Terlambat, lagi.
Perempuan itu berjalan dengan nafas ngos-ngosan, menyusuri trotoar yang mungkin sekitar setengah kilo lagi sampai ke sekolah. Namun sialnya, bel sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu. Peluh keringat mulai bercucuran, sekedar informasi, ia juga belum sempat mandi.
Bagi yang belum tau, perempuan itu bernama Athiyah Faridza. Salah satu siswi di Sma Bina Satya daerah Bandung. Ia hidup mandiri, orang tuanya membuka restoran disekitar sini, cukup terkenal, mungkin itu juga penyebab orang tuanya membuka satu cabang di luar negeri.
Athiyah juga selalu dikirim uang bulanan untuk keperluan sekolah dan makanan setiap harinya, dan pasti mereka berdua menyempatkan diri untuk mengunjungi anaknya itu walau sebentar.
Ia mulai berjalan pelan sambil memegangi tasnya. Melihat langit hari ini yang sedikit indah walau tak seindah suasana sekarang, itu sudah cukup.
Ia membungkuk, memegang lututnya yang sedikit keram ketika berhenti tepat didepan gerbang sekolah yang 'pasti' sudah ditutup.
"Eh, si mbaknya telat."
Perempuan itu mendongakkan kepalanya, melemparkan tatapan sinis ke laki laki itu.
Namun mengingat orang yang sedang berdiri didepannya ini mungkin bisa saja membuatnya masuk ke sekolah dengan tenang, ia segera membenarkan mimik wajahnya.
"Bin-"
"Gak!"
Athiyah berdecak kesal, sudah ia duga akan seperti ini. Teman-ah mungkin lebih cocok dipanggil babunya ini sangat sulit diajak negosiasi kalau sudah berkaitan dengan kedisiplinan. Apalagi Bintang adalah salah satu anggota OSIS di sekolah mereka, perempuan itu juga bingung mengapa Bintang sangat mengabdi dengan organisasi babu seperti itu.
Iya, dari sekian banyak orang yang berpemikiran mengenai OSIS sama saja dengan babu atau bahasa halusnya pembantu versi sekolah, athiyah menjadi salah satunya.
Jika sudah mendengar kata OSIS, isi kepalanya langsung dipenuhi manusia yang selalu menjadi budak guru untuk melakukan hal hal seperti pembantu-menyapu lapangan, memungut sampah, berkeliling kelas hanya untuk mengecek keadaan bersih dan rapi, dan juga seperti yang dilakukan Bintang saat ini--menjaga gerbang.
"Gue mau belajar."
Laki laki itu seketika menampilkan wajah terkejutnya yang dilebih lebihkan, membuat athiyah ingin sekali mendaratkan tangannya ke wajah buriq itu, "Coba sekali lagi, gue ga denger?"
"Serius, bangsat."
Bintang bersiul pelan, menaik-turunkan alisnya dengan menampilkan wajah ambigunya itu, "Gue bakal biarin Lo masuk, tapi..."
Cih, kalau sudah begini athiyah tau bakal mengarah kemana. Sudah hafal betul dengan pemikiran bejat laki laki itu. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakannya.
"YESSSSSS! Silahkan masuk Queen Faridza!" Ucap Bintang sambil membukakan pintu gerbang selebar lebarnya.
***
Parah sekali. Ia tidak dibolehkan masuk ke kelas. Dilihat dua sahabat nya itu sedang memberi kode ke arahnya, walau ia tidak mengerti sama sekali. "Tidak ada kata terlambat dalam kamus saya!" Aduh, pengen dong beli kamusnya.
"Lari keliling lapangan, 20 kali!"
Ini yang ia benci. Mengapa semua guru sangat suka memberi hukuman seperti itu, sia-sia saja. Murid seperti Athiyah tidak akan pernah kapok. Perempuan itu mengendikkan bahu nya, acuh. Ia keluar dari kelas, menuju lapangan. Mau tidak mau, ia harus melakukan itu jika tidak mau catatannya di BK bertambah.
"Cepat taruh tas mu!" Athiyah terkanjat. Melihat Bu Nina mengikutinya dari belakang, sedari tadi. Athiyah mengangguk, perempuan itu melepaskan ransel berwarna hijau tosca itu di tanah. Lalu segera berlari, memutar lapangan.
Baru 10 putaran ia lakukan. Athiyah merasakan, kakinya mulai bergetar. Melihat sekeliling, ternyata Bu Nina sudah berhenti memantaunya membuat perempuan itu langsung merosot duduk sambil memegang kakinya yang sedikit keram. Perempuan itu membenamkan kepalanya di lipatan tangan.
"Gue sumpahin tu guru cepet pensiun!" Gerutu Athiyah, mulutnya tak berhenti mengeluarkan sumpah serapah yang ditujukn kepada Bu Nina. Suasana mulai hening, Athiyah tak lagi berkicau. Ia mulai menaikkan kepalanya, ingin beranjak ke kantin. Namun, matanya menangkap sosok lain. Ia melihat laki-laki dengan porsi tubuh yang tegap dengan 1 tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana dan memegang sebotol aqua dengan tangan satunya yang bebas.
Athiyah mengernyit heran ketika laki-laki itu balas melihatnya. "Kenapa?"
Perempuan itu makin dibuat bingung ketika laki-laki itu mengulurkan tangannya yang memegang aqua kepadanya. "Lo kenapa anj-"
"Ambil!"
"Ha?"
"Ambil!"
"Gila ya?"
"Ck!" Laki-laki itu sebal. Ia menarik tangan Athiyah lalu memaksanya menggenggam botol aqua itu. Setelah itu, ia meninggalkan Athiyah yang masih dengan raut wajah bingung nya.
***