Suasana Red Wolf Bar & Lounge terlihat sepi. Hari ini Red pemiliknya sengaja menutup barnya untuk umum, ia ingin menghabiskan waktu dengan teman-teman se-ganknya. Lounge saat itu masih terlihat remang-remang dan lampu-lampu sorot yang di dominasi warna merah masih terus berputar dan menyala, padahal tidak ada pole dancer yang menari di atas panggung.
"Kau datang lebih awal, Black?!" Red mempersilahkan Black untuk duduk setelah bersalaman dengannya.
"Yeah ... bisnis barumu lumayan juga." Black duduk dan melihat ke sekeliling.
"Not bad, manusia-manusia itu rela membayar mahal untuk membangkitkan sosok iblis dalam jiwa mereka." Red mengangkat gelasnya. Setelah pensiun sebagai pemain bass, dia membuka bisnis hiburan kecil-kecilan.
"Yo what's up gaes!" Seorang yang juga baru saja tiba berteriak menyapa mereka berdua. Di samping kanan kirinya ada dua orang gadis cantik dengan dandanan full make up.
"Hallo, Grey. kau masih saja bermain dengan para gadis." Red berhigh five dengan Grey.
"Go baby, go ...!" usir Grey setelah mencium dan menepuk pantat gadis-gadis cantik itu.
"Kau tak membawa cewek, Black? Tumben?" Grey meloncat duduk di samping Black.
"Black takut Jane akan langsung menerkam cewek-cewek itu." Red cekikikan.
"Bener juga, Jane sangat terobsesi ingin menjadi mate-mu." Grey meneguk minuman di depannya. Pemain Drum BLINK ini terlihat tampan dengan rambut abu-abunya.
"Di mana, Jane?" Black mencari keberadaan Jane, vokalis grub band BLINK. Wanita cantik itu selalu mengekor Black waktu BLINK masih belum bubar.
"Aku di sini Black, kenapa mencariku? Apa kau merindukanku?" Jane datang, lengkap dengan sepatu boot tingginya dan fashion bergaya gothic serba hitam.
Jane mendekati mereka, rambutnya yang berwarna pirang dihighlight dengan kombinasi warna hijau dan abu-abu.
"Yes. Come here, Babe ...!" Black menyahut suara merdu Jane dengan lambaian tangannya.
Jane mengangkat sebelah kakinya dan menginjak sofa di tengah-tengah paha Black. Ia berkacak pinggang lalu menarik kerah baju Black, "Kau memang baji**an Black!!" Jane mengumpat sebelum melumat bibir Black dengan kasar.
"Hahahaha.. Black memang baji**an Jane, lalu kenapa kau menyukainya?!" Red menepuk pantat Jane. Jane menoleh dan menggeram marah pada Red.
"Cari mati, ya?!" Jane mengeluarkan taring dan kukunya lalu menendang Red.
Red terpental beberapa meter kebelakang bersama dengan sofanya.
"Ah ... tendanganmu masih sekuat biasanya, Sayang." Red bangkit dan kembali mendekati Jane. Jane membuang mukanya sebal.
"Selama Black belum menemukan mate-nya, dan aku juga belum. Aku bisa bebas menikmati Black." Jane mengelus pipi Red.
"Dasar hypersex." Red mendekatkan wajahnya pada wajah Jane.
Jane menguryitkan alisnya dan kembali menonjok perut Red dengan tangan rampingnya. Entah dari mana kekuatan sebesar itu keluar dari tubuhnya yang langsing.
"Ohok.." Red terbatuk saat jari jemari Jane yang penuh dengan cincin paladin bermotif goltic itu menghantam ulu hatinya.
"Hahahaha ...! Red kau kalah dengan seorang wanita?" Grey tertawa dengan nyaring.
"Aku tidak kalah, Grey, aku mengalah." Red tertawa sambil memegang perutnya yang sakit.
"Coba saja." Jane melepaskan baju dan assesorisnya. Ia berubah menjadi seekor serigala besar berwarna coklat keemasan yang mengkilap.
"Ayo, Jane." Red juga berubah menjadi serigala, warnanya bulunya merah Maroon. Bulunya terlihat semakin merah karena cahaya lampu sorot yang terus menari.
"Kau diam saja, Black?" Grey duduk, menepuk pundak Black.
"Jane kalau kalah jangan tidur denganku malam ini!!" Black malah memprovokasi semangat tarung Jane.
"Kau memang baji**an." Grey berhigh five dengan Black.
Jane menatap tajam Red dan dengan cepat melompat untuk menggigit leher Red. Red menghindari serangan Jane dan membalas gigitannya. Kaki depan Jane menendang leher Red sehingga gigitannya meleset. Kedua serigala itu kembali berputar dan mengamati lawannya.
