Chereads / DREAM : HIDDEN REALITY / Chapter 4 - BAB 3 : AKSAGARA

Chapter 4 - BAB 3 : AKSAGARA

"Ya, selamat pagi semuanya. Kita kedatangan murid baru, pindahan dari SMA Wijaya. Silahkan masuk."

Ucap Pak Toni, dan mempersilahkan Putra masuk ke dalam kelas. Lelaki itu masuk dengan kakinya yang panjang, langkahnya sangat terlihat cool didepan para kaum hawa, padahal hanya kelihatannya saja, dalamnya tak terbayangkan.

"Ehm, perkenalkan saya Saputra Dirgantara. Panggil aja Putra jangan Putri, soalnya Putri kakak saya hehe. Saya pindahan dari SMA Wijaya karena ada beberapa masalah. Tapi saya pindah kesini bukan karena anak yang di Drop Out kok, saya anak baik-baik. Terimakasih, salam kenal guys!"

Ucap Putra dengan lantang, ia langsung menjelaskan mengapa ia bisa pindah sekolah terlebih dahulu. Takut ada kesalahpahaman nantinya, semuanya mengangguk dan terlihat menyambut kehadiran Putra.

"Putra, silahkan kamu duduk di bangku yang kosong. Jangan yang ada orangnya ya nanti kedudukkin sama kamu kasian soalnya kamu gede."

"Hahaha ngelawak aja si bapak."

Kata Putra dengan tawanya yang renyah. Lelaki itu duduk di bangku paling belakang, ada satu kursi yang kosong dan di sebelahnya diduduki lelaki berkacamata yang sedang tersenyum padanya. Putra tersenyum balik dan mengangkat kedua alisnya seolah memberi sapa.

Setelah duduk, Putra tak sengaja melihat gadis itu. Ternyata satu kelas dengannya, luar biasa pikirnya. Setelah di mimpi melihat langsung di parkiran, di tegur langsung, sekarang berada di dalam kelas yang sama. Sungguh Tuhan pembuat rencana terbaik.

"Nama lo, siapa?"

Tanya Putra pada teman sebangku barunya, lelaki itu lumayan tampan, hidungnya mancung dan perawakannya tinggi namun memakai kacamata.

Lelaki itu tak menjawab, hanya menunjukkan pada buku tulis miliknya. Aksagara XII IPA 1.

Putra mengangguk mengerti.

"Cewe yang ada di pojok depan sana, namanya Ourel kan?"

Tanya Putra, Aksa melihat kearah gadis itu. Lalu menganggukkan kepalanya. Melihat ke arah Putra seolah bertanya, kenapa?

"Nanti gue ceritain pas istirahat."

×××

Sekarang sudah waktunya istirahat, Aksa mengajak Putra ke kantin untuk sekedar makan atau mengobrol. Saat tiba di meja kantin, mereka duduk diikuti oleh Reki yang baru datang membawa nasi goreng.

"Eh ada Aksa, itu murid baru ya ?"

Tanya Reki pada Aksa, tak menghiraukan Putra yang masih menyimpan dendam kesumat pada lelaki itu. Aksa mengangguk, Putra memelototi Reki.

"Eh ternyata murid barunya elu?! Wah Aksa ini mah gue kenal!"

Ucap Reki lalu tertawa canggung, Aksa melihat kearah Reki dan Putra secara bergantian. Kebingungan karena sepertinya mereka sudah saling mengenal.

"Ini temen rumah gue, kita udah bareng-bareng sejak masih menjadi janin di dalam perut ibu kita masing-masing hehe, ya kan Put?"

"Pengen banget ye lu."

Aksa tersenyum melihat mereka yang sedang bertengkar. Reki lalu segera menghabiskan nasi gorengnya yang dibeli hasil ngutang.

"Oh iya gue hampir lupa, gue mau ceritain soal Ourel Sa. Lo kenal deket sama cewe itu?"

