Pagi pun datang, Kirayasha bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke akademi.
"Hei nak!, Kau sudah bangun?" Tanya Adam sambil berteriak di lantai 1.
"Ya!.., Aku datang!" Jawab Kirayasha sambil menuruni tangga.
Saat Kirayasha turun ke lantai 1, sudah ada Graham, Adam, dan Lysa yang sedang menuggu nya.
"Yo Kirayasha, Apa tidur mu nyenyak, hehehe." Kata Lysa.
"Ah, selamat pagi semuanya, maaf membuat kalian menuggu, apa kita akan berangkat sekarang?" Tanya Kirayasha.
"Tentu saja nak!, apa kau sudah siap?!" Tanya Adam sambil merangkul kepala Kirayasha dengan satu tangan.
"Tentu saja!, mari kita berangkat." Jawab Kirayasha.
"Baiklah, ayo mari kita ke akademi." Kata Graham sambil menuntun semua orang untuk keluar.
Saat semua orang sudah keluar dari rumah, ada sebuah kereta kuda yang sudah menuggu mereka.
"Ayo masuk!" Suruh adam kepada Kirayasha dan Lysa.
Kirayasha, Lysa, dan Graham pun masuk kedalam kereta kuda, sedangkan Adam yang mengendarainya
"Baiklah." Kata Kirayasha sambil duduk, diikuti oleh Graham dan Lysa.
Kereta kuda mereka pun berangkat menuju ke akademi sihir.
"Oh iya!, Aku lupa bertanya kemarin, Lysa berkata kalau penyihir yang memegang senjata itu bernama Armed Magician, apa maksudnya itu?" Tanya Kirayasha.
"Ah, Armed Magician adalah seorang penyihir yang membutuh kan suatu senjata untuk memakai sihirnya, ada juga Pure Magician, Pure Magician tidak memerlukan apapun untuk menggunakan sihir mereka, tapi mereka tidak bisa menyalurkan sihirnya kedalam suatu senjata, sedangkan Armed Magician saat menggunakan sihir harus memegang senjata untuk menyalurkan mananya dan menggunakan sihir mereka." Jawab Graham.
"Hooh, Jadi aku sekarang adalah seorang Armed Magician?" Tanya Kirayasha.
"Kita masih belum mengetahuinya, ada juga seorang Pure Magician yang menggunakan senjata, tetapi itu hanya senjata biasa, mereka menggunakannya untuk membantu gaya bertarung mereka, kita ambil contoh dirimu, kau sangat pandai dalam menggunakan pedang anehmu itu, jika kau adalah Pure Magician kau bisa memanfaatkan keahlianmu untuk membantumu dalam bertarung." Jawab Adam.
"Aku Mengerti...." Kata Kirayasha.
"Dan juga, aku mempunyai hal yang perlu diberitahukan kepadamu, aku tahu kau bisa mengalahkan penyihir tahap 3 dengan mudah, tapi kau jangan meremehkan mereka yang sudah tahap 4, kekuatan tahap 4 sama dengan 3 kali kekuatan penyihir tahap 3!" Kata Graham dengan serius.
"Ba-bagaimana bisa kekuatannya sebesar itu?" Tanya Kirayasha.
"Itu karena mereka sudah naik ke bentuk 2." Jawab Graham.
"Bentuk 2?" Tanya Kirayasha.
"Ah baiklah, sebelum sampai di akademi aku akan menjelaskannya, kau juga dengarkan ini ya Lysa." Kata Graham sambil mengelus kepala Lysa.
"Baiklah." Kata Lysa.
"Oke, jadi, saat penyihir ada di tahap 1-3, mereka ada di bentuk 1, atau bisa disebut bentuk awal, saat di tahap 4-6 mereka ada di bentuk 2, bisa juga disebut bentuk pemula, kekuatan mereka sudah ku katakan tadi, mereka 3 kali lebih kuat dari penyihir bentuk 1, jadi aku menyarankanmu tidak berbuat masalah saat berhadapan dengan kelas yang ada di tingkat pemula." Kata Graham sambil menjelaskan.
"Tingkat pemula?, apa saat di akademi kita terbagi menjadi beberapa Tingkat?" Tanya Kirayasha.
"Betul, di akademi, para murid akan dibagi menjadi 2 tingkat, tingkat awal dan tingkat pemula, dan setiap tingkat dibagi menjadi beberapa kelas." Jawab Graham.
"Hm..., Baiklah." Kata Kirayasha.
beberapa menit setelah mengobrol, kereta kuda mereka berhenti.
"Oi!, Kita sudah sampai di dekat gerbang!" Teriak Adam sambil mengetuk pintu kereta kuda.
"Baiklah mari kita turun." Suruh Graham.
Kirayasha, Lysa, dan Graham pun turun dari kereta kuda.
"Kau kembalilah ke rumah!" Suruh Graham Kepada Adam.
"Baiklah." Kata Adam.
"A-apa ini Akademi Sihir." Kata Kirayasha sambil terkejut.
Akademi Sihir yang Kirayasha liat sangatlah besar, mirip seperti kastil, dan didepan mereka terdapat jembatan yang jalan masuknya dibatasi oleh gerbang.
"Bagaimana apa kau terkejut?, Hahaha!, ini bukan seberapa, tunggu saja sampai kau melewati jembatan yang dibatasi oleh gerbang itu." Kata Graham sambil melihat Kirayasha dan tertawa.
