Malam yang tenang, malam yang membutuhkan kehangatan. Hujan yang menerjang bumi dengan deras, membuat Aya semakin merasa kesepian. Kerinduan yang Aya rasakan terhadap kedua orang tuanya semakin nyata semakin hari. Aya meneteskan air matanya melihat pemandangan di luar jendela. Bumi yang basah, membuat Aya semakin kedinginan. Aya merapatkan selimutnya.
Sesekali Aya melirik ke dalam arah rumah lain yang tampak begitu ramai. Aya iri. Aya ingin bersama dengan kedua orang tuanya juga. Tapi Aya tahu itu hanya bisa menjadi harapan yang tidak akan pernah terwujud.
Aya memejamkan mata, menghirup dalam dinginnya angin malam.
"Aya." Aya membuka matanya begitu mendengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang. Lantas Aya cepat-cepat mengusap pipinya yang basah akibat air matanya. Baru setelah itu Aya menoleh dan mendapati Tian ada di ambang pintu dan membawa dua buah gelas yang mengepulkan uap panas.