"Ya, kamu marah?" Tanya Cicil. Aya menatap tidak percaya pada Cicil. Pertanyaan Cicil itu jelas jawabannya bisa Cicil lihat melalui raut wajah Aya.
"Menurut kamu Cil? Kamu itu enggak punya orang tua kayak aku. Harusnya kamu tahu bagaimana rasanya sakitnya di tinggal oleh orang yang kita sayang." Ucap Aya masih terus membereskan peralatan menggambar miliknya.
"Aku tahu Ya. Aku tahu dengan jelas." Ucap Cicil. Aya kali ini yang tersenyum dengan miring? Apa yang Cicil tahu itu?
"Terus kenapa kamu ketawa gitu?" Tanya Aya lagi.
"Bukan apa-apa. Oke? Kamu duduk, kita bicarakan hal lain aja." Ah, rasanya hanya untuk mood bertemu editor saja sudah menghilang. Aya ingin segera pergi.
"Kamu tahu Cil? Sikap kamu itu menyebalkan." Ucap Aya. Namun Cicil kembali tersenyum membuat Aya benar-benar ingin menjambaknya.
"Maksudnya?" Cicil mengangkat kedua alisnya kebingungan.