Chapter 2 - Chapter 1.1

Tiga ratus lima puluh tahun yang lalu...

Ada seorang remaja yang tinggal sendiri di suatu rumah kecil di kota jakarta, Indonesia. Dia memiliki kehidupan yang sangat kacau sejak pesawat yang ditumpangi kedua orang tuanya jatuh dan membuat mereka meninggal, kejadian itu tepat saat dia menerima kelulusan SMA nya.

Sejak itu dia hanya bermain game, membaca komik dan makan apabila lapar. Dia sangat jarang sekali keluar dari rumahnya, walaupun dia keluar rumah, dia pun hanya pergi untuk membeli sekerdus mie instan dan kembali ke rumahnya untuk bermain game lagi.

Dia selama ini hidup dengan bekal ATM peninggalan ayahnya yang dulunya termasuk orang kaya. Tapi kekayaan sebesar itu pun tetaplah tidak cukup untuknya karena sejak kedua orang tuanya meninggal, dia selalu menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli berbagai perlengkapan game.

Sudah 5 tahun sejak kejadian itu atau tepatnya dia berumur 24 tahun. Umur yang pantas untuk mencari kerja. Sebelum kejadian yang mengenaskan itu, dia sebenarnya termasuk dalam siswa terpintar dalam sekolahnya. Tapi dia sama sekali tidak berniat mencari kerja, dia hanya ingin bermain game untuk menghabiskan waktunya.

"Good Game..."

Itulah kata yang selalu dia katakan

Apabila dia memenangkan salah satu gamenya. Dengan kepintaran yang sudah dia miliki sebelumnya, dia dengan mudah menyelesaikan game-game yang ada saat itu.

Suatu hari, entah apa dia mendapatkan hidayah atau tidak, dia mulai berfikir cara mencari uang karena dia sadar, uang yang ada di ATM ayahnya sudah mulai menipis. Dia pernah berfikir untuk menjadi Gamer dan akan mendapatkan banyak iklan. Tapi saat dia mendapatkan ide itu...

Sebuah pedang muncul secara tiba-tiba diatasnya yang membuatnya kaget, dia pun berlari menjauhinya tapi pedang itu mengikutinya dan tetap berakhir diatas kepalanya.

"Apa ini?" tanyanya kebingungan dengan apa yang dia lihat.

Dia pun berfikir untuk mengambilnya. Dia mengambil meja, kursi dan berbagai benda lainnya yang bisa dia gunakan untuk pijakan agar bisa menyentuh pedang itu.

Saat dia sedang berusaha menggapainya, tiba-tiba pedang itu jatuh dan menancap di kepalanya. Dia masih sadar saat itu, dia merasa kesakitan yang amat besar akibat pedang yang tertancap dikepalanya itu.

Tapi dia sama sekali tidak berteriak minta tolong atau apapun, dia hanya tersenyum masam dengan tubuh tergeletak dan darah yang menggenang di lantainya.

"Huft.. Tidak apa-apa.. Mungkin dengan ini aku bisa bertemu dengan orang tuaku dan meminta maaf pada mereka karena sudah menghambur-hamburkan uang mereka" ucapnya sambil tersenyum masam walaupun tentunya masih ada rasa sakit yang luar biasa di kepalanya.

Pandangannya mulai kabur, dan berakhir dalam kegelapan.

Saat dia bangun, dia kaget dengan sekitarnya yang gelap gulita dan sunyi.

"Halo.. Apa ada orang disana? Apakah aku menjadi buta dan tuli?" tanyanya sendirian dengan banyak dugaan di pikirannya.

Tidak ada satupun orang yang menjawab pertanyaannya, benar-benar sunyi.

"Ouh ya.. Kan aku tuli, kalau ada orang disana coba sentuh tanganku" ucapnya memikirkan berbagai kemungkinan yang dia alami

Tapi juga tidak ada pun rasa sentuhan pada tangan miliknya. Dia pun semakin bingung. Apa yang terjadi padanya. Saat dia kebingungan, tiba-tiba ada suara seseorang yang terdengar olehnya.

"Halo?? Apa ada orang? Aku buta ya??" suara seseorang yang tidak memiliki wujud

"Hei!! Ada orang disana??" teriak remaja itu saat mendengar suara seseorang

"Ah!! Iya!! Dimana kau!!" jawab orang itu

"Aku tidak tau!! Kau juga ada dimana??!!" jawab remaja itu

"Aku juga tidak tau!! Disini sangat gelap!!"