Mereka semua pun berjalan memasuki gerbang, saat mereka baru memasukinya ada seorang penjaga yang memakai zirah kulit sedang menghentikan mereka.
"Berhenti!, Silahkan tunjukkan kartu identitas anda!" Teriak Penjaga itu, sambil menghentikan mereka.
Graham pun menunjukkan kartu yang berada di saku jasnya.
"Ah!, Maaf atas kelancangan saya, saya tidak mengetahui kalau anda adalah guru Graham yang terkenal itu." Kata Penjaga itu sambil meminta maaf dan membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa, kau hanya menjalankan tugas saja." Kata Graham sambil tersenyum.
"Mereka adalah orang-orangku, bisa kau biarkan mereka masuk." Kata Graham kepada penjaga sambil menoleh kearah Kirayasha, dan Lysa.
"Baiklah kalau anda berkata seperti itu, silahkan masuk." Kata Pejaga itu.
Mereka semua pun memasuki gerbang dan berjalan melewati jembatan, di tengah-tengah mereka sedang berjalan, ada seorang laki-laki yang sedang memukuli orang dipinggir jembatan.
"Ayah!, I-itu adalah!" Teriak Lysa sambil ketakutan dan menunjuk kearah laki-laki yang memukuli orang.
"Orang itu...., Yohan!, Bajingan itu!, masih saja tetap seperti dulu!" Kata Graham sambil melihat kearah Lysa menunjuk, dengan sangat marah.
"Mengapa anda terlihat sangat membencinya?, dan juga, Kenapa orang itu bisa memukuli orang disini?, bukannya tadi ada penjaga?" Tanya Kirayasha sambil melihat Graham yang marah.
"Penjaga seperti itu tidak akan bisa melakukan apa-apa, dan dari awal aku sudah membenci bocah itu, Hanya karena ayahnya adalah seorang bangsawan yang sangat besar, dia mendiskriminasi orang lain yang mempunyai status rendah." Jawab Graham dengan marah sambil mengepalkan tangannya.
Graham pun dengan cepat menghampiri Yohan yang sedang memukuli seseorang.
"Hei!, Yohan!, Cepat Hentikan!" Teriak Graham sambil menggenggam pundak Yohan.
Yohan pun berbalik dengan cepat, dia memiliki tinggi sama seperti Kirayasha, mata biru cerah, rambut berponi pendek bewarna pirang, dan memakai pakaian seperti tuxedo berwarna putih.
"Siapa yang menghalangi ku keparat!" Teriak Yohan sambil berbalik.
"Hentikan sekarang!" Suruh Graham dengan tatapan sinis.
"Huh?, Aku mengira siapa, ternyata kau pak tua!" Kata Yohan sambil menatap Graham.
Kirayasha dan Lysa pun perlahan mendekati mereka berdua.
"Hoi!, Lepaskan tanganmu dari bajuku!, Atau kau ingin ini berakhir dengan buruk!" Suruh Yohan dengan tatapan yang mengerikan.
"Cih!, Jika bukan karena ayahmu aku sudah membunuhmu dari dulu!" Kata Graham dengan marah sambil melepaskan genggamannya.
"Apa kau tidak apa-apa tuan?" Tanya kirayasha kepada Graham sambil menghampirinya bersama Lysa.
"Hoo..., bukannya ini tunanganku Lysa." Kata Yohan sambil menatap Lysa.
"Siapa yang tunanganmu!, Aku tidak akan pernah menikah denganmu dasar bajingan!" Teriak Lysa dengan marah sambil bersembunyi di belakang Kirayasha.
"Hm..., Anjing seperti apa yang kau bawa ini Graham!, apa kau berniat memasukkan pecundang ini kedalam akademi." Kata Yohan sambil menunjuk Kirayasha.
Kirayasha pun mendekati Yohan dan menggenggam jari yang menunjuk ke dirinya.
"Hei!, Bocah!, Sombong juga ada batasnya!, dan juga, menunjuk orang seperti ini itu sangat tidak sopan!" Kata Kirayasha sambil melihat Yohan dengan tatapan yang tajam.
"Hentikan Kirayasha!, Kau tidak boleh menyakitinya!" Kata Graham sambil menggenggam pundak Kirayasha.
"huh?, baiklah kalau anda berkata seperti itu." Kata Kirayasha sambil melepaskan genggamannya.
"Dasar anjing tak tau diri!" Kata Yohan sambil mengelap tangannya.
Yohan pun dengan perlahan melihat kearah Lysa.
"Huh!, Nikmati saja waktumu!, Sebentar lagi kau akan menjadi milikku!" Kata Yohan sambil tersenyum sinis.
"Sudahlah!, Mari kita pergi dari sini!, sebelum suasana hatiku menjadi lebih buruk!" Teriak Graham sambil membalikan badannya.
Graham, Kirayasha, dan Lysa pun perlahan pergi dari sana.
"Memang bangsawan rendahan sepertimu bisa apa, KAU, hanya KOTORAN bagiku!" Kata Yohan sambil melihat Graham.
Mendengar kata-kata itu, Kirayasha dengan sekejap kembali ke tempat tadi dan menodongkan katananya tepat dileher Yohan.
"HEI BAJINGAN!, TARIK LAGI KATA-KATAMU ITU!" Kata Kirayasha dengan sangat marah