Hari ini Daniel agak lama pulang, karena mengikuti les tambahan untuk menghadapi Ujian Nasional nanti di sekolahnya. Akhirnya, setelah lelah bekerja, Daniel pulang dengan langkah gontai.
"Aku pulang," kata Daniel memasuki rumahnya.
Namun Daniel dikejutkan oleh pemandangan tepat di depan matanya.
"Ngapain kamu di sini?!" nada tinggi keluar dari mulut Daniel.
"Kak, dia di sini..." kata Anna mencoba untuk memberi penjelasan.
Terlambat Daniel telah mengambil ancang-ancang untuk memukul seseorang yang kini berada tepat di depan kepalan tangannya.
"Kakak!!!" Anna berteriak kencang karena sangat tidak ingin melihat dua orang yang dikasihinya berkelahi di depan matanya.
Dua laki-laki itu menoleh ke wajah Anna yang tampak marah.
"Kamu ngapain sama dia di rumah ini, hah? Dia ngapain ke sini? Dia berbuat apa padamu?" tanya Daniel sambil menghempaskan Erick dengan kasar ke sandaran kursi yang Erick duduki.
"Erick tidak melakukan apa-apa. Justru dia yang menolongku!" pekik Anna.
"Maksudmu? Bukan dia yang menyakitimu? Hah, ayolah Anna, kenapa kamu selalu membela pengkhianat ini?!" ujar Daniel tidak terima dengan pernyataan yang Anna lontarkan.
Erick. Ya, laki-laki itu adalah Erick. Menemani Anna di rumah sampai Daniel pulang.
"Aku pulang dulu," pamit Erick.
Erick berlalu tanpa satu kata keluar dari mulut Daniel maupun Anna.
"Terimakasih Erick," kata Anna.
Erick sedikit mendengarnya sehingga membuat wajahnya tersenyum kecil.
"Untuk apa kamu berterimakasih kepadanya?!" tanya Daniel.
"Kak, kalo masih mau marah, aku ga bakal cerita," jawab Anna.
"Oke, oke, kakak ga bakal marah."
Pelan-pelan, Anna menceritakan kejadian yang menimpanya pulang sekolah tadi. Semua diceritakannya kecuali uang yang ia kumpulkan untuk membeli kado kakaknya.
Hati kecil Daniel menciut mendengar semua kejadian yang diceritakan Anna. Di tempat tidurnya kini Daniel merenung dengan apa yang sudah dilakukannya.
"Sepertinya aku bukan kakak yang baik bagi Anna," ujar Daniel dalam hati.
Keesokan hari, semua berjalan seperti biasa. Aktivitas pagi seperti sarapan dan lainnya telah diselesaikan oleh Daniel.
"Kenapa kakak diem sekali pagi ini?" tanya Anna.
Daniel diam.
"Makanlah sandwich yang sudah Kakak buat ini. Hari ini kakak harus cepat datang ke sekolah," kata Daniel dengan suara rendah.
Anna tahu, bahwa ada yang tidak beres dengan kakaknya itu dengan hanya sekali melihat. Biasanya setiap pagi, suara Daniel yang selalu menggema di seluruh rumah, karena Anna adalah tipe anak yang malas sarapan. Pagi ini terasa aneh bagi Anna, apalagi tampaknya Daniel tidak ingin berbarengan untuk berangkat ke sekolah.
Daniel duduk di sudut kanan belakang bus, sambil menyenderkan kepalanya ke kaca bus. Daniel membiarkan keningnya terantuk-antuk merasakan getaran mesin yang merambat pada kaca bus. Kedekatan Erick dan Anna sangat mengacaukan pikirannya. Daniel tampak sangat berkecil hati dengan apa yang terjadi pada Anna kemarin dan merasa bukan kakak yang bisa Anna andalkan. Pikirannya sedang bertanya-tanya sekaligus mencari jawaban apa yang tepat dari pertanyaan yang terlintas di pikirannya itu.
"Kak, sore ini, aku diajak Erick untuk makan di toko Paman Dodo," ujar Anna di rumah, sembari melihat kakaknya beres-beres untuk berangkat kerja.
"Ya, lakukan sesukamu," jawab Daniel singkat.
"Kakak kenapa sih? Kok aneh sekali belakangan ini?" tanya Anna penasaran.
Daniel hanya diam, malas untuk menjawab.
"Kemaren begitu, dua yang lalu juga begitu. Kakak kenapa?!" tanya Anna sedikit meninggikan nada suaranya.
