Aya masih menatap pemandangan cerah yang ada di luar rumah sakit, melalui jendela kecil yang ada di ruang rawat inapnya. Di sana Aya masih memikirkan bagaimana pertemuan aneh dengan ayahnya di sebuah kampung bersalju, sembari menunggu kedatangan Tian di sini.
Aya menanti pria itu dengan sangat sabar, tidak ingin mengganggu apabila Tian memang sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aya tahu, Aya tidak bisa egois karena Tian dan perusahaannya baru saja bangkit setelah mengalami penurunan.
Aya akan mengerti, bahkan saat tadi Tian meneleponnya. Tian yang bersikeras untuk datang dan meninggalkan pekerjaannya, Aya cegah karena Aya meyakinkan Tian bahwa saat ini dirinya benar-benar sangat baik dan ada dua temannya yang menemani.
Sekarang dua orang temannya itu sedang pergi keluar. Yang satu mencari cincin di bagian penyimpanan dan yang satu mencari jajanan yang Aya minta.
