Chereads / TWIN’S PET / Chapter 56 - HUNTER

Chapter 56 - HUNTER

Yoris meninggalkan ruang pertemuan, ia kembali menyelusuri selasar untuk masuk ke sebuah rubana. Sebuah rubana besar dengan cahaya terang benderang. Peralatan laboratorium dan juga komputer-komputer canggih teronggok begitu saja. Tak ada satu pun petugas laborat yang menjaga laboratorium besar itu. Panel-panel operator menyala otomatis, tersambung dengan generator besar bertenaga uap.

Dua buah tabung kaca terlihat menjadi pusat dari ruangan itu. Yoris berjalan ke tengah, mendekati kedua tabung berisikan cairan gel hijau kekuningan. Yang satu sedikit bersinar, yang satu lagi sedikit pekat. Permukaan keduanya berasap karena suhu yang dingin.

"Aku merindukanmu," lirih Yoris, ia mengelus permukaan salah satu tabungnya. Tampak betul kilatan kesedihan terpancar pada matanya yang mulai menua, —ada kerutan disekitar mata itu.

"Maafkan aku, semua ini salahku. Kau bukanlah dosa, anak itu juga bukanlah dosa." Perut Yoris berdesir saat mengingat semua takdir yang mereka alami. Anda saja Yoris bisa mengarungi waktu, ia akan kembali ke masa-masa kecilnya, ia berharap tak pernah menjumpainya, tak pernah mengenalnya, dan tak pernah memberinya nama.

"Kau di sini rupanya." Addair —Luna pack Voda — masuk ke dalam laboratorium, ia mengenakan jas putih dan mulai mengikat rambut pirangnya yang begitu panjang ke belakang.

Addair adalah penanggung jawab dari proyek si pria bertudung hitam. Ia yang mengolah serum ekstrak dari kekuatan dua tabung itu menjadi obat dan juga werewolf buatan.

"Jaga dia baik-baik, kalau ada apa-apa dengan tubuhnya aku akan mencarimu pertama kali!" Yoris menatap tajam wanita itu. Addair hanya tersenyum, ia memasukkan tangannya pada saku snelli.

"Dia adalah Dewi bagi kami, Yoris. Tentu saja kami akan menjaganya." Addair mengelus tabung yang sama. Yoris melirik kepadanya.

"Andai kekuatan penyembuhku sama sepertinya, mungkin aku akan senang hati menggantikan tempatnya." Addair menatap tabung itu penuh dengan rasa kagum. Padahal wanita ini punya kekuatan penyembuh yang begitu besar, tapi ia tetap saja iri pada wanita di dalam tabung itu.

"Kalian para werewolves sangat aneh. Kenapa begitu terobsesi pada kekuatan? Kenapa mencari masalah saat bisa hidup dengan nyaman?" Yoris tak habis pikir dengan jalan hidup para monster-monster ini.

"Entahlah, Yoris. Mungkin sudah mengalir dalam darah dan jiwa kami. Bukankah manusia juga begitu? Bahkan hasrat mereka lebih menakutkan. Mereka merusak dunia, mengesksploitasi alam tanpa batas, mereka memburu binatang, menghancurkan negara dan genosida hanya demi uang. Kita tak bisa mengerti apa yang mendasari hal itu bukan? Mungkin memang sudah ada dalam jiwa mereka, monster yang sesungguhnya." Addair mengulum senyuman manis. Kulitnya begitu pucat, semakin pucat karena sinar terang di laboratorium.

"Aku akan membebaskan eksperimen kalian malam ini." Yoris hendak meninggalkan Addair.

"Hei, Yoris. Bukankah kau juga manusia. Hasratmu yang tak terbendung itu juga membuatmu kehilangan akal sehat bukan? Kau bahkan rela mengkhianati Silver Arrow hanya demi seorang wanita." Addair terkikih, suaranya melengking.

Yoris terdiam, ia mengepalkan tangannya menahan geram. Tapi apa yang dikatakan Addair tidaklah salah. Silver Arrow kini tinggal nama, dan semua karena kesalahannya.

"Kami akan membalasnya, Yoris, manusia-manusia itu tidak pantas mendapatkan belas kasihan. Kami ada sebagai penyeimbang dunia. Dunia sudah terlalu bobrok, terlalu rusak." Addair melangkah mendekati tabung, wanita itu menekan beberapa tombol pada bagian mesin operasional tabung. Mengekstrak kekuatan tabung itu dalam wujud ampul.

