Chereads / TWIN’S PET / Chapter 43 - A FAIRYTAIL

Chapter 43 - A FAIRYTAIL

Liffi bergelayut manja pada leher Nakula. Menyesap lembut aroma vanila dari balik tengkuk kekasihnya. Nakula juga terlihat menikmati aroma bunga fresia yang muncul dari balik kerah kemeja Liffi.

"Aroma yang manis, kenapa kau selalu berbau vanila?" tanya Liffi.

"Bau mate, kata Ayah, mate akan mengeluarkan bau yang menarik perhatian, yang membuatmu semakin ingin menciumnya lagi dan lagi." Nakula mengelus wajah mungil Liffi, menarik dagu dan mengecup pelan bibirnya.

"Ceritakan tentang kaummu, Naku. Bagaimana kalian terbentuk?" Liffi menunggu cerita Nakula sambil melahap sarapannya.

"Hmm ... tak ada yang tahu bagaimana werewolf terbentuk. Semua cerita hanyalah dongeng." Nakula duduk.

"Ceritakan padaku salah satunya, Naku!" Liffi meloncat turun dari meja pantry, duduk pada pangkuan Nakula.

"OK. Dari mana ya memulai ceritanya? Hmm ... apa kau tahu cerita tentang dewa kaum Nordik?" tanya Nakula.

"Nordik? Thor? Odin?"

"Yes, right Mythologi Nordik. Suatu hari yang tenang di Asgard, Loki, membawa seekor anak anjing berwarna hitam bernama Fenrir. Para dewa di Asgard menyukai anak anjing itu, memberinya makan dan merawatnya sampai besar. Anak anjing itu menjadi sangat besar, besar, besar, dan kelewat besar. Ternyata dia bukanlah anjing, melainkan serigala. Dewa Tyr bingung, saat memberi makan hewan buas itu supaya bisa merantainya, namun tak rela Thor dan Loki mengejeknya, Tyr maju untuk memberi makan Fenrir, tapi justru lengannya yang terterkam." Nakula memperagakannya lalu menerkam Liffi.

"WAAA!!!" pekik Liffi.

"Hahahaha!!!" Nakula tertawa.

"Jahat!" Liffi memukul dada Nakula.

"Lanjut tidak?" Nakula masih terkikih.

"Lanjut donk!!" Liffi masih penasaran.

"Tyr berkorban agar Fenrir bisa terikat oleh rantai buatan krucaci. Namun ternyata Fenrir berhasil kabur. Ada mitos menyebutkan bahwa semakin besar Fenrir maka Midgard(bumi) semakin terancam. Karena Fenrir akan menelan matahari."

"No way!!" Liffi tak percaya. Nakula mengangguk.

"Lalu saat Fenrir benar-benar ingin menelan matahari, dewi bulan mempersembahkan hidupnya untuk menggantikan matahari. Karena tanpa matahari bulan juga tidak akan bersinar, tak akan ada artinya."

"Lalu?" Liffi semakin tertarik.

"Lalu Moon Godess mengorbankan hidupnya untuk mengikat Fenrir. Merubahnya dalam bentuk manusia. Ia berubah kembali dalam wujud serigala saat bulan purnama tiba. Kutukkan itu sampai pada keturunannya yang menjadi werewolf saat ini."

"Wow, cerita yang menarik."

"Itu hanya dongeng, Liffi, tidak seratus persen benar. Bisa juga sudah tertumpang tindih dengan cerita-cerita lain. Atau bahkan ada penambahan dan pengurangan saat diceritakan dari generasi ke generasi." Nakula tersenyum.

"Benar, tapi tetap saja menarik." Liffi terlihat bahagia.

"Hei, bukankah kau ada kuliah, Girl?" Nakula mengingatkan Liffi akan tugas dan tanggung jawabnya.

"Akh!! Kau benar, Naku. Aku hampir terlambat." Liffi menyahut tas dan juga scraft.

"Terimakasih, sarapannya!!" Naku berteriak.

"Terimakasih juga tiketnya!!" Liffi menutup pintu, meninggalkan Nakula di dalam apartementnya.

Nakula tersenyum, ia kembali duduk pada tepian ranjang. Teringat peristiwa semalam, ia hampir saja mati di tangan wanita zombie itu. Kuat sekali Luna dari pack Laka, bawahannya yang bermuka pucat juga hebat. Nakula sempat meremehkan mereka karena dulu ia dengan mudahnya bisa menghabisi Lena dan Leni.

