Mayang duduk termenung sambil memandangi tangan kirinya yang telah hilang, kini ia harus hidup cacat selamanya dan kehilangan ilmunya. Mayang harus melatih diri lagi agar bisa bela diri dengan satu tangan namun ia sudah tidak bisa menggunakan racunnya lagi.
Tangan kanannya mengepal erat, bayangan wajah Kirana selalu menghantui dirinya. Namun setiap kali Mayang mengingat wajah Kirana pada malam itu, rasa takut langsung menyelimuti hatinya.
Amarah, sedih dan dendam memenuhi perasaan Mayang, namun entah kenapa ia juga ketakutan jika mengingat Kirana. Tidak berselang lama setelah itu, terdengar suara seseorang yang datang menghampiri kamar rawatnya, Mayang terperanjat dari tempat duduknya dan memandangi pintu dengan wajah yang tegang.