Victoria membuka kelopak matanya dan semuanya terlihat asing. Matanya menangkap langit-langit yang jauh berbeda dengan apa yang ia kenal. Dirinya masih menyangka apa yang ia alami tadi hanya mimpi, namun segala hal di tempatnya kini begitu berbeda.
Dirinya berada di sebuah ruangan yang cukup besar dan mewah. Seumur hidupnya sebagai ratu, Victoria tidak pernah memiliki semua barang mewah yang ada di ruangan ini. Kerajaannya hanya sebuah kerajaan kecil di tengah badai perang yang bergejolak di atas tanah Laurasia. Namun dirinya berhasil membawa kerajaan Britian menuju kemakmuran dan terbebas dari gejolak perang. Meski pada akhirnya semua berakhir tragis dan mengenaskan.
Victoria menghela napas dalam dan mengingat semua kejadian yang ia alami. Dirinya masih mengingat jelas apa yang ia lakukan dan bahkan semuanya masih terkesan nyata. Namun entah kenapa dirinya justru terbangun dan itu semua mustahil karena luka yang ia buat begitu fatal.
Victoria tertawa kecil dengan semua ini dan dirinya meraih pisau buah yang tergeletak di atas meja. Victoria yakin dirinya kini berada di kerajaan musuh dan jelas ia tidak ingin semua ini terjadi. Victoria mengarahkan pisau itu di lehernya memejamkan matanya. Namun tanpa ia sadari, seorang pria berlari ke arahnya dan menarik lengan Victoria.
"Apa yang kau lakukan! Berhenti bertindak bodoh dan berikan padaku benda itu!"
Apa yang pria itu lakukan membuat Victoria kaget. Namun pria itu sudah menahan lengannya dan Victoria berusaha melepas cengkraman pria itu.
"Lepas! Biarkan aku mati!"
Victoria terus berusaha melepaskan diri dan melakukan perlawanan. Namun tangan pria itu begitu kuat dan tubuh Victoria terasa begitu lemah.
"Kumohon sadar Elizabeth! Kau tidak bisa mengakhiri hidupmu hanya karena seorang pria!"
Victoria terdiam, matanya menatap tajam pada pria itu seolah tidak mengerti apa yang pria itu katakan. Namun Victoria yakin pria itu serius dengan ucapannya dan mata itu tidak berbohong.
"A-apa yang kau katakan? Sia-"
Kalimat Victoria terputus ketika matanya menangkap wajahnya di cermin. Wajahnya terlihat sangat berbeda dengan apa yang ia ingat. Bola matanya sangat berbeda dan rambutnya yang dulu pirang kini berwarna silver. Wajahnya terlihat jauh lebih muda dan warna kulitnya begitu pucat.
Victoria memandangi sosok yang ada di cermin itu. Ia mengedipkan matanya dan bayangan itu mengikutinya. Victori menggerakan tangan kirinya dan bayangan itu tetap mengikutinya. Apa yang ia lihat membuat Victoria termenung. Dirinya tidak lagi menghiraukan pria asing yang bergegas mengambil pisau dan melemparnya jauh dari Victoria.
Matanya kini hanya tertuju pada cermin yang memperlihatkan pantulan dirinya. Victoria bukan orang yang percaya dengan hal seperti reinkarnasi. Namun apa yang ia alami sekarang membuat dirinya tidak bisa membantah semua itu.
Victoria berusaha keras mengingat apa yang ia alami sebelum semua ini. Satu hal yang ia ingat adalah tentang permintaanya pada Dewa agar memiliki kehidupan yang lebih baik dan damai. Dirinya tidak menyangka Dewa mengabulkan itu semua dan memberinya kesempatan kedua. Namun semua ini masih tidak nyata baginya dan Victoria bahkan mencubit lengannya. Rasa sakit terasa di bekas cubitan kukunya dan Victoria kini yakin semua ini bukan mimpi.
"Elizabeth?"
Suara seorang pria membuat Victoria sadar dan berbalik. Pria yang menahan tubuhnya tadi masih di sana dengan ekspresi heran. Victoria berusaha menenangkan pikirannya dan berniat mengumpulkan semua informasi secepat mungkin.
"Siapa kau?"
Kalimat Victoria membuat pria itu terperangah. Wajahnya seolah tidak percaya dengan apa yang Victoria katakan. Sementara Victoria terlihat tidak peduli dan menatap pria otu serius.
"A-apa benar kau tidak tahu siapa aku?"
Victoria hanya mengangguk. Ia memang tidak mengetahui segala hal saat ini dan cara terbaik adalah mengambil informasi dari pria yang ada di hadapanya. Dari pakaian yang pria itu kenakan, Victoria yakin pria itu bukan orang sembarangan dan jelas bukan pelayan.
"Kau bercanda?! Ayolah, ini semua tidak lucu Eliz."
Victoria sedikit memiringkan kepalanya seolah tidak mengerti. Pria itu menghela napas panjang dan menatap wajah Victoria.
"Aku adikmu! Jangan katakan kau juga lupa siapa namamu?"
Victoria sekali lagi mengangguk dengan wajah tidak berdosa. Namun ekspresi Victoria seolah kiamat bagi pria itu dan wajahnya terlihat bingung.