"Ini, berikan pada kucing kecil yang kau bawa!! Ini lebih baik dari pada obat yang selalu ia minum. Dosisnya tak terlalu banyak, manusia tak akan terluka saat menggunakannya." Addair melemparkan satu ampul pada Yoris. Lalu ia mendahului pria itu meninggalkan laboratorium.

Yoris memandang ampul berisi cairan bening. Ia menggenggamnya erat-erat.

"Kucing kecil? Cih, tunggulah sampai dia berubah menjadi harimau dan menerkam kalian. Seperti katamu, hasrat manusia itu memang menakutkan," gumam Yoris, ia kembali ke mobil pick upnya. Di dalam Gilang sedang mengasah ujung mata panahnya.

"Kapan kau mengizinkanku memburu mereka, Old man?" Mata Gilang berkilat, mulai tak sabar.

"Kau mau mencobanya?" tanya Yoris.

"Tentu saja. Untuk itulah aku menerima latihan berat ini," ujar Gilang. Yoris menyeringai.

"Aku akan membebaskan serigala palsu itu untuk memancing yang asli, berburulah, Gilang. Bunuh Nakula." Yoris menutup pintu mobilnya dan bergegas pergi.

oooooOooooo

Di saat yang sama.

Fresia ... aroma bunga yang manis, bercampur dengan aroma sandalwood yang begitu sensual. Black menutup matanya untuk menghirup aroma itu dalam-dalam. Aroma yang membuatnya mabuk, aroma yang membuatnya kehilangan pengendalian diri lalu terjatuh ke dalam jeratan nafsunya.

"Black, aku menginginkanmu," bisik Jane dengan manja. Black mencium tengkuk Jane, menghisap dalam-dalam pheromon manis itu.

"Jane?" Black masih bingung, separuh akal sehatnya menolak, separuh lagi menuntut kenikmatan itu bisa segera hadir.

"Kenapa baumu begitu menyengat?" Black mencoba menarik diri, tapi aroma itu terus menggodanya.

"Mungkin akulah matemu."

"Liffi mateku."

"Dia hanyalah manusia, Black. Dia Pet, lupakan, Liffi! Aku bisa menjadi matemu." Jane mencium bibir Black, melumatnya dengan rakus. Black terdiam sesaat sebelum membalas ciuman panas Jane. Aroma Jane berhasil membawa Black masuk ke dalam hasratnya untuk bercinta.

Jane melepaskan pakaian Black, sambil tetap mempertahankan posisi mereka berciuman. Jane ikut melucuti pakaiannya sendiri, menampakkan dua buah tonjolan yang begitu indah. Masih berbalutkan dengan pakaian dalam bruklat hitam yang sexy dan menggoda.

"Benar di situ, Black. Jangan berhenti!" Jane melengguh saat Black mulai menyesap lehernya, lalu turun sampai di depan dada sembari memainkan tangannya ke sekujur tubuh Jane.

"Argh!!! Teruskan Black! Faster!!" Jane merancau.

Tiba-tiba saja telinga Black berdenging, pelipisnya berdenyut pelan. Instingnya terus memanggil Black untuk bertarung.

"Ada apa, Black? Kenapa berhenti?!" tanya Jane bingung dengan ekspresi wajah lawan bercintanya itu.

"Aku harus pergi!" seru Black, ia menyahut kembali kaosnya dan bergegas meninggalkan Jane begitu saja.

"Sialan!! Padahal tinggal sedikit lagi kami bisa bersatu!!" Jane merasa sebal. Ia mencakar sofa dengan kuku-kukunya yang tajam. Wajahnya kacau karena keringat, matanya menatap nanar.

"Huft!!" Jane meniup anak rambut yang menutupi wajah, "setidaknya kini aku tahu, darah Liffi bisa membangkitkan nafsu Black."

Jane menyahut kembali pakaiannya. Ia bergegas kembali ke kediaman Grey, mengambil darah Liffi sebanyak mungkin. Bila mungkin memerasnya sampai habis tak bersisa.

oooooOooooo

Twins Pet update!!

Vote please Belle 💋💋💋💋

Power stone dan juga review bintang 5 nya ya