Saat mereka berdua berbincang-bincang, tiba-tiba keluar suara lagi yang memiliki nada yang berbeda dengan artian juga orang yang berbeda dengan mereka berdua

"Halo!! Apakah ada orang? Tolong nyalakan lampunya.."

"Ada suara orang lagi!" teriak remaja itu saat mendengar suara itu.

"Ouh ada orang? Apa kau bisa menyalakan lampunya?" tanya orang yang baru saja muncul

"Maaf disini tidak ada lampu, aku saja tidak tahu dimana kita sekarang" balas remaja itu.

Mereka bertiga pun saling bicara dengan topik apa yang mereka alami sekarang. Tapi tidak lama, keluar suara baru lagi dan entah mengapa mereka malah menyambutnya.

"Hm.. Halo? Ada orang? Aku sudah mati ya?"

"Selamat datang ke tempat yang tidak ketahui" ucap mereka bertiga secara serentak

Orang baru itu pun ikut mengobrol dengan mereka dengan topik yang sama, tapi itu tidak berlangsung lama.. Suara dengan nada yang sangat aneh muncul yang membuat mereka berempat kaget.

"Selamat datang kalian orang-orang yang telah ku pilih" ucapnya dengan suara yang aneh.. Seperti menggema? Dan suara banyak orang yang dijadikan satu.

"Ku pikir kalian akan bingung dan cemas dengan apa yang telah terjadi pada kalian, tapi tak kusangka kalian malah saling ngobrol disini, hahahaha" jelasnya sambil tertawa yang teramat keras

"Siapa kau??" tanya remaja itu yang penasaran sosok pemilik suara itu.

"Kau tidak perlu mengetahui siapa aku, yang jelas sekarang kalian adalah orang-orang yang terpilih untuk mendapatkan kekuatan dariku" jelasnya yang membuat mereka berempat kaget.

"Kekuatan?" tanya seseorang dari empat orang terpilih.

"Iya! Kekuatan yang cukup besar! Gunakan kekuatan ini untuk perkembangan di bumi!" jelasnya

Mereka berempat hanya bisa diam, ntah karena takut, kaget, kagum atau bingung. Mereka hanya bisa mendengar tapi tidak bisa melihat.

"Baiklah sampai sini saja aku menyapa kalian, sekarang bangunlah" ucapnya yang membuat mereka bangun dari kematiannya.

Si remaja itu bangun kembali di kamarnya. Terlihat meja, kursi dan alat-alat lainnya yang sebelumnya dia gunakan untuk pijakan telah rusak. Tapi dia tidak sedih sama sekali, dia malah tersenyum masam karena dengan adanya benda yang rusak didepannya itu adalah bukti bahwa hal yang dialaminya itu bukanlah mimpi.

Setelah bangun dari tidurnya, atau lebih tepatnya kematiannya. Dia segera membersihkan meja, kursi dan barang-barang lainnya yang rusak akibat pedang itu. sekali-kali dia memegang kepalanya untuk memeriksa keadaan kepalanya.

"Aku benar-benar masih hidup.. Keren.. Tapi siapa dia? Dan mengapa memberi kekuatan pada kami? Apa dia tuhan?" gumamnya bertanya-tanya identitas pemilik suara yang aneh itu sambil membersihkan kamarnya.

Dia pun berfikir tentang kekuatan yang dia dapatkan, dia mencoba berbagai macam kemungkinan.

"Keluarlah.. Api!!!" teriaknya didalam kamarnya dan berfikir akan keluar api dari tangannya, tapi yang ada hanyalah teriakan seseorang di samping rumahnya.

"Woi!! Jangan teriak-teriak!!! Sudah malam!!" teriak seseorang yang terdengar dari jendelanya.

"Maaf paman!!" jawab remaja itu lewat jendela kamarnya.

Dia pun masih bingung tentang kekuatan apa yang dia dapatkan, dia pun keluar rumah dan mengambil sebuah batu bata dan menaruhnya didepannya.

"Mungkin ini..." gumamnya dengan tangan kanannya sudah ada diatas kepala dan hendak meluncur cepat ke tengah-tengah batu bata itu.

Dak!!

Suara yang dihasilkan sangat mengecewakan, bahkan bisa disebut juga menyakitkan. Tangan remaja itu memerah dan bergetar.

"Ugh... SAKIT BGST!!!!!' teriaknya kesakitan sambil memegang telapak tangannya.

Tiba-tiba sebuah sandal terbang mengenai kepalanya dan membuatnya kaget.

"DAH MALAM JANGAN TERIAK-TERIAK BGST!" teriak orang itu menatap tajam pada remaja itu.

"Maafkan sa-" ucapannya berhenti dan tiba-tiba pingsan. Orang yang sedang memarahinya itupun langsung berubah ekspresinya dan segera mendatanginya.

"Aduh.. Jangan mati.. Gak lucu loh mati karena kena sandal.. Tunggu? Rambutnya.."ucap orang itu dengan perasaan cemas dan bingung melihat remaja itu saat dia mendekatinya.

"Kenapa rambutnya berwarna putih? Apa dia mengecat rambutnya?" gumamnya lalu memegang tubuhnya.

"Hei kau bangun!!, woi bangun woi!!" teriak orang itu menggerak-gerakkan badannya tapi remaja itu masih tidak meresponnya. Dia pun semakin cemas dan dia memanggil ambulan untuk membawanya ke rumah sakit.

Pagi harinya....

"Kau sudah bangun?" tanya orang itu saat melihat remaja itu mencoba membuka matanya.

"Ahh.. Dimana aku.." tanya remaja itu saat melihat tempat yang asing darinya.

"Kau dirumah sakit" balas orang itu dengan malas.

"Ru-rumah sakit?" tanya remaja itu sedikit kaget.

"Yah.. Kau pingsan kemarin didepan rumahmu, kau ini sedang ngapain sih malam-malam teriak" ucapnya kesal menatap remaja yang masih kebingungan dengan keadaannya.

"Maafkan aku paman lukman.. Aku.. Hm.. Aku sedikit depresi karena kalah dalam game" ucapnya mencoba berbohong dan berusaha tersenyum kepada paman lukman, hanya saja senyuman itu malah terlihat aneh.

"Kau ini.. Jangan terlalu lama mengurung diri di rumah nak, kau sekali-kali keluar rumah, bagaimana kehidupanmu nanti kalau seperti itu terus kehidupanmu" ucap paman lukman pada remaja itu, dan remaja itu hanya menundukkan kepalanya saat mendengarnya.

"Apalagi umurmu sudah lumayan tua loh, bagaimana mau mendapatkan cewek kalau seperti itu kehidupanmu" lanjutnya yang membuat remaja itu tertegun

"Ya maaf paman.. Ya nanti ku akan mencari kerja" ucapnya dengan malas pada paman lukman.

"Nah gitu dong! Dengan begitu orang tuamu pasti bangga melihatmu dari sana" balas paman lukman sambil menepuk punggungnya dan remaja itu hanya diam mendengarnya.

"Hei jangan murung! Kau ini.. Ouh ya kenapa kau mengecat rambutmu?" ucap paman lukman yang membuat remaja itu kaget bukan main.

"Ha??!! Ngecat rambut? Apa maksudmu paman??" tanyanya kaget menatap paman lukman dan begitu pula paman lukman malah bingung dengan reaksi remaja itu.

"Hm.. Sebentar... Dokter!!" teriak paman lukman memanggil dokter dan dokter pun datang menghampiri.

"Tolong periksa kepala anak ini dok! Saya sangat cemas" ucapnya dengan cemas sambil menunjuk kepala remaja itu. Sedangkan remaja itu hanya berwajah datar menatap paman lukman.

"Tidak perlu dok" ucap remaja itu kepada dokter yang hendak mendekatinya.

"Saya baik-baik saja" lanjutnya yang membuat dokter itu keluar dari kamar rawatnya.

"Paman.. AKU INI BAIK-BAIK SAJA!!!" teriaknya pada paman lukman yang membuat paman lukman jatuh dari kursi yang didudukinya.

"Bgst! Jangan teriak-teriak pada orang tua! Kuwalat tau!" teriaknya bangun dari jatuhnya.

"Paman sih, aneh-aneh saja" ucap remaja itu memalingkan wajahnya.

"Ini semua karna mu!! Kau yang aneh!" balas paman lukman dengan emosinya yang melunjak.

"Huft.. Sebentar... Paman tunggu disini, ku akan segera kembali" ucap remaja itu keluar dari ranjangnya dan  berjalan ke arah kamar mandi.

Didalam kamar mandi, dia tersenyum saat melihat kaca didalamnya karena itulah yang dia cari.

