Chereads / Preman Itu Pacarku / Chapter 3 - Ego Vano

Chapter 3 - Ego Vano

Cukup lama aku tertidur dengan posisi duduk dan kepalaku kusandarkan di ranjang Vano, aku terbangun karena merasakan gerakan tangan Vano yang tidak sengaja tertindih oleh pipiku. Aku mengangkat kepalaku dan tangan ku masih berada di ranjang Vano.

"Hmmmm... hmmmmm" Vano seperti orang mengigau sambil menggelengkan kepalanya.

"Ti----dak..." Vano terbangun dan berteriak sangat kencang sekali sehingga seluruh orang yang berada di dalam ruangan memperhatikan Vano, Sepertinya Vano bermimpi buruk.

Sekarang posisi Vano duduk dengan nafas yang tersengal-sengal seperti orang habis lari maraton. Aku tidak menyadari ternyata dari tadi Vano menggenggam tanganku, aku baru menyadarinya ketika aku merasakan sakit karena Vano menggenggam tanganku sangat kencang.

Seketika aku melepaskan tangan Vano , dan Vano terlihat seperti orang kebingungan. Vano laki-laki tampan dengan netra cokelatnya, berkulit putih, rambut bergelombang dan badan kurus. Vano sekarang berusaha melepaskan infus yang menempel ditangan nya.

"Vano jangan dilepas" Reflek aku menahan tangan Vano.

"Kamu siapa!!!" Vano membentak ku dengan kasar.

"Aku Ni--na" Aku takut sekali melihat sikap Vano dan aku berusaha sabat dan tenang. Karena aku tau dia terpengaruh nark**a.

"Aku mau pulang...!!" Vano berteriak memaksa ingin pulang.

"Jangan, kondisimu masih belum stabil Vano"

"Ngapain coba kamu ngelarang,siapa kamu berani ngelarang aku?!" Vano membentak ku lagi. Dan kali ini dia memaksa dan benar-benar dilepas infus dari tangan nya.

Vano langsung turun dari ranjang dengan darah yang keluar dari bekas infusnya sambil berlari keluar ruangan. Aku mengikuti Vano mencoba menghentikan nya, ketika aku aku bisa meraih tangan Vano dan menghentikan Vano. Vano membalikkan badan dan mendorongku, hingga aku terpental. Dan kepala ku terbentur dinding. Aku pusing, dan aku mencoba menguatkan diri dan bangkit lagi berdiri. Ketika aku hendak berlari mengejar Vano,Vano terjatuh di depan pintu masuk klinik.

Seketika aku berlari menghampiri Vano, dan meminta bantuan kepada perawat untuk membawa Vano kembali ke ruangan. Setelah Vano sudah berada di dalam ruangan dan di tidurkan lagi di ranjang. Perawat menginfus Vano lagi, setelah itu perawat pergi.

Beberapa menit kemudian Vano bangun lagi, aku takut dia marah dan ngamuk lagi. Tapi aku tetap menenangkan hatiku. Vano kebingungan melihat kanan kiri.

"Vano mau minum?" Aku memberanikan diri untuk menawarinya minum.

"Iya...aku haus!!" Vano mau, meskipun tetap kasar

"Nih, minumnya" Aku mencoba membantunya untuk minum. Dia menolaknya dan langsung mengambil botol itu dari tangan ku dan berusaha minum sendiri.

"Kenapa kamu tetep ada disini sih..hah?!!" Vano memandang ku seperti ingin menerkam ku.

"Ehm, karna kamu masih belum sembuh" Jawab ku.

"Ngapain sih peduli, aku bisa sendiri kok. Aku gak suka kamu disini!! Kamu pergi aja!!!" Vano mengusirku.

Aku hanya diam dan tidak menggubris omongan Vano.Aku memanggil perawat untuk menjaga Vano sebentar karena aku mau ke kamr mandi.

"Mas... Mas gak kasihan ya sama temen nya tadi, Mbak itu dari tadi pagi loh mas. Nungguin mas gak kemana diam di samping Mas. Eh malah dimarahin" Ucap Perawat

"Gak usah bawel deh Mbak!"