Nakula semakin gusah saat teringat bahwa ia bahkan tak sempat menghindari serangan Luna itu.

"Bagaimana aku bisa meningkatkan kekuatanku? Bahkan Liffi tak bisa memberikanku kekuatan selayaknya werewolf sejati. Apa Ayah benar, manusia tak bisa menjadi mate? Dia bahkan hampir pingsan saat aku meminta kekuatannya kemarin." Nakula menatap kesal ke langit-langit ruangan. Terlihat kecoklatan karena usia bangunan yang terbilang tua.

Triiing ...

Ponsel milik Nakula berbunyi. Nakula mengambilnya dari atas meja.

RED:

Di mana kau, Black?"

kita harus latihan.

Konsernya semakin dekat.

Nakula menepuk jidatnya. Benar saja ia harus latihan untuk konser comeback Blink yang akan dimulai sebentar lagi.

ooooOoooo

"BLINK!!! BLINK!!!!" Sorakkan penggemar menggema ke seluruh area stadion bola. Tempat akan berlangsungnya konser BLINK dua hari lagi. Hari ini BLINK akan mengadakan gladi kotor, besok istirahat, dan lusanyanya gladi bersih lalu cek sound dan konser.

Semua fans berat mereka berteriak-teriak memberikan dukungan dari luar stadion. Membuat atmosfir terasa begitu hidup.

"JANE WE LOVE YOU!!!!" sorak mereka serempak saat Jane turun dari mobilnya. Beberapa wartawan mengambil foto, Jane berpose beberapa kali sebelum melangkah kembali. Beberapa bodyguard terlihat melindungi Jane.

"BLACKK!!!!" Sorakkan riuh kembali terdengar saat Black menuruni mobil sport hitamnya. Black berjalan masuk didampingi beberapa orang kru dan bodyguard. Mereka menghalangi para fans yang mencoba nekat menerobos brikade.

"REED, GREEEYYY!!" sorakan tak kalah riuh saat Red dan Grey menuruni mobil sport merah. Menyusul Black untuk berfoto bersama. Sesekali Red dan Grey melayani permintaan tanda tangan dari para fans mereka.

Black, Red, dan Grey melambaikan tangan mereka sebelum masuk. Membuat para fans semakin berteriak histeris karena senyuman manis ketiganya. Ketiga young wolf itu memang punya wajah yang rupawan.

"Kau tak membawa matemu?" tanya Grey.

"Dia sedang kuliah," jawab Nakula sambil terus tersenyum ke arah penggemar.

"Yang benar saja, kau menipu anak kecil?" Goda Red.

"Kau kan tahu mate tak terbatas oleh usia." Black menyeringai, kalau dipikir benar juga, ia terpaut hampir 10 tahun dengan Liffi.

"Ya iya, ayo masuk, kita harus rehaseal." Red mendorong Black. Grey mengekor mereka.

Para kru terlihat sibuk mempersiapkan semuanya. Menata gitar, bass, dan juga drum pada posisi masing-masing. Merapikan kabel-kabel mixer agar tidak membahayakan para pemain.

"Black!!" Jane langsung memeluk Black begitu melihat kedatangan pria itu.

"Hei!!"

"Di mana matemu, Black?" tanya Jane penasaran. Lagi-lagi Black tak membawa Liffi, padahal mate tak terpisahkan.

"Dia sedang kuliah."

"Apa?? Kuliah??! Yang benar saja, berapa usianya?"

"Hampir 20 tahun."

"No way!!"

"Sudah, ayo kita latihan. Dan ingat, guy!! Jangan saling bertarung saat rebutan ide siapa yang akan dipakai untuk arasemen!!" Black mewanti-wanti para sahabatnya terlebih dahulu. Mereka memang terlalu keras kepala, suka berebut kesempatan dan akhirnya malah saling berkelahi. Itu jugalah alasan BLINK sempat bubar.

"OK, we're Ready!!!" Teriak Kru.

"We'll live on, three, two, one, on ....!" Produser memberi arahan pada kameramen.

Lampu panggung mulai menyorot-nyorot terang. Memberikan warna pada megahnya panggung tempat BLINK berdiri. Jane dengan suara merdunya yang khas berteriak, bernyanyi lantang penuh tenaga.

Suara keras itu tetap terdengar samar dari luar gedung stadion, membut para fans BLINK menjerit tak sabar.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana