Chereads / TWIN’S PET / Chapter 40 - BLINK’S COMEBACK

Chapter 40 - BLINK’S COMEBACK

"BLINK!! BLINK!! BLINK!!!" Seluruh fans memadati area pembelian tiket konser comeback Blink. Area penjualan tiket presale didominasi oleh pemuda dan pemudi. Mereka terus berseru dan meneriakkan nama band kesayangan mereka itu.

Sudah hampir setahun Blink vakum dari indrustri musik pada Negeri ini. Mereka tak pernah akur saat latihan dan hanya merusak properti sampai alat-alat band. Namun, saat mereka bubar malah mereka saling merindukan. Akhirnya Red mengajak semuanya bertemu dan membicarakan konser comeback mereka.

Red adalah pemain bass, Grey pemain drum, Black yang tak lain adalah Nakula memegang gitar, Jane berperan sebagai vocalis. Mereka band dengan genre heavy metal, aliran musik keras yang disukai oleh kalangan muda. Music mereka digemari oleh banyak orang bahkan sampai ke manca negara. Banyak yang menyesalkan kenapa band mereka bubar, jadi begitu mereka mengadakan konser comeback semua fans begitu antusias. Bahkan mereka rela antri pada penjualan tiket offline di bandingkan online.

"Sepertinya lebih laris dari perkiraan." Red menonton hiruk pikik keramaian dari layar ponselnya, memang berita infotainment sampai head line news kali ini berisikan tentang konser BLINK.

"Kita harus berikan performa terbaik kita besok!!" Grey bersemangat, ia merangkul Jane yang sedang asyik menggigit kukunya.

"Black, kenapa kau melamun?" Jane bangkit dari pelukan Grey dan duduk di pangkuan Nakula.

"Pergilah, Jane!" Nakula mendorong tubuh Jane sampai jatuh. Wanita eksentrik ini tersungkur ke bawah.

"Hahaha ...!" Red dan Grey tertawa keras.

"Fucck you, BLACK!" Jane bangkit, membetulkan kunciran rambutnya.

Jane selalu memakan pakaian serba hitam seperti Nakula hari ini. Ia menguncir rambut piranganya menjadi dua bagian. Tak lupa make up dengan nuansa pucat, namun dengan bibir semereh darah. Jean selalu suka memakai assesoris lengkap dengan aksen tengkorak manusia.

Grey menepuk pantat dan menarik Jane dalam pelukannya. Wanita itu menurut, tak bisa menggoda Nakula, Grey pun jadi. Jane memiliki hasrat seksual yang tinggi, dia memang memiliki kelainan hyperseks. Hanya Nakula yang bisa memuaskannya. Tapi akhir-akhir ini Nakula tak pernah mau menyentuhnya sama sekali. Dia bilang telah memiliki mate, namun Nakula sama sekali tak pernah membawanya. Bahkan Nakula belum bisa merubah wujudnya.

Jane duduk di pangkuan Grey, mereka saling berhadapan dan bercumbu mesra. Nakula hanya terdiam melihat kelakuan sahabat-sahabatnya yang kelewat tak punya malu. Dia lebih memilih menghabiskan waktu dan pikirannya untuk memikirkan Liffi.

"Mau kemana?" tanya Red.

"Menemui mateku," jawab Nakula.

"Bawa dia ke konser comeback kita Black." Jane menghentikan aksi Grey, ia berdiri dan mengeluarkan tiket VIP dari dalam saku belakang hot pants glossy hitamnya.

"Oke." Nakula menyahut tiket itu.

"Kenalkan dia pada kami! Jadi kami bisa melindunginya juga." Jane menyeringai ke arah Grey dan Red.

Hanya Grey yang ikut menyeringai, sedangkan Red tak mau tahu. Dia tak ingin berurusan dengan Nakula, tak ada yang bisa mengalahkan Nakula di antara mereka bertiga, bahkan bila mereka bertiga menyerang Nakula sekaligus.

Nakula berjalan dan meninggalkan ruang VIP Red Wolf Bar and Lounge milik Red. Tak lupa ia menyahut segelas vodka dari nampan seorang pelayan bar. Meneguknya sampai habis sebelum akhirnya beranjak keluar dari hiruk pikuk keramaian di sana.

ooooOoooo

•••

Sadewa membanting tubuhnya ke samping tubuh Liffi begitu permainan mereka selesai sore ini. Sudah lama Sadewa tak bisa bertemu kekasihnya itu, perkara werewolf yang muncul bak zombi dan urusan perusahaan membuat fokusnya lebih mengarah ke hal tersebut.

"Lelah?" Sadewa melingkarkan lengan kekarnya pada perut ramping Liffi. Liffi hanya bergeleng, namun tenaganya habis melayani nafsu Sadewa hari ini. Sadewa mengajaknya bermain beberapa kali dengan alasan terlalu rindu padanya.

Sambil mengatur napasnya yang menderu, Liffi memutar tubuhnya dan berhadapan dengan Sadewa.

"Kau yang nampak lelah?"

"Sudah tidak, kaukan chargerku." Sadewa tersenyum manis dan mengecup pergelangan tangan Liffi.

"Apa ada hal yang membahayakan lagi?"

"Sementara ini masih aman dan terkendali. Tapi aku takut kalau semakin hari pasukan werewolf jadi-jadian ini semakin banyak."

"Kalian belum tahu dari mana sumbernya?" Mata Liffi membelalak, menurut cerita Sadewa, werewolf itu berasal dari manusia, mereka berubah menjadi zombi werewolf dengan cairan aneh yang disuntikkan. Semakin banyak werewolf seperti ini muncul, berarti semakin banyak pula korban yanh jatuh dari kaum manusia.

"Belum, Liffi. Dan aku takut kau tersakiti. Pindahlah ke mansion keluargaku. Packku bisa melindungimu." Sadewa menarik tubuh Liffi ke atas tubuhnya.

Liffi berpikir sejenak, kalau dia pindah ke mansion keluarga West, dia tak akan bisa menjumpai Nakula. Padahal Nakula juga membutuhkan kehadirannya, semenjak Nakula menandai Liffi, jiwanya pun terikat dengan jiwa Nakula. Perasaan sebagai mate tak bisa ditolak oleh Liffi. Padahal Liffi jelas sangat mengerti bahwa yang dia lakukan adalah sebuah kebodohan dan juga pengkhianatan pada Sadewa. Namun Liffi tak bisa melepas keduanya, tidak juga salah satunya. Jiwanya tak mengizinkannya.

"Kenapa diam?"

"Maaf, aku sedang berpikir sesuatu."

"Apa itu?"

"Kenapa bisa werewolf begitu tampan?" Liffi ngeles dari pertanyaan Sadewa, membawanya ke arah topik yang lain.

Kerutan terpatri di wajah tampannya, Sadewa tak pernah mengerti kenapa gadisnya ini begitu susah untuk diajak pergi dari apartemen kumuh ini?! Bahkan Sadewa merasa tempat ini lebih mirip kandang burung dibandingkan tempat tinggal.

"Hei, kau merayuku? Apa kau tidak takut aku kembali meminta jatah?" Sadewa akhirnya menyerah, menunggu agar Liffi sendiri yang memutuskan untuk pindah.

"Lagi???! Kau mau membunuhku?" Liffi memukul dada bidang Sadewa.

"Membunuhmu dengan cintaku, Liffi." Sadewa mengecup bibir Liffi dan kembali merebahkan gadis itu di bawah tubuh kekarnya.

"Kau seperti binatang." Liffi terkikih saat Sadewa kembali menghujaninya dengan ciuman.

"Aku memang binatang, Liffi." Sadewa tertawa tak kala mengakui kebenaran tentang dirinya sendiri.

Sadewa kembali menguulum senyuman manis saat mereka saling berciuman. Memetikkan gairah panas yang sulit untuk ditolak.

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana