lu benci gue ya?'' tanya Zae dengan senyum
Ya. Aku benci.
'' .....''
'' wah. Lu bahkan gak nyangkal'' Azalea terlihat marah, namun dia menahan kegelapan dalam hatinya dengan tetap tersenyum membuatnya lebih kelihatan menyeramkan.
Demi menghindari masalah, aku mempercepat langkahnya agar pergi dari sana.
" Siapa yang nyuruh lu pergi?'' Zae menaikan volume suaranya agar Jeremy yang menjauh mendengar perkataanya.
Jeremy yang sudah di depan pintu uks, tak bergeming, ia mengurungkan niatnya pergi ke kelas dan menantikan kelanjutan ucapan Azalea, disaat yang sama pula, ia mengerti bahwa Azalea benar-benar menjadikan dirinya target bully mulai saat ini.
Tapi kenapa? AH... Benar Kadang bully tak perlu alasan. Demi kesenangan tak Masalah bagi mereka, aku lupa itu. Tidak. Aku pura-pura lupa.
Azalea meletakan kedua tangannya di samping pundak Jeremy, sehingga laki-laki itu tak bisa lari. Jeremy berakhir menyerah tanpa perjuangan.
Sesuatu mengalir di leher Jeremy, ketegangan yang ia rasakan membuat tubuhnya dingin. Jantungnya berdebar-debar begitu cepat namun bukan hal yang baik. Ia pun berkeringat, keringat dingin akibat gelisah.
Azalea meraih sesuatu dari kantong roknya. Meletakkan benda itu dalam saku Jeremy.
'' selamat berjuang'' kali ini tak ada senyum di bibir Zae hanya tatapan dingin di arahkan kepada Jeremy. Entah bagaimana ekspresi Jeremy sekarang.
Ketika Azalea melewati dirinya, dengan tangan gemetaran dirinya mengambil benda yang di berikan Azalea.
" kertas merah bertuliskan target''
Tamat sudah