Chereads / Story after night / Chapter 9 - Catatan

Chapter 9 - Catatan

Ini semua dimulai semenjak aku menemukan catatan kecil itu. Di sepotong kertas persegi yang ku temukan di dasar kotak yang aku keluarkan dari basementku, bacaanya, "HALO, TOLONG JAWAB". Aku tak tahu sejak kapan itu berada disana, kotak kotak tersebut sudah ada di basement sejak aku pindah kesitu. Aku tak menggubrisnya sampai keesokan pagi, saat aku membuka pembuat kopiku untuk membuang ampas kopinya, di dalamnya terdapat sepotong kertas basah yang bertuliskan, "TOLONG JAWAB, TOLONGLAH!" Aku menduga kertas itu pasti dimasukan ke pembuat kopiku oleh entah siapa yang sedang mengerjaiku dengan lelucon tololnya, karena kertas itu tak ada saat aku pertama kali menuang bubuk kopi kedalamnya.

Aku menemukan lebih banyak catatan, di bawah tatakan mouse, di tower komputerku saat aku hendak memasang RAM baru, disela sela lembaran tisu toilet, di bawah penampang dvd player.

Di tempat tempat yang tak seorangpun akan menemukanya, tempat yang tak pernah terfikirkan olehmu saat akan meninggalkan catatan, yang tak seorangpun akan mencari, dan konyol sekali untuk meninggalkan catatan disana karena entah kapan orang akan menemukan dan membacanya?

Tapi kejadian itu terus berlangsung, dan catatan catatan itu selalu bertuliskan hal yang sama, memohon aku untuk menjawab dan menolong mereka.

Suatu hari karena ketololanku, aku terpancing juga saat kutemukan selembar catatan lagi di dalam cangkir di bak cuci ( saat aku membacanya, kertasnya sudah kering) , kutuliskan kata kata di bagian belakang kertas itu,

"HALO, AKU MENJAWABMU. TOLONG JELASKAN KEADAANMU!" ,lalu kuselipkan di celah retakan bak mandiku.

Tak lama setelah aku meninggalkan kamar mandi aku mendapati selembar catatatan lagi, terapung di atas gelombang di permukaan soda di gelasku yang aku taruh di ruang santai.

Hati hati aku mengambilnya dari atas minumanku, Tulisanya, "TERIMAKASIH." dan dengan huruf yang lebih besar,

"AKU TERPERANGKAP".

Ku kibaskan kertas itu sedikit supaya agak kering, lagi, dibelakangnya kutuliskan, "dimana kau terperangkap?, dan bagaimana kamu bisa mengirimiku catatan ini?", dan karena aku tidak terlalu kreatif untuk meletakan catatan itu, jadi aku lempar saja ke belakang sofa.

Aku menunggu dan mengawasi, tapi tak satu catatanpun muncul lagi di sepanjang sisa hari itu.

Hari berikutnya aku sedang mengecek kotak suratku, kemudian didalam surat tak bernama aku menemukan sebuah catatan lagi,

"DI DIMENSI KE DUA, DI BAWAHMU.", tanpa menghabiskan waktu aku tuliskan,

"siapapun kau, leluconmu ini sungguh tolol. sudah hentikan saja.", kubuang kertas itu keluar jendela dan terbang tertiup angin.

Catatan selanjutnya yang kuterima masih dengan tulisan huruf yang jelek, apalagi isinya semakin panjang, kalimat terakhir sepertinya di jejalkan di sisa ruangan kertas yang tinggal sedikit. Aku rasa isinya adalah tentang suatu penjelasan materi dari ensiklopedia atau buku pelajaran,

"Dimensi pertama adalah yang menggambarkan titik ruang, dimensi yang kedua adalah (kata kata ini digaris bawahi) segala sesuatu yang nyata, mempunyai tinggi dan lebar, dan yang ketiga adalah panjangnya. Yang ke empat adalah waktu, yang selanjutnya yang kelima adalah masa depan dan masa lalu: yaitu waktu yang sudah terjadi dan sudah terbukti di ruang waktu." Sebagian teks dibawahnya tak bisa di baca karena hurufnya terjejal terlalu kecil. Aku memutar bola mataku dan membalas lagi,

"Bagaimana kau bisa membaca pesanku jika kau berada di dimensi kedua?, dan bagaimana pula kau bisa ada?" , kuselipkan kertasnya di celah metal pemanggang rotiku.

Catatan balasanya terjatuh dari rambutku saat aku sedang menyisirnya keesokan pagi, dan hendak mandi. " TULISAN ADALAH 2D, GAMBARAN ADALAH 2D, LAPISAN DUA BUAH GAMBARAN 2D."

Itu sama sekali tak menjelaskan tentang bagaimana aku bisa "menolong" orang ini, yang aku jelaskan di tulisan balasanku dan lalu kusiram kertas itu ke toilet.

"JADIKAN AKU 3D", adalah balasan yang aku baca dari catatan yang kutemukan di dalam sebatang coklat yang baru kubuka.

Penjelasan bagaimana mungkin orang idiot ini bisa memasukanya ke dalam barang barang tersegel adalah diluar akal sehatku akan tetapi di titik ini aku memutuskan untuk terus bermain, mungkin saja aku berada di semacam acara TV atau semacamnya.

"Bagaimana caranya?", adalah semua yang kutulis di baliknya. Aku ingat sekali tempat dimana aku menyelipkan kertas itu, karena itu adalah balasan terakhir yang aku tulis untuk waktu yang lama. Aku menyelipkanya di celah cermin panjangku, diantara kacanya dan lapisan kayu di belakangnya. Segera setelah aku memalingkan pandangan darinya, kertas itu mendadak hilang dari celah, dan selama satu setengah tahun setelahnya tak kulihat lagi ada catatan yang muncul.

Suatu pagi saat sedang memakai baju untuk kerja, aku masuk ke kamar, mencocokan dasi dengan kemejaku di depan cermin, cermin yang sama, hanya saja sekarang cermin itu terletak di bagian kebalikannya di kamarku.

Saat aku menatap cermin, aku melihat sepotong kertas persegi yang tertempel di dinding di belakangku. Aku berbalik, tapi kertas itu tak ada disana.

Sejenak sebelum aku kembali menghadap ke cermin aku mengira mungkin kertas itu terjatuh tapi di cermin kertas itu masih terlihat disana, menempel di dinding. Aku meraba cermin itu, mungkin retak atau mataku terkena ilusi optik, tapi tidak.

Kuangkat cermin berat itu dari lantai, dan bersamaan dengan itu secara perlahan aku melangkah mundur, mendekatkan diriku ke dinding di belakangku di mana kertas itu tertempel. Semakin aku mendekat, semakin jelaslah tulisan di kertas itu, aku berhenti, tubuhku terhimpit diantara dinding dan cerminku, segera saja aku membaca pesan itu dari pantulan cerminku,

"DENGAN MENJADIKANMU 2D", bunyinya.

Aku sesegera mungkin pindah dari rumah itu. Setelah beberapa lama menumpang di rumah pacarku , aku memutuskan untuk menyingkirkan cermin itu, pemanggang roti, dan semuanya.

Jantungku masih berdegup kencang jika melihat sepotong kertas persegi sempurna tergeletak sendirian di lantai. Aku masih hidup dalam ketakutan akan jikalau suatu hari saat aku membuka buku atau di dalam lipatan jaket sebuah kertas persegi menyembul keluar. Aku selalu memeriksa barang barangku sekarang. Terus menerus. Aku juga sudah berhenti minum kopi.