"Be-benar.. Rambutku berwarna putih!" ucapnya kaget sambil memegangi rambutnya.

Dia semakin bingung perubahan warna rambutnya, tapi saat dia melihat jeli ke arah kaca, ternyata warna matanya juga berwarna putih.

"Apa yang terjadi padaku!!" batinnya ingin berteriak melihat perubahan pada dirinya.

"Rambutnya keren mas" komen orang disampingnya.

"Kayak karakter dianime-anime" lanjut orang disampingnya lagi

"Hehe.. Iya terimakasih" balasnya tersenyum masam, "keren gundulmu" batinnya mengumpat pada dua orang disampingnya.

"Apa kau tau?? Orang yang tertimpa pedang besar itu masih hidup!"

"Ya ku tau! Di jepang, afrika dan mesir bukan??! Sungguh hebat! Mereka masih hidup setelah tubuhnya yang hancur itu"

"Hm?? Pedang ?? Tertimpa?? Masih hidup??" batin remaja itu mendengar percakapan orang disampingnya.

"Anu.. Orang yang tertimpa pedang besar? Bolehkah saya tahu itu apa?" tanyanya penasaran dengan topik pembicaraan mereka berdua.

"Kau tidak melihat televisi ya? Banyak loh yang menyiarkannya! Satu bulan yang lalu muncul tiga pedang sebesar gedung di jepang, afrika dan mesir! Saat pedang itu jatuh, aneh sekali hanya ada satu korban dari kejadian itu" jelas orang yang disampingnya itu.

"Dan lagi! Mereka adalah orang yang kuat!! Rambut mereka berwarna seperti warna pedang yang menghancurkan tubuh mereka!! Ada yang warna merah, biru dan kuning!" jelas orang yang satunya lagi.

Remaja itu semakin yakin bahwa mereka bertiga yang dibicarakan oleh dua orang disampingnya itu adalah tiga orang yang bersamanya saat didalam ruangan yang gelap itu.

"Kalau kau ingin tau lebih, coba lihat lah TV, mereka selalu disiarkan tiap hari!" ucapnya yang membuatnya kaget.

"Baiklah!! Terimakasih infonya!!" ucap remaja itu dan pergi meninggalkan kamar mandi.

Remaja itu sangat senang setelah mendapatkan informasi dari mereka berdua, dia segera pergi kearah kamarnya untuk menemui paman lukman.

"Pa- aduh!" ucapnya hendak memanggil paman lukman terpotong karena menabrak suster yang hendak keluar kamar.

"Ma-maafkan saya!!" ucap remaja itu sambil mengulurkan tangannya berniat membantu suster itu.

"O-ouh ti-ti-tidak apa-apa!!" balas suster itu gugup sambil hendak memegang telapak remaja itu. Tapi remaja itu tidak menunggu genggamannya, dia langsung memegang tangannya dan membantunya berdiri.

"Te-terimakasih.." ucap suster itu sambil menundukkan kepalanya

"Ini" ucap remaja itu sambil memberikan sebuah alat tulis dan kertas yang terjatuh dari suster tadi.

"Te-terimakasih" ucap kedua kalinya suster itu berterimakasih.

"Maafkan saya ya mbak" ucap remaja itu menatap suster itu.

"Ti-ti-tidak apa-apa mas!!" balas suster itu dan langsung menerobos remaja itu lalu pergi.

"Ganteng banget..." batin suster itu berjalan cepat meninggalkan kamar, sedangkan remaja itu hanya bingung melihat suster itu.

"Ah iya! Paman lukman!!"ucapnya membalikan badannya dan memanggil paman lukman.

"Apa?" jawab paman lukman yang sedang merebahkan tubuhnya.

"Ayo pulang!!" ucap remaja itu membuat paman lukman bingung.

"Dokter!!" teriak paman lukman memanggil dokter karena dia merasa remaja itu mulai sakit.

"Oi-oi paman!! Apa yang kau lakukan!" tanya remaja itu kesal melihat tetangganya itu.

"Ada apa pak??!!" tanya dokter seketika datang ke kamar.

"Itu, tolong cek kepalanya.. Dia sedikit anu dok" ucapnya sambil memberi isyarat telunjuk jari diarahkan kepala dan memutar-mutarkan jarinya.

"Ouh.. Tentu, anu.. Nak.. Siapa namamu?" tanya dokter itu kepada remaja itu.

