"Kebetulan yang aneh bagian dari takdir abadi" -
Di sebuah sudut bangunan kuno jauh dari rhum dan persi. hanya terdengar desiran angin yang menerpa, butiran lautan gurun pasir diiringi suara binatang malam, ooh semua menjadi semakin mengiris perasaan.
inilah dikali pertama aku menyentuhkan kakiku di gurun pasir yang luas dengan terik mentari yang mulai menyudut. aroma dan dingin malam pun mulai terasa begitu mistis entah kenapa seluruh tubuh pun menjadi lebih lemas ketika siang berganti malam
begitu dalam apa yang aku rasakan pada perjalanan begitu jauh dari kampungku ini, hampir setiap pandangan memberikan suasana yang bercampur. Yah, aku amat mema'fukan ketakutan yang dipancarakan oleh kekerasan gurun ini dibalik lembut butiran pasirnya. Burung hantu yang mengintai mangsa, ular yang kadang berderik dan rerumputan yang tampak teguh tetapi hatinya selalu berusaha untuk menguatkan pijakan, sungguh pengalaman pertama yang benar-benar tak pernah aku bayangkan
melewati tiap bukit-bukit gurun selama beberapa hari, dan mengharapkan keajaiban mata air di padang yang tak tentu tanpa ujung. keyakinan memang haruslah benar-benar bulat utuh dan anehnya aku hanya mengikuti seseorang yang kita bertemu dengan kejadian tak terduga, kami menyebutnya isyarat-isyarat kuno karena bagi para pencari tiada pernah mengenal istilah kebetulan melainkan semua itu pun sudah ditetapkan, sebagai mana ungkapan klasik kebetulan yang aneh bagian takdir abadi, semenjak pertemuan kami yang pertama ia mengajakku untuk mengikutinya
ketika melintasi jalan pedesaan kecil kaum badui barulah aku tahu bahwa kakek ini bukan orang biasa, sedikit aku dengar dari pembicaraan mereka memanggilnya dengan sebutan Sang Petuah
"Di gurun ini, haram hukumnya mempunyai kepicikan akan keajaiban, kau bisa benar-benar mati mengenaskan bersama para gagak", Ujar dia dan itulah kata-kata petuah pertama yang aku dengar dengan suara paraunya
siapa saja pasti akan menaruh rasa hormat kepadanya, melihat matanya yang begitu tajam dengan cekungan yang dalam saja seperti memberikan pancaran keyakinan tersendiri
mungkin inilah yang disebut mata adalah jendela jiwa, serasa aku mengenalnya begitu lama dan merasakan kekokohan sosok didalam dirinya yang membuat padang gurun dan segala ini menjadi lebih bersahabat
"Hai Khan..bisa kah kau mencari daun ataupun ranting untuk perapian kita malam ini",Ia memberikan isyarat dengan tangannya menuding kearah balik bukit, sambil ia mulai sibuk mengikatkan keledai kami
aku sempat bertanya kenapa dia menyebutku dengan panggilan itu, sedang aku telah mengenalkan diriku sedari awal dengan nama Aleph
...
-- Pandora Box & The Alchemist -