—Kau melihat dan mendengar setiap tangisanku. Membuatku ingin menyerahkan segalanya. Untukmu dan demi jiwaku yang merindukanmu.—
***
Bulan bersinar cukup terang meski hujan gerimis masih mengguyur seluruh wilayah itu. Hawa dingin yang tercipta karena angin malam dan butiran kristal air seakan tak bisa membekukan suasan di dalam pondok kayu kecil di dalam hutan.
Aldebaran dan Red sedang asyik bercumbu. Melampiaskan nasfu birahi yang tak lagi terbendung pada pasangan mereka.
Aldebaran melemparkan tubuh polos Red ke atas kasur sebelum ia melucuti pakaiannya sendiri. Dengan lekas pria berambut ikal dan gondrong itu merangsek naik ke atas ranjang. Mengukung tubuh Red di bawah tubuhnya yang atletis.
Aldebaran menyatukan dahinya dengan dahi Red. Hidung mancung keduanya beradu. Red mengalungkan lengannya di leher, mengecup pelan bibir Aldebaran sambil sesekali memberikan gigitan lembut.