Tanya Putra pada lelaki berkacamata yang kini sedang fokus memandangi wajah Putra. Aksa melihat setiap detail dari mulai alis, hidung hingga bibir milik Putra. Reki yang melihat itu bergidig ngeri, tak menyangka pemandangan yang ada di hadapannya sekarang ini.

"AKSA! Istigfar Sa istigfar! Lo masih normal kan Sa?"

Teriak Reki lalu menepuk pipi Aksa, lelaki itu tertawa tanpa suara karena baru sadar apa yang telah ia lakukan. Putra kini memandang aneh pada Aksa, sebenarnya kenapa dengan lelaki ini? Oh iya, Putra juga baru sadar kalau sedari tadi ia tidak sedikit pun mendengar sepatah kata yang keluar dari bibir Aksa.

"Gue bingung mau mulai darimana."

pppfftsshshh

Reki yang sedang meminum air putih mengeluarkannya dengan refleks dan membuat hujan lokal. Aksa menjauh dan Putra memandang jijik pada Reki yang masih membersihkan mulutnya.

"Aksagara."

Panggil Reki sambil menatap mata Aksa dengan intens, "Lo selama ini bisa ngomong?!"

Putra tertawa sangat kencang hingga beberapa orang di kantin tertarik perhatiannya pada tiga orang yang tidak jelas dari tadi membicarakan apa. Putra lalu menutup mulutnya dan berdehem karena tau di perhatikan oleh sekitar.

"Sumpah, itu pertanyaan terkonyol yang pernah gue denger! Gue juga mikir gitu loh Sa, dari pagi sampe tadi gue ga pernah denger lo ngeluarin kata sedikitpun. Ternyata Reki yang udah dari kelas satu tau lo nyangka lo bisu hahaha."

Aksa tersenyum simpul, memang dia merasa jarang sekali membuka atau berbicara pada orang-orang. Karena itu yang membuat dia tidak banyak ditemani, tapi ada suatu alasan mengapa ia berbicara pada Putra dan Reki. Bahkan sekarang ia ingin bercerita kepada dua teman yang bahkan baru dekat tadi pagi. Mungkin di kehidupan sebelumnya, mereka selalu bersama dan membawa keterkaitan itu sampai ke dunia yang sekarang.

"Dari pertama gue satu kelompok MOS sama lo, gue udah nyangka kalau lo bisu! Apa-apa pake bahasa isyarat, ditanya cuman ngangguk apa geleng doang. Sulit Sa elo sulit banget!"

"Udahlah curhat lo tunda dulu, gue mau cerita jadi ikutan sulit gara-gara drama lo Ki!"

Cegah Putra untuk mengakhiri, kini dia kembali serius. Masalahnya yang satu ini tidak bisa disepelekan begitu saja, ia harus tahu semua yang tersembunyi.

"Jadi, selama lima tahun kemarin-"

TRIINGGGGGGG

"Memang setan! KESEL GUE AH!"

Putra menggebrak meja perlahan, heran mengapa waktu istirahat berjalan begitu singkat sedangkan waktu jam pelajaran sangat lama.

"Oke, biar lebih enak kita ngobrol di rumah gue pulang sekolah. Lo mau kan Sa? gue yang bonceng lo."

Putusnya, ia bahkan tidak segan mengajak teman barunya ke rumah. Putra merasa ada sesuatu yang Aksa ketahui, lelaki itu juga menarik perhatian Putra untuk ia jadikan teman.

"Gila lu! Gue pulang naik apa woi?!"

Ucap Reki tak terima, jika ia pergi bersama Putra ia juga harus pulang bersamanya.

"Ya urusan lu lah! Jemput tuh si Madona motor sekaligus pacar lo itu!"

Kesal Putra lalu meninggalkan kantin yang mulai sepi karena murid-murid mulai masuk ke kelasnya masing-masing.

"Tenang Ki, gue bawa motor kok. Kalo lo mau dibonceng gue juga boleh."

"Ogah lu homo. Bye!"

Aksa tak percaya dengan perkataan Reki, hanya karena ia tak sengaja memandangi wajah Putra lelaki itu langsung di cap sebagai homo. Memang Reki tidak ada ahlak.