"Hmmm ... kurasa mungkin karena ... Ah! Kalau begitu, namaku Alexander Bertia Rosalian, kau biasa memanggilku Alex. Aku adalah adik laki-laki yang paling kau sayangi dan kau bahkan mengatakan bahwa kau menyuka-"
"Cukup. Apa yang kau katakan sama sekali tidak masuk akal dan feelingku mengatakan kau berbohong di bagian akhir kalimatmu."
Alex terlihat kecewa dengan Victoria yang mendadak memotong kalimatnya. Namun Victoria tidak memperdulikan semua itu dan berniat keluar.
"Tunggu!"
Victoria berbalik karena Alex menahan lengannya. Semua ini begitu membingungkan bagi Victoria dan dirinya berniat melihat dunia luar. Berada di ruangan ini membuatnya lelah, terlebih Alex sepertinya sangat merepotkan bagi Victoria.
"Kenapa kau menahanku Alex?"
Pertanyaan Victoria membuat Alex sedikit ragu. Dirinya terlihat bingung dan sesekali melirik Victoria dari atas ke bawah. Hal itu membuat Victoria berniat menghajar Alex jika dia berani berbuat hal aneh.
"Hmmm ... kak, apa kau yakin keluar dengan pakaian yang ... er, lihat dirimu di cermin!"
Alex mendorong tubuh Victoria pada cermin yang tadi Victoria gunakan. Wanita yang ada di pantulan bayangan cermin terlihat hanya mengenakan pakaian tidur simple. Namun sekali lagi, Victoria melihat matanya yang kini memiliki dua warna berbeda. Bola mata kanan Victoria berwarna merah, sementara yang kiri berwarna biru layaknya kristal.
"Apa kau sadar kak?"
Victoria mengangguk dan kembali menatap wajah Alex serius. Pria itu sedikit takut pada tatapan Victoria dan sepertinya pemilik tubuh ini punya sedikit kepribadian yang membuat orang lain takut.
"Ya, aku sadar kalau ini hanya membuang waktuku."
Victoria menghiraukan Alex yang mematung. Namun ketika Victoria membuka pintu, dua orang pelayan wanita menyambutnya. Mereka berdua sepertinya pelayan yang bertugas di ruangan Elizabeth.
"Kak! Ayolah! Ganti pakaianmu. Ayah akan marah jika dia mengetahui kau memperlihat k-kaki mu pada orang l-lain."
Wajah Alex sedikit memerah ketika matanya melirik ke arah betis Victoria. Namun bagi Victoria sendiri, semua itu sungguh merepotkan dan ia tidak peduli dengan tatapan Alex.
"Ha ... apa kau bisa keluar?"
Victoria meminta Alex keluar dan pria itu berjalan dengan langkah yang lemah. Wajahnya terlihat kecewa dan sepertinya Victoria akan berurusan dengan orang seperti Alex. Dua pelayan yang berada di depan pintu langsung masuk ketika Alex keluar. Mereka menutup pintu dan tidak menghiraukan Alex yang masih berharap untuk tetap di dalam.
Namun tatapan Victoria membuat Alex takut dan semua berjalan lancar. Para pelayan terlihat tidak membenci sosok yang kini Victoria perankan. Hal itu membuat Victoria lega dan berniat untuk hidup sebagai Elizabeth. Dirinya sempat menanyakan hal-hal yang menurutnya penting di sela-sela pekerjaan mereka. Hanya beberapa hal yang Victoria dapatkan, seperti nama lengkap Elizabeth dan nama keluarga serta jabatan ayah Elizabeth.
Dirinya kini berniat untuk tetap hidup sebagai Elizabeth. Meski dirinya tidak mengetahui apapun, setidaknya Victoria yakin bahwa Dewa memiliki tujuan yang baik baginya. Hingga akhirnya Victoria mengenakan sebuah pakaian serba hitam yang terlihat kontras dengan rambut silver miliknya. Namun satu hal yang Victoria tahu, memiliki mata heterochromia dianggap membawa kekuatan unik. Pemilik mata itu diharuskan memakai penutup mata yang terlihat seperti sebuah mahkota bagi Victoria.
Meski begitu, penutup mata itu sama sekali tidak menghalangi pandangan Victoria karena memang dirinya spesial. Di kehidupan sebelumnya, Victoria adalah seorang Mage yang dikenal hingga seluruh daratan. Hal seperti penutup mata bukan sesuatu yang menghalanginya untuk melihat. Semua itu mungkin Victoria lakukan karena dirinya tidak menggunakan Mana yang ada di tubuhnya melainkan apa yang ada di udara. Kemampuannya inilah yang membuat namanya terkenal dan mendapat gelar sebagi Mage terkuat diseluruh daratan Laurasia.
Dirinya kini melihat ke arah cermin dan tubuhnya kini terlihat begitu cantik. Namun tetap saja, bagi Victoria yang besar dan tumbuh di era perang, tubuh Elizabeth sangat lemah dan perlu latihan. Ia hanya bisa menghela napas dan mulai merencanakan kembali segalanya.