"Aku pasang taruhan untuk Jane. Kekuatan cinta wanita itu menakutkan!!" teriak Grey.
"Sialan!! Kalian jadikan aku barang taruhan?!" Red berpaling pada teman-temannya.
"Lihat ke mana, Red?" Jane langsung menyerang Red saat ia lengah. Mencabik pundak depan.
"Shit!! Wanita gila." Red berubah menjadi manusia serigala, darahnya yang mengucur perlahan menghilang karena lukanya telah menutup.
"Menyerahlah, Red." Jane berubah menjadi manusia serigala juga. Ia berlari dan kembali menyerang Red, Red tak menyia-yiakan peluang di depannya. Ia berputar di udara, mendaratkan tubuhnya ke belakang Jane dan mencabik punggung Jane.
Red berhasil melukai punggung Jane dan hendak memberikan cakaran ke dua. Black dengan segera bangkit dan berlari untuk menahan serangan Red. Black menahan serangan Red hanya dengan satu tangannya.
"Stop, kau menang, Red." Black menghempaskan tangan Red.
Red menyeringai senang dan kembali ke wujud manusianya. Jane tersungkur ke bawah dan kembali ke wujud manusia. Black mengulurkan tangannya membantu Jane bangkit berdiri.
"Pakai bajumu, Jane." Black melemparkan kembali baju Jane.
"Kau juga, bro." Grey melemparkan baju Red.
Jane memandang sebal pada Red. Andai saja Red tak menipunya dengan berpura-pura lengah dia pasti menang. Dan Black akan menemaninya malam ini.
"Argh!!! Bisnisku." Red memegang kepalanya saat melihat bar nya porak poranda. Minuman keras dengan harga selangit hancur dan pecah.
"Hahahaha ...." Grey tertawa melihat ekspresi menyedihkan sahabatnya.
"Jane kau harus bertanggung jawab!" geram Red.
"Enak aja, kau kan yang cari gara-gara duluan." Jane memasang semua assesorisnya kembali.
"Aku pulang dulu, ya. Aku harus bertemu dengan seseorang." Black melemparkan senyum ke semua sahabatnya.
"Siapa? Sadewa?" tanya Jane.
"Bukan, bertemu dengan Mate-ku." Black melambaikan tangannya sebelum menuruni anak tangga.
Jane membeku tak percaya, Black telah menemukan mate-nya? Lalu bagaimana dengan Jane? Selama ini dia selalu berdoa pada Moon Goddess untuk menjadikannya mate dari seorang werewolf bernama Black.
"Shit!!" umpat Jane, ia tersungkur dan menangis.
"Sabar, Jane. Kau juga akan segera menemukan mate-mu," hibur Red.
"Aku hanya mau Black!!" Jane mengangkat wajahnya, keringat dan air matanya bercampur menjadi satu.
"Kaukan tahu bila telah mendapatkan seorang mate, werewolf tak akan terpisahkan." Grey menepuk pundak Jane.
"Bisa, sebelum Black menandainya. Aku akan membunuhnya." Jane menghapus air matanya dan bangkit berdiri.
"Dan Black akan membunuhmu," jawab Red.
"Selama Balck tidak tahu kalau aku yang membunuhnya, aku aman." Jane bangkit dan mengambil jaket kulitnya.
"Acara reuni kita gagal total, Bro." Grey menepuk pundak Red.
"Dan bisnisku hancur." Red melihat sekeliling.
"Ini aku bayar minumanku." Grey memberikan beberapa ratus dollar.
"Cih, recehan." Red menyahut uang Grey.
"Jane aku ikut." Grey mengejar Jane yang terus menjauh.
ooooOoooo
Black kembali menyelusuri jalanan besar di tengah kota. Malam semakin larut dan hawanya pun semakin dingin. Sebentar lagi masuk musim gugur, dedaunan semakin menguning dan layu. Black sendiri juga heran, kakinya selalu melangkah ke apartemen Liffi selagi ada kesempatan.
Apa dia belum tidur? Pikir Black, dia berdiri di bawah apartemen Liffi. Memandang ke arah jendela kamarnya yang masih menyala.
Aku merindukan aromanya yang manis dan memabukkan. Senyum Black, ia selalu teringat dengan manisnya aroma bunga fresia dan juga sandalwood yang tercium dari tubuh Liffi. Aroma yang selalu membangkitkan hasrat dan kekuatannya.
Tiba-tiba aroma itu kembali memenuhi indra penciumannya. Black menghirupnya dalam-dalam sebelum mengangkat wajah.
"Liffi?"
"Black?" Liffi memekik tak percaya melihat sosok Black dari jendela kamarnya di lantai 3.
ooooOoooo
Hallo, Bellecious
Jangan lupa vote ya 💋💋
Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️
Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana