Mayang sangat senang ketika berada di kamar Kirana, kamar itu begitu luas dan rapi. Bahkan ada kasur kapas, bantal dan selimut dari sutra. Mayang duduk di tempat tidur itu sambil merasakan betapa lembutnya selimut sutra. Kemudian Mayang beralih lagi ke depan meja rias.
Ia berdiri sejenak di depan cermin dan mulai dengan khayalannya. Tangannya mengelus rambut panjangnya yang setengah terurai, sambil merasakan kamar Kirana yang begitu nyaman dan luas. Kamar itu sangat berbeda jauh dari kamar yang ia tempati di rumah Asih, sempit dan hanya beralaskan tikar saja.
Mayang membayangkan jika kamar itu adalah miliknya, ada Raden Sastra yang berdiri menatap, lalu membelai pundak dan leher jenjangnya. Mayang tersipu malu dengan khayalannya sendiri, sampai akhirnya matanya tertuju pada sebuah laci yang letaknya berada di meja rias itu.