Malam harinya, semua orang yang akan berangkat besok berkumpul di lapangan desa. Untuk pertama kalinya seluruh permukaan tanah lapang itu padat oleh penduduk dan juga para perajurit Raden Sastra.
Raden berdiri di singgasananya yang sederhana, kali ini dia tidak bersanding dengan Mayang tapi bersanding dengan Kirana.
Kirana dan Raden Sastra terlihat begitu gagah, pedang di tangan Raden dan busur panah di tangan Kirana. Semua orang kagum melihatnya, hanya ada satu orang yang terlihat kesal. Mayang...
"Mereka berdua jadi sibuk dan selalu menghabiskan waktu bersama-sama"
ucapan tari siang tadi terus terngiang di telinganya. "Besok juga mereka akan pergi berperang bersama. Hubungan mereka akan semakin dekat..."
Mayang semakin resah, ia hendak naik dan bersanding bersama Raden Sastra namun empu Dhamar langsung menahannya.
"Mohon maaf, Raden dan Ndoro Sekar sedang memberikan ceramah untuk para perajurit. Kau bisa bersabar sampai ceramah selesai" ucap Dhamar memberikan peringatan.