"Pergilah jika ingin," jawab Daniel.
"Orang itu sepertinya lebih baik dariku," lanjut Daniel dalam hati.
Sesampai di sekolah, Anna segera menemui Erick ke kelasnya pada jam istirahat.
"Erick, Daniel sekarang berbeda."
"Maksudmu? Dia kenapa?"
"Dia menjadi sangat dingin padaku. Apapun yang aku perbuatan, ia akan menjawab, 'Lakukanlah sesuka hatimu,' aku tidak habis pikir, apa yang membuatnya menjadi seperti itu," kata Anna.
Erick mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi di dalam diri mantan sahabatnya itu? Tapi apa peduli Erick? Erick hanya diam saja, tidak merespon apapun yang dikatakan Anna.
"Ann, Sabtu ini mau pergi bareng kakak?" tanya Daniel.
"Aku ada kerja kelompok dengan temanku. Kapan-kapan saja," jawab Anna tenang.
"Minggu gimana?"
"Aku ada janji dengan Erick. Oh iya, dia akan mengajakku ke sebuah wahana bermain baru di daerah sebelah. Sudah lama aku tidak bermain ke sana," kata Anna penuh ceria.
"Sepertinya kamu lebih nyaman dengan Erick ya?" tanya Daniel pelan.
"Maksud kakak?"
"Tidak apa-apa. Pergilah bersenang-senang," ujar Daniel.
Kini hati Daniel merasa sangat sesak. Tidak ada rasa sakit, namun nafas Daniel terasa semakin sempit.
"Sudahlah Daniel, yang penting Anna senang. Atur emosimu! Jangan sampai aura negatif menyelimutimu. Kamu harus bekerja lebih keras lagi supaya bisa mengajak Anna ke tempat yang Anna suka," kata Daniel menyemangati dirinya sendiri dengan positif dalam hati. Namun, walaupun harus tegar, Daniel masih sangat merasakan sesak di hatinya.
Minggu pun tiba. Daniel melihat Anna yang kegirangan karena akan pergi bersama Erick ke tempat yang disukainya.
"Kakak kerja? Biasanya kan libur jika Minggu tiba," tanya Anna yang melihat kakaknya memakai seragam dari tempat kerja paruh waktunya.
"Iya. Pergilah. Bersenang-senanglah!" kata Daniel sambil tersenyum kecut.
Anna merasa tidak enak meninggalkan Daniel hari ini. Padahal bisa saja Anna mengajaknya pergi. Namun akan apa jadinya bila Erick dan Daniel bertemu? Anna bergidik, sangat tidak sanggup jika itu terjadi di Minggu yang penuh ceria ini.
"Oh, ya, bolehkah kita mampir ke toko? Ada yang ingin aku beli," kata Anna setelah mencoba dua wahana pada Erick.
"Ke mana?"
"Aku tidak yakin, apakah aku punya waktu seminggu ini. Aku sibuk,"
"Baiklah, aku akan mengantarmu, ke mana pun kamu mau," ucap Erick dengan senyum tulus.
Anna dan Erick kini tengah berkeliling di sebuah mall besar. Semua toko tampak menjejerkan barang-barang terbaiknya di barisan terdepan. Sangat memanjakan mata dan sangat menggoda dompet.
"Apakah kamu sudah punya gambaran, kira-kira apa yang akan kamu beli?"
"Emmm,,"
"Kamu masih berpikir? Astaga, aku lelah sekali mengikutimu ke mana-mana," ujar Daniel sambil melirik ke sekitar.
"Kamu mencari apa?"
"Bangku!!! Kamu kira aku tidak lelah?"
"Baiklah, kita beristirahat dulu."
Erick menggunakan ponsel pintarnya untuk mencari barang yang akan disukai oleh mantan sahabatnya dulu. Daniel sangat tidak ingin kelelahan berkeliling mencari barang yang tidak jelas. Memori dengan mantan sahabatnya kembali berputar di otaknya.
"Kenapa kamu senyum? Ada yang lucu?" tanya Anna.
"Tidak."
"Jadi?"
"Nah, sebaiknya kamu beli ini saja. aku yakin dia akan suka,"
"Kamu yakin?"
"Cukup yakin, apalagi jika barang ini pembelian darimu,"
"Baiklah!!! Mari meluncur!!!"
"Hei, tunggu!! Aku masih butuh istirahat! Tunggu!!!" teriak Erick.
⏭️