Remaja itu semakin kesal melihatnya, dia berfikir "bagaimana orang yang mudah dibodohi seperti ini bisa jadi dokter?"

"Huft.. Fanji cakrawangsa" balas fanji dengan malas

"Bagus.. Baiklah, berapa 1 tambah 1?" tanyanya membuat fanji kesal.

"Dia mengetesku??!!!" batin fanji ingin berteriak kepada dokter itu

"Dok.. Aku ini waras, tidak gila.. Apa kau melihat diriku seperti orang gila???" tanya fanji dengan lembut pada dokter itu.

Dokter itu melihat fanji dari atas ke bawah lalu kembali keatas.

"Hm.. Ouh.. Sepertinya dia tidak apa-apa pak" ucapnya pada paman lukman.

"Sudahlah paman! Ayo kita pulang saja sekarang!!!" teriak fanji pada paman lukman.

"Huft.. Baiklah.. Biar ku ke tempat administrasi dulu" jawab paman lukman dengan malas bangun dari tempat tidurnya yang seharusnya milik fanji.

"Tidak perlu paman, aku saja yang membayar biayanya!" ucap fanji

"Tidak, karna ku lah kau pingsan kemarin" balas paman lukman lalu pergi ke tempat administrasi

Fanji pun tersenyum kecil melihat tetangganya yang baik padanya walaupun dia jarang keluar rumah.

Fanji pun menunggu paman lukman di pintu keluar rumah sakit, banyak orang yang melihatnya karena rambut dan matanya yang berwarna putih. Bahkan ada juga yang meminta foto dengannya.

"Mas-mas, boleh minta foto gak" tanya seorang cewek bersama gerombolannya sekitar empat cewek termasuk dirinya.

"Hm.. Bo-boleh.." jawab fanji dengan gugup, pertama kalinya dia dimintai foto oleh cewek selain ibunya sendiri, dan sekarang malah cewek yang dia tidak kenal meminta foto bersamanya.

"Yeah!! Makasih mas" ucapnya dengan senang setelah melakukan beberapa foto dengan fanji

"Ah.. Iya" balas fanji sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Setelah cewek itu dan gerombolannya pergi, paman lukman datang memberi ejekan padanya.

"Baru keluar kamar sebulan kau langsung diajak foto ama banyak cewek cantik?" ucap paman lukman yang membuat fanji kaget.

"Mana ku tau.. Tunggu sebulan??" tanya fanji kaget.

"Iya, kau mungkin sekitar sebulan tidak pernah keluar rumah, lalu tengah malam teriak-teriak gak jelas pula" ucapnya kesal pada fanji

"Hehe iya maaf" ucap fanji meminta maaf dengan hati masih bingung dengan kata "sebulan"

"Huft.. Padahal lagi anu.." ucapnya yang membuat fanji paham

"Yah.. Maap paman, nanti malam lakukan lagi dengan bibi yani, ku tidak akan teriak-teriak lagi yang menganggu kalian lagi anu.." ucap fanji mengejek paman lukman

"Kau ini" ucap paman lukman tersenyum langsung merangkul fanji dan menggesek-gesekan kepalan tangannya keatas kepala fanji.

"Ayo paman pulang" ucap fanji yang masih di rangkul paman lukman

"Oke.. Ku telpon istriku dulu untuk menjemput kita pakai mobil" ucapnya sambil mengeluarkan handponenya

Setelah beberapa menit setelah paman lukman menelpon istrinya, datang mobil dengan seorang wanita duduk di tempat sopir.

Fanji dan paman lukman pun berjalan mendekatinya dan jendela mobil pun dibuka oleh wanita itu yang ternyata sedang merokok didalam mobil.

"Bagaimana kabarmu nak?" tanya wanita itu pada fanji

"Baik-baik saja bibi yani" balas fanji tersenyum menatapnya dari luar mobil.

"Syukurlah.. Kalau suamiku macam-macam lagi.. Akan kuhajar dia" ucapnya menatap tajam pada paman lukman.

"Huft.. Iya-iya, mana rokoknya minta" ucap paman lukman yang ternyata sudah duduk disamping bibi yani.

"Ambil saja sendiri disitu" balas bibi yani menunjuk satu pack rokok didalam kotak obat.

"Rokok didalam kotak obat?" batin fanji melihatnya

"Masuklah nak" ucap bibi yani menyuruh fanji masuk ke mobil

"Baik bibi"

Mereka pun pergi dari rumah sakit. saat perjalanan pulang, mereka sesekali mampir ke tempat makan dan beberapa toko. Setelah itu mereka baru mengantarkan fanji pulang.

