Hari-hari terus berlanjut dan Tian masih menunggu Aya terbangun dari tidur panjangnya. Tian tidak tahu pasti, yang jelas Aya suka sekali menghindar darinya dengan cara seperti ini. Entah penyebabnya apa, yang jelas Aya sangat suka tidur dengan durasi lama.
Beberapa luka Aya sudah mengering. Tentu saja, hampir tiga bulan Aya terbaring tanpa membuka matanya di ranjang ini. Terkadang Tian bertanya-tanya, apa yang Aya mimpikan di dalam tidurnya yang sangat lama.
Akankah Aya menemuinya di sana?
Dengan segenap hati, Tian selalu merawat dan menunggu waktunya datang. Waktu ketika Aya bangun dan menatap matanya. Tian sangat merindukan warna matanya.
Tian berjalan masuk ke dalam kamar rawat inap itu. Lalu membuka tirai jendela yang tertutup dengan rapat. Mengucapkan sapaan akrab, seakan Aya menjawabnya.