Tidak lama aku kembali lagi dan duduk di sebelah ranjang Vano.

"Mbak makasih ya sudah dijagain bentar" Aku menoleh ke arah perawatan yang barusan menjaga Vano.

Aku mengambil gawaiku di tas, sudah dari tadi pagi aku mengabaikan gawaiku. Karena menjaga Vano di Rumah Sakit, yang aku tidak jelas mengenalnya. Aku benar-benar sudah ingin meninggalkan nya tadi waktu pertama kali Vano mendorongku.

Tetapi hatiku beribisik dan menyuruh ku untuk tetap menolongnya. Entah mimpi apa aku semalam, apa karna aku bangun kesiangan. Dan tidak sholat subuh, dan barusan aku ingin mengambil wudhu ingin sholat.Ternyata aku palanh merah, Alhamdulillah aku kemana-mana selalu sedia pembalut di tasku.

Entahlah apa yang terjadi hari ini sudah membuatku mengabaikan semuanya termaksud aku tidak datang ke Sekolah Kolong Langit.

Aku buka gawaiku dan ternyata sudah ratusan chat di aplikasi ijo dan panggilann tak terjawab.Salah satunya dari sahabat ku yang bawel.Aku hanya membuka dan tidak membalas,karena waktunua belum tepat.

"Kenapa sih, kamu masih ada disini? Meskipun aku sudah mengusirmu dan kasar sama kamu" Tiba-tiba Vano bertanya padaku.

"Karena keadaan mu masih belum stabil, dan aku manusia yang punya perasaan.Tidak mungkin aku meninggalkan kami yang lagi sakau sendirian" memasukan gawaiku kembali kedalam tas.

"Tau dari mana kamu...?!"

"Ya,tau dari Dokter lah Vano"

Tiba-tiba Dokter Angga menghampiri ku dan Vano.

"Sore Nin,gimana Mas Vano keadaan nya sekarang?"

"Baik..Aku mau pulang!!". Vano membentak Dokter Angga.

"Mas Vano benar-benar mau pulang?.Menurut hasil rekam medis Mas Vano dan hasil Lab nya masih belum stabil". Dokter melihat map yang berisi rekam medis Vano.

"Vano di sini sampai sembuh Dok". Pintaku

"Apa-apaan sih kami, kamu siapa coba ngatur hidupku!!".Vano untuk sekian kali mendorong ku sampai aku tersungkur ke lantai.

"Astaghfirullah".Jeritku.

"Nina kamu gak papa Nin?". Dokter Angga membantuku berdiri.

"Dok saya ke kamar mandi dulu".Aku berlari ke kamar mandi.

Sesampainya dikamar mandi aku menjerit dan menangis.

"Ya Allah, Astaghfirullah apa ini.Aku sudah berusaha menolongnya,tapi kenapa dia kasar.Apalagi aku tidak mengenalnya sama sekali.Apa aku harus meninggalkan dia.Ya Allah apa rencana mu?".Air mataku tidak berhenti menetes.

*******

"Mas Vano,tidak seharusnya kamu kasar seperti itu ke orang yang sudah tulus menolong kamu.Kamu tau di TKP kamu di temukan Nina,tidak orang satu pun yang mau menolong mu.Bahkan hanya sekedar membantumu masuk kedalam mobil.kamu orang asing tapi Nina benar-benar tulus menolongmu.Tidak meninggalkan kamu sama sekali,Maaf saya berbicara seperti ini.Karena kamu sudah keterlaluan.Permisi...".Dokter Angga meninggalkan Vano.

Aku sudah memutuskan untuk mengikuti kata hatiku,dan aku keluar menghampiri Vano dan duduk di sebelah ranjang Vano.

"Maaf".Vano meminta maaf dengan nada yang sangat pelan,aku tidak mendengar nya.

"Apa Van,mau minum?".Tanyaku,dan berdiri ambil botol minum di atas meja.Tiba-tiba Vano menggenggam tangan ku

"Maaf...". Suara terdengar jelas,dan dia langsung melepaskan tanganku.

