Sudah dari beberapa menit yang lalu aku berada di dalam kelas. Namun, kelas ini masih saja sepi. Hanya ada beberapa orang di sini, termasuk aku dan Bayu—sahabatku.
Dari tadi aku menunggu dua gadis yang sudah menjadi sahabatku sejak sekolah dasar, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda kedatangan mereka.
Pagi ini aku memang tiba di sekolah lebih pagi dikarenakan aku berangkat bersama Bayu. Cowok itu memang selalu datang lebih awal dan terpaksa aku pun mengikuti jejaknya.
Hey, jangan salah paham. Walau demikian, bukan berarti aku berangkat ke sekolah terlalu siang lalu telat dan semacamnya. Biasanya aku akan tiba di sekolah lima belas menit sebelum bel berbunyi.
Tapi hari ini, aku bahkan tiba di sekolah tiga puluh menit sebelum bel berkumandang. Bayangkan saja, aku akan merasa kesepian sampai kurang lebih dua puluh menit ke depan. Karena biasanya Shilla dan Kezya akan tiba di sekolah lima menit sebelum bel masuk berbunyi.
Lalu Bayu? Jangan tanya mengenai cowok itu. Dia pasti sedang asik bersama dunianya sendiri.
Kutengokkan kepala ke samping kananku, dan benar saja. Aku berdecak ketika mendapati dia justru sedang berkutat dengan buku tebal di hadapannya tanpa mempedulikanku sama sekali. Aku dan Bayu memang duduk berdua sedangkan Shilla bersama Kezya di depanku dan Bayu.
Kalian tentu berpikir bawha Bayu adalah cowok yang cerdas, dan benar, memang begitulah kenyataannya. Dia bisa dikatakan cowok famous di sekolahku. Selain cerdas dia juga memiliki wajah yang manis, idaman cewek-cewek di sekolah. Tapi yang kulihat dia sama sekali tidak pernah menunjukkan ketertarikannya kepada salah satu cewek yang menyukainya. Bahkan yang kutahu dia tidak lagi berpacaran setelah kejadian itu.
Dan di balik itu semua, dia memiliki sifat yang dingin, cuek dan terkesan tidak peduli. Itu menjadi kekurangannya, menurutku.
Hey jangan salah paham, dia memang cuek dan dingin tapi percayalah dia adalah orang yang baik. Bolehku katakan bahwa dia adalah pelindungku.
"Nara udah dateng aja lo."
Aku tersentak ketika gendang telingaku menangkap suara itu.
"Kalian, astaga ngagetin aja," kataku setelah mengetahui bahwa itu adalah Shilla dan Kezya.
Mereka berdua menyengir, lalu duduk di bangku mereka masing-masing.
"Eh sekarang ada tugas nggak?" Kezya bersura memecah keheningan yang sempat tercipta.
Aku menggeleng sebagai jawaban karena yang kutahu hari ini memang tidak ada tugas sama sekali.
"Bener nggak, Rak?" Aku bertanya kepada Raka, mencoba mengambil alih perhatiannya dan memastikan bahwa hari ini memang tidak ada tugas.
Raka mengernyit, tidak paham maksudku. Sepertinya dia terlalu terfokus pada buku tebal di hadapannya itu sehingga tidak mendengar pembicaraan kami barusan.
"Hari ini nggak ada tugas kan?" Aku menatapnya menuntut jawaban.
"Nggak." Raka menggeleng membuat ku dan yang lain menghela napas lega.
*****
"Kantin yuk," ajakku pada kedua sahabatku. Kulihat Kezya masih asik dengan kegiatan menulis rumus-rumus fisika yang diberikan oleh Pak Masrul beberapa menit yang lalu. Padahal hanya beberapa rumus saja tapi anak ini masih saja menulis. Lelet, pikirku.
Sementara Shilla, dia malah sedang asik bermain geme di ponselnya. Aku berdecak malihat kelakuan dua sahabatku ini. Padahal bel istirahat akan segera berakhir.
"Ish ke kantin ayok," kataku tidak sabar. Sungguh aku lapar, sangat.
"Ngapain?" tanya Shilla tiba-tiba.
"Cuci piring ayok," kataku mulai jengkel.
"Kalau ke kantin mah makan begek, masa cuci piring sih?" Shilla menoyor kepalaku membuatku semakin kesal.
Ini yang bego sebenarnya aku atau dia? Sudah tahu malah balik bertanya. Dasar aneh.
"Kita nggak ke kantin hari ini, mau diet hehe." Kezya menyengir memperlihatkan deretan giginya.
"Iya, Nara. Lo ajak Bayu aja deh ya. Kali ini aja deh. Kita mau diet soalnya." Kali ini Shilla yang berbicara.
"Oh oke," kataku sambil mengacungkan jempol kemudian menghampiri Bayu yang tengah mengobrol bersama teman cowoknya.
"Bayu sini bentar," panggilku membuatnya menoleh.
"Kenapa?" tanyanya langsung padaku.
"Anterin gue ke kantin yuk, please. Shilla sama Kezya nggak ke kantin hari ini," mohonku padanya sambil menangkupkan tangan di depan dada. Bayu tidak menjawab hanya diam memandangku. Astaga apa dia tidak mau? Sungguh, padahal aku benar-benar lapar.
Tiba-tiba kurasakan Bayu menggenggam tanganku dan kemudian menarikku menuju kantin. Aku tersenyum, lihatlah, Bayu tidak akan sejahat itu membiarkanku mati kelaparan karena dia memang tahu jika aku tidak akan berani ke kantin sendiri, lebih tepatnya malu.
Tiba di kantin aku melihat dia. Iya, dia yang kukagumi dalam diam. Aku berhenti, membuat Bayu juga menghentikan langkahnya. Aku terpaku menatap wajah itu. Wajah yang selalu membuatku tersenyum kala mengingatnya.
"Ck, mau sampai kapan lo di sini? Nggak jadi makan?" Suara Bayu membuatku mengalihkan pandanganku dari dia.
"Eh jadi kok," kataku cepat sebelum Bayu berubah pikiran lalu meninggalkanku sendiri di sini.