Dhamar mendekat ke arah Kirana, ia berjongkok kemudian mengelus kepala Kirana layaknya seorang ayah yang sedang mencurahkan kasih sayangnya terhadap putrinya. Kirana menatap sayu dengan air mata yang mengalir deras, nafasnya sesenggukan.
Dhamar tersenyum tenang, jari-jemarinya menghapus air mata Kirana dengan penuh hati-hati. "Putriku... Kau baru saja melakukan perjalanan, tapi kau sudah membuat kekacauan besar dan membuat semua orang ketakutan" ucap empu Dhamar menampar pelan pipi Kirana.
Tapi Kirana belum bisa menjawab karena lehernya masih terasa kelu, ia berusaha mengatur nafasnya dan menyeka wajahnya. Setelah itu, Kirana melirik Kalima dengan wajah yang kesal.
"Semua gara-gara Paman Kalima, kata-katanya membuatku sedih dah marah. Bahkan dia juga menyalahkan aku, katanya semua yang terjadi padaku adalah kesalahanku, makanya aku marah" ucap Kirana sesekali kata-katanya terhenti karena tersengal.