"Ya,aku juga minta maaf".Aku membukakan botol minum dan memberikan nya pada Vano.

"Ngapain kamu minta maaf,kan aku yang salah.".Wajah Vano sekarang mencair .

"Aku juga salah maksain kehendak ke kamu, sekarang mau mu apa?.Pengen sembuh atau pengen pulang?".

"Ehmm".Vano tidak menjawab dia hanya menunduk.

" Kalo kamu mau pulang,aku urus administrasi mu".

"Aku mau disini sampe keadaan ku fit".Lirih Vano

"Bagus, sekarang kamu makan dulu,ada obat uang harus kami minim".

"Aku gak mau makan,aku mau tidur".

"Oh yaudah, berarti kamu betah di Rumah Sakit.Ok silahkan tidur Mas Vano".Aku batalkan niatku untuk mengambilkan Vano makan.

"Aku tuh pengen cepet-cepet pulang,aku gak betah disini!".

"Kalau kamu pengen cepet-cepet pulang,kamu makan!".

"Ok,aku makan".

"Bagus".Aku berdiri dan mengambilkan makanan untuk Vano .

"Nih makannya,ini minum nya.Obatnya yang ini".Aku menjelaskan satu persatu ke Vano.

"Iya!".Vano mulai melahap makanan yang ada di depannya sampai habis.

"Laper nih,mau nambah gak,katanya gak mau makan?".Aku menutup mulut ku menahan tawa.

"Gak laper kok!".Vano menghentikan makannya.

"Obat nya diminum".

"Lama-lama kamu bawel amat kayak perawat!".

"Yaudah,aku diem".

"Kamu kenapa sih gak takut sama aku,yang lain kan gak mau nolongin aku!?".

Aku diam tidak menjawab.

"Hey,kok diem aja.Aku ngomong sama kamu,bukan sama infus!" Vano marah karena aku tidak menghiraukan nya.

"Namaku bukan hey,kan kamu sendiri yang bilang aku ini bawel".

"Ya,gak diem kayak gini juga.Sory,nama kamu siapa sih?".

"Aku Nina,aku nolongin kamu Karena aku menyadari aku adalah manusia makhluk sosial,suatu saat aku pasti butuh manusia yang lainnya.Dan mungkin kemarin kamu membutuhkan pertolongan ku,suatu saat aku juga pasti membutuhkan bantuan orang lain.Kalau aku tidak menolong mu kemarin.Mungkin suatu saat jika aku membutuhkan pertolongan tidak akan ada yang menolong ku".Aku menjelaskan panjang lebar kepada Vano.

"Oh...kamu asli orang Surabaya?"

"Aku asli Madiun" .

"Di Surabaya kuliah atau kerja?".

"Kuliah,kamu ini lagi wawancara ?" .

"Gak pengen tanya aja".

Dokter Angga tiba-tiba datang menemui kami.

"Permisi Mbak Nina,Mas Vano bisa kita ngobrol diruang saya?".

"Ada apa ya Dok?".Tanya Vano.

"Ini tentang kesehatan Mas Vano"

"Ok".

Aku inisiatif mengambil kursi roda untuk Vano.

"Ayo naik".

"Peka banget Mbak Nina,padahal saya mau menyuruh perawat".Dokter Angga tersenyum."Saya tunggu diruangan saaya Mbak Nin".Dokter Angga langsung pergi meninggalkan kami

"Ayo cepetan naik!".pintaku pada Vano.

"Aku bisa jalan kok, ngapain pake kursi roda segala!".

"Ok".Aku taruh kursi rodanya dan membiarkan Vano berjalan sendiri.Aku hanya mengikuti dari belakang.Beberapa langkah Vano jatuh.Aku lari menghampiri Vano.

"Tuh kan!".Aku membantu Vano untuk berdiri.Dan menyuruh tangan nya pegang pundak ku."Vano menurut padaku.Dan berjalan pelan-pelan keruangan Dokter.

Bersambung