Aya langsung turun dari mobil Tian begitu mobil itu berhenti tepat di depan rumahnya. Tanpa berniat mengatakan apapun pada Tian, Aya ingin segera masuk ke dalam rumahnya. Aya ingin tetap menciptakan batasan kepada Tian.
"Ya, kenapa buru-buru." Ujar Tian setelah keluar dan menutup pintu mobilnya. Langkah Aya terhenti. Wanita itu membalikkan badannya dan menatap Tian dengan tatapan sedatar mungkin.
"Aku sudah bilang kan jangan dekat-dekat dengan si Erna itu?!"
"Kenapa? Kamu cemburu?" Aya tersenyum miring. Memang benar, ada sedikit rasa cemburu. Tapi hal yang sebenarnya bukan itu.
"Erna bakal mati dan kamu yang bakal jadi tersangka. Makanya aku minta kamu supaya enggak dekat-dekat sama dia." Ucap Aya sedikit keras dan dengan nada yang sedikit kesal.
"Kenapa enggak bilang?" Tanya Tian sambil melangkahkan kakinya mendekat ke arah Aya. Hal itu membuat Aya sedikit panik karena Tian terlihat sangat marah sekarang. Oh, ke mana keberanian Aya tadi? Seketika surut dan hilang.