"Jaga kesehatanmu nak" ucap bibi yani menatap fanji yang sudah diluar mobil

"Iya bibi, terimakasih atas semuanya termasuk ini juga" ucap fanji sambil menunjukkan kantong plastik yang lumayan besar berisikan makanan dan bahan makanan.

"Iya tidak apa-apa, toh ini juga kesalahan pria bodoh ini" ucap bibi yani sambil menunjukkan pria disampingnya.

"Iya-iya maaf" ucap paman lukman dengan malas

"Baiklah, kami balik dulu ya nak" ucap bibi yani menutup kaca mobilnya lalu pergi.

Setelah mobil itu masuk ke rumah tetangganya, fanji dengan segera masuk kedalam rumahnya. Dia menaruh kresek besar itu ke meja dan mendekati laptop dan TV miliknya.

Dia dengan segera membuka laptop dan melihat tanggal yang tertera di layarnya, dia kaget melihat angka-angka itu. Dia cukup yakin bahwa hari dimana dia terkena pedang itu adalah hari dimana dia terakhir keluar rumah. Melihat tanggal "hari ini" membuktikan bahwa dia sudah satu bulan mati setelah pedang itu tertancap di kepalanya.

Dia pun juga langsung menyalakan TV nya dan membuka penyiaran berita. Dia kaget, hampir semua penyiar berita sedang membicarakan topik yang sama, yaitu The Pillars of God. Mereka ada tiga, yang pertama amare faraday yang disebut pillar kekuatan, lalu karim hanbal yang disebut pillar sihir dan yang terakhir akira eiji yang disebut pillar keilmuan.

Dia pun kembali menatap laptopnya, dia mencari video dimana mereka bertiga berbicara, dia ingin mencocokkan suara mereka bertiga dengan suara yang dia dengarkan dari tiga orang yang bersamanya saat di ruangan yang gelap itu.

Dan betapa terkejutnya fanji, setelah mendengar suara mereka, dia tau bahwa mereka bertiga adalah orang yang bersama dengan nya saat itu. Dan dia pun juga sangat senang bahwa mereka masing-masing telah membuat klan dan membuka pendaftaran untuk sekuruh dunia.

"Asshiaap!! Ku harus datang kesana dan menemui mereka!!" ucap fanji dengan semangat.

"Tapi kemana ya... Klan blue rose milik karim ada di mesir.. Lalu klan red tail milik amare ada di afrika.. Dan yang terakhir klan golden sun milik akira ada dijepang.. Oke akira aja, bukan hanya karena dekat, dia pun di juluki pilar keilmuan, pasti dia sangat pintar" guman fanji menentukan arah tujuannya.

Dia pun segera memesan tiket pesawat dan membereskan berbagai kebutuhan yang mungkin dia butuhkan saat perjalanan, tidak pula dia membawa semua ATM milik ayahnya karena dia tau, dia bakal lama untuk kembali pulang.

Dia pun langsung keluar rumahnya dan memesan taksi untuk mengantarkannya ke bandara.

Tidak lupa dia pamit ke paman lukman dan bibi yani, mereka kaget dengan apa yang akan dilakukan fanji.

"Hei nak! Kau sepertinya memang harus kembali ke rumah sakit! Kepalamu bermasalah!" ucap paman lukman dengan wajah sedikit cemas

"Tidak apa-apa paman, ini adalah arah hidupku yang baru yang dipilih oleh tuhan" balas fanji berusaha menenangkan paman lukman.

"Nak.. Huft.. Baiklah.. Jaga diri baik-baik ya, tenang saja, rumah peninggalan orang tuamu itu akan kami yang merawatnya" ucap bibi yani dengan rokok masih menyala di mulutnya.

"Terimakasih atas bantuan kalian selama ini! Aku akan berusaha sering mampir kesini!" ucapku menundukkan kepalaku

"Hhaha iya nak, cepatlah masuk ke dalam taksi kalau tidak mau ketinggalan pesawat" ucap bibi yani menyuruh fanji

"Baik bibi! Jaga diri kalian baik-baik!" balas fanji lalu masuk kedalam taksi

Mereka berdua melambaikan tangan saat taksi fanji menjauh, dan fanji pun membalas lambaian tangan mereka.