Tian menatap wajah pucat Aya yang akhirnya bisa terlelap dengan tenang. Tian merasa sangat bersalah pada wanita itu. Seharusnya Tian memberitahu Aya pelan-pelan tentang hasil laboratorium yang keluar. Tian sendiri sangat terkejut dan tidak menyangka meskipun sudah sering menduga hal ini. Berbeda dengan Aya, yang merasa sangat syok karena Citra merupakan temannya.
Tian bangkit dari duduknya saat sebuah bel berbunyi . Siapa yang berkunjung, jika Wati itu tidak mungkin. Setelah mengetahui kondisi Aya, Wati bilang kalau akan pulang malam nanti. Sedangkan sekarang masih pukul sembilan pagi.
Tian berjalan cepat membuka pintu rumah Aya, Tian membulatkan matanya saat tahu Cicil yang sedang berdiri di depan pintu itu.
"Kamu..." Ucap Tian pura-pura mengingat Cicil. Akan aneh jika Tian mengenalinya di saat mereka jarang sekali bertemu.
"Aku editornya Aya." Ujar Cicil memperkenalkan dirinya sekali lagi.