'Hari ini akhirnya aku selesai pelatihan dan pergi ikut olimpiade. Doa-in aku ya Ly? Aku kangen banget sama kamu.'
Mata Lily yang masih menyipit karena rasa kantuk yang menumpuk, kini terbuka lebar karena membaca pesan singkat yang Angkasa kirim. Bagaikan memenangkan undian giveaway, Lily bangkit dan melompat-lompat diatas ranjangnya hingga kembali terjatuh.
Lily kembali membaca pesan singkat yang dikirim Angkasa padanya. Ternyata pesan itu dikirim pukul sebelas malam saat Lily baru mulai menyelami alam mimpi dengan nyenyak.
"Gak di doain juga pasti memang olimpiadenya."
"Aku juga kangen banget." Gumam Lily kemudian memperhatikan jam dindingnya. Sudah pukul delapan pagi dan Lily belum bersiap.
Hari ini Lily memiliki janji dengan Yuli, Rena, Doni, Aster dan Kak Sean untuk pergi membeli segala keperluan untuk piknik besok. Seharusnya sudah sedari lama, tapi kalian tahu bahwa hari itu Lily habiskan dengan menonton Aster dan Yuli yang asik sendiri.
Tanpa menunggu lagi, Lily segera berlari ke kamar mandi sambil membawa pakaiannya sekagus untuk memepersingkat waktu.
Saat Lily selesai dan turun kelantai bawah, ruang tamunya sudah ramai dengan orang yang sudah disebutkan tadi. Aster dan Kak Sean memang tidak ada hubungannya dengan piknik yang akan Lily ikuti besok. Itung-itung menjadi orang yang membantu Yuli dan Lily untuk membawa kantung belanjaan mereka nanti.
"Eh, akhirnya tuan putri bangun." Sindir Yuli, orang pertama yang pertama kali menyadari kehadiran Lily. Yang lainpun ikut menoleh kearah Lily.
"Sang bintang utama, akhirnya muncul." Tambah Doni yang disambut tawa oleh yang lain.
Lily mendengus sebal. "Pahlawan juga datengnya terakhir kali."
Yuli menyeret tangan Lily dengan cepat untuk duduk bersama mereka.
"Gak apa-apa kok Ly. Swalayan juga kalau jam seginibelum buka." Akhirnya ada satu orang yang membela Lily. Siapapun tahu yang berbicara dengan nada halus itu adalah Rena.
"Udah nih, siapa yang mau ikut mobilku siapa yang semobil sama Doni?" Tanya Sean langsung berniat membagi orang dalam dua mobil untuk mempersingkat waktu.
"Gue sama Doni aja." Semua memandang kerah Yuli secara bersamaan.
"Tumben banget, biasanya aja empel ke kak Sean." Ejek Lily dengan sengaja membuat adiknya sedikit kepanasan.
"Kalau gitu gue juga sama Kak Doni." Ujar Aster membuat satu ruangan menjadi terdiam.
"Gak Aster lo sama gue sama Lily juga. Doni sama Rena sama Yuli." Tidak ada penolakan yang berseru lagi kecuali dari Aster keberatan.
Lily tahu adiknya itu sangat ingin berdekatan dengan temannya satu itu, tapi semua memilih diam dan tidak menggubris Aster yang kesal, karena Yuli juga tidak keberatan dengan itu.
Aster pasti sangat kesal, mengetahui bahwa masih ada tempat untuk Sean dihati Yuli.
Akhirnya semua setuju dengan arahan Sean dan berangkat menuju swalayan terbesar dikota mereka dengan tingkat antri yang sangat panjang di kasirnya karena harga semua produknya mampu bersaing.
*
Harum ayam goreng dan kentang goreng di salah satu restoran yang tersedia di swalayan itu mengundang Lily dan yang lainnya untuk masuk dan mencicipinya.
Bukan mencicipi, tapi makan. Jika mencicipi pasti tidak akan kenyang.
Yuli dan Lily sedang duduk menunggu Aster dan Kak Sean yang sedang mengambilkan pesanan mereka. Tadi Rena dan Doni sudah lebih dulu pulang karena ada tugas khusus bagi OSIS, katanya sih diminta mengambil kamera untuk mendokumentasi piknik besok.
"Lo kenapa sih, kok kayaknya keganggu banget sama kak Sean." Ucap Lily mumpung mereka sedang berdua saja disana. Lily perhatikan Yuli uring-uringan tidak jelas sedari tadi.
"Bukannya keganggu Ly, aku cuma bingung aja gimana harus bersikap. Secara dulukan aku ngejar-ngejar Kak Sean dan sekarang pacaran sama adek lo..."
"Pacaran?!" Lily refleks memekik dengan keras.
"Iya, makanya kayak gimana gitu. Takutnya Aster mikir yang enggak-enggak lagi dan jadilah gue berusaha ngehindarin kak Sean." Lily menggelengkan kepalanya.
"Lo salah besar. Lo yang berusaha ngehindarin Kak Sean gitu malah kelihatan kayak masih ada rasa. Mending lo bersikap biasa aja, jangan berlebihan juga." Yuki menggangguk lemah. Argh, gimanapun Sean pernah memiliki tempat spesial dihatinya. Lupakan itu! Sekarang yang harus Yuli fikirkan adalah perasaan Aster.
"Lo kenapa sih Yul daritadi?" Baik Lily dan Yuli terkejut dengan kedatangan Aster yang begitu tiba-tiba.
"Kak Sean mana? Kok lo tinggalin? Emang bisa bawa makanan sama minumannya sendiri?" Lily ingin menggigit Yuli. Bodoh. Kenapa harus menanyakan tentang Kak Sean?
"Kan dia cowok, pasti bisa."
"Tetep aja pasti susah kan." Aster menahan tangan Yuli untuk tetap duduk dibangkunya dengan tenang. Lily memalingkan wajahnya, malas melihat drama ini.
"Lo masih suka sama Kak Sean Yul?" Tanya Aster, ada nada kemarahan, kekesalan dan tidak suka yang bercampur menjadi satu.
Yuli hanya terdiam tak mengerti harus menjawab bagaimana dengan apa yang Aster tanyakan. Yuli terlalu malu meneriakkan bahwa ia suka Aster atau semacamnya sedangkan ada Lily disini.
Aster menggeram. "Ya udah deh, aku susulin Kak Sean." Putus Aster kembali berdiri menunggu pesanan mereka.
"Gue salah ya Ly? Padahalkan gue berusaha bersikap biasa aja." Tanya Yuli dan Lily hanya mengangguk membenarkan. Takut Yuli salah mengerti dengan apa yang akan diucapkannya lagi.
Tak lama setelah itu, Sean dan Aster kembali dengam membawa nampan berisi empat porsi ayam, paket komplit dengan kentang goreng dan minuman soda.
"Ini dia tuan putri." Ucap Kak Sean bermaksud memberikannya pada Lily. Tapi melihat raut Aster yang berubah muram, tampaknya ada yang salah paham.
Ini canggung, mereka makan sampai selesai dengan saling terdiam tanpa sebuah obrolan ataupun sebuah candaan. Lily ingin melempar satu, tapi takutnya akan menjadi garing dan tidak laku.
"Aku mau cuci tangan dulu." Ujar Lily disaat yang lain sudah mencuci tangan mereka lebih dulu. Lily tidak bisa seperti ini, Lily berniat kabur untuk mencarai solusi. Tapi bukannya mendapatkan jalan keluar, Lily malah menemui jalan buntu.
Lily tidak bisa kembali kemeja penuh ketegangan itu. Jika ini lapangan basket pasti Aster akan melempari Sean dengan bola basket berulang kali seperti saat mereka bermain bersama. Bukan bermain biasa, karena Aster yang lebih ahli pasti Aster akan membuat Sean kewalahan bermain.
Lily punya ide! Kak Intan maafkan Lily.
Lily kembali kemeja tegang itu dengan langkah besar dan duduk ditempatnya semula.
"Kak Sean, aku gak tahu aku boleh bilang ini ke Kak Sean atau enggak." Sean menyimak, sama halnya dengan Yuli dan Aster yang juga mendengarnya.
"Kenapa Ly?"
"Kakak tahu hari ini Kak Intan pergi ke Korea buat program pertukaran mahasiswa?" Sean membeku, seluruh dunianya seketika menjadi hampa.
"Kamu tahu dari siapa Ly?"
"Kak Intan sendiri yang kasih tahu aku."
"Kamu tahu Kak Intan berangkat jam berapa?" Lily tidak tahu, tapi Lily tidak bisa mengatakan itu demi kedamaian dan ketentraman satu jam yang akan datang.
Lily pura-pura berfikir sembari membuka layar hpnya untuk memeriksa jam. "Kira-kira setengah jam lagi dari sekarang."
Ada raut keterkejutan dari Sean. Lily menjadi merasa bersalah. "Mending kakak susulin Kak Intan sekarang, mumpung dia belum berangkat."
Sean mengangguk. Hatinya berdebar dengan kencang, Sean tidak ingin Intan pergi tanpa mengatakan sepatah katapun padanya.
"Kalau gitu kakak susulin Kak Intan ya?" Tidak menunggu jawaban dari ketiga orang yang lebih muda darinya ini, Sean segera berlari pergi.
Lily tersenyum puas, tapi sepertinya tidak dengan Aster dan Yuli. Mereka tampak sangat kesal. Atau hanya perasaan Lily saja?
"Kenapa? Kalau mau berterima kasih gak perlu kok. Dengan begini kalian gak bakal ribut lagi karena Kak Sean dan wala... kalian bisa selesaikan salah pahamnya sekarang."
"Lily!"
"Kakak!"
Bukan mendapat ucapan terima kasih, Lily justru mendapatkan teriakan dari keduanya secara bersamaan.
"Apa?"
"Terus kita pulangnya gimana?" Lily memutar otaknya, yang membawa mobil hanya Doni dan Kak Sean. Jika Doni lebih dulu pulang maka hanya tersisa Kak Sean. Tapi barusan Kak Sean juga pergi meninggalkan mereka.
Kantung belanjaan yang berjejer disamping meja dan dibawah meja membuat Lily semakin pusing bukan kepalang. Lily membuka dompetnya, semoga masih ada sisa uang untuk naik taksi.
Kak Sean kembalilah!