Lily menghela nafasnya setelah sambungan telepon dari Sean terputus. Gara-gara melihat sosok yang ada di awal panggilan tadi, tiba-tiba jantung Lily melaju begitu cepat. Bahkan Lily tidak yakin bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya dari Sean. Tapi mengingat Sean yang tampak tenang-tenang saja, sepertinya tidak ada masalah.
Padahal Lily tidak melihat Angkasa selama lebih dari satu detik. Tapi Lily yakin efeknya mungkin akan sampai satu minggu ke depan. Argh, Lily kau bodoh sekali. Kau harusnya sudah melupakannya. Ini sudah lima tahun.
"Aku kayak kenal yang di awal tadi siapa."
"Ha??" Lagi-lagi Rena sudah ada di samping Lily sembari menatap curiga pada Lily
"Angkasa kan tadi."
"I-iya, kayaknya. Aku enggak terlalu ngeh soalnya." Dusta Lily yang sebenarnya sangat mengenali Angkasa walaupun penampilan dan wajah laki-laki itu berubah menjadi lebih dewasa.
"By the way, congratulations Ly. Akhirnya kamu lulus." Lily menghela nafasnya panjang.
"Kenapa sedih gitu?"
