Masa panen sudah mulai, aku mendengar banyak penduduk yang membicarakan tentang pesta rakyat yang akan di selenggarakan di depan istana nanti.
"Raka, sepertinya dalam tahun ini masyarakat cukup makmur. Apa rencanamu selanjutnya?"
Kami duduk di bawah sinar bulan purnama di bangku bambu yang ada di halaman rumah...
"Kirana sudah berapa lama kita bersama?"
"Kalau tidak salah sudah tujuh purnama Ka, ada apa?"
"Kamu benar, tujuh purnama. Aku perlu tiga purnama lagi untuk menyempurnakan tenaga dalamku"
"Jadi Raka sudah menyusun rencana?" tanyaku. Tapi dia hanya tersenyum dan...
Cetik...
Raka menjentikkan jarinya, tidak lama setelah itu seseorang lompat dari atas pohon yang berada di belakang kami.
"Si... Siapa kamu! Raka ayo kita pergi..."
"Tenanglah Kirana, dia ada di pihakku"
"Pihakmu?" Aku masih belum mengerti.
"Hormat saya kepada pangeran Arya, Maafkan saya Den Ayu, karena telah membuatmu terkejut" ucap pemuda itu dengan penuh rasa sopan.