Semua orang terdiam, kepala perompak itu berjalan dengan penuh kebanggaan naik ke atas panggung menghampiri Sundari. Jantung Sundari mulai berdebar kencang, bukan karena takut menghadapi perompak itu tapi dia bingung apa yang harus dilakukan jika perompak itu benar-benar memperkosanya malam ini.
"Kesucianku akan terenggut, tidak... Enak saja. Aku dan dia kan laki-laki, bagaimana bisa dia merenggut kesucianku!" bisik Sundari dalam hati.
Pria kekar dan berbadan besar itu kini berada tepat dihadapan Sundari, ia memberikan satu peti koin emas kepada nyi Suratmi kemudian tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang menghitam. Sundari sampai merah menahan mual ketika melihatnya, perompak itu bahkan terlihat seperti tidak pernah mandi.
"Dia bau sekali!" omel Sundari dalam hati.
Sedangkan disisi lain nyi Suratmi sedang memelototi dan membelai emas-emas yang begitu berkilau di matanya, ia sangat senang karena baru pertama kali ini mendapatkan transaksi yang begitu besar.