Aya menatap layar laptopnya tanpa henti. Terus-menerus menatap pergerakan website yang menunjukkan rating komiknya dan komik para komikus lainnya. Aya kira akan mudah memasuki sepuluh besar, namun ternyata semua terasa sangat sulit. Tidak mudah menjadi sepuluh terbaik.
Padahal pembaca pada karyanya cukup tinggi, namun tetap saja hal itu tidak cukup untuk melawan para senior. Aya masih piyik jika di antara para raksasa itu.
Ini semua karena Aya terlalu percaya diri, setelah para editor selain Cicil mengatakan bahwa gaya menggambar Aya sangat unik dan berbeda dari yang lain. Namun rupanya itu tidak cukup, karena di sini Aya bukan hanya menjual gambar seperti biasa. Di sini Aya harus menjual gambar yang di sertai oleh alur cerita. Tidak semua cerita bisa masuk di otak setiap orang.
Tok! Tok!
Aya menoleh di kala pintu kamarnya di ketuk. Bukan hal mengejutkan lagi melihat Tian berada di sini. Tian kembali menjadi orang yang seenaknya sendiri keluar masuk ke